Naskah lomba, karena ga menang jadi aku masukin ke blog, buat nambah-nambah, siapa tau berguna buat semua ^_^
Malam
ini adalah malam yang indah, langit bertaburan bintang dan rembulan pun
bersinar terang, sungguh indah, seindah suasana hatiku. Ku langkahkan kaki ini
menuju rumah seusai mengaji di masjid pondok pusat. Rumahku memang berada di
kawasan pondok pesantren, namun aku tidak ikut mondok, sebab ibuku sendirian di
rumah. Aku hanya ikut mengaji saja, setiap sore hari setelah Ashar sampai
menjelang Isya, dan dilanjut esok harinya setelah Subuh sebelum pergi sekolah.
Awalnya
aku merasa malas untuk mengaji lagi, karena saat ini aku sudah SMP. Aku merasa,
aku tak perlu mengaji di pondok lagi, namun, ada satu hal yang membuat aku
memutuskan untuk kembali mengaji lagi di sana. Ada Ustad Khairi di sana.
Sebenarnya Ustad Khairi masih SMA, namun karena kepandaiannya dalam bidang ilmu
agama, dia di tugaskan untuk menjadi asisten abah di pondok. Ustad Khairi itu
manis, pipinya tembem, bibirnya merah dan belah di tengah semakin seksi saja
kalau di lihat. Aku biasanya manggil Ustad Khairi itu dengan sebutan Akhina Khai, atau Akh Khai.
***
Aku
tidak tahu apa yang kurasa untuknya, namun bayangan Akh Khairi selalu menemani di setiap hirup nafasku. Malam ini aku juga
bahagia, karena tadi Akh Khairi yang
mengajar, aduh, bahagia banget pokoknya. Aku semangat sekali tadi, hingga Solat
Isya yang biasanya dinanti pun seolah-olah lebih cepat datangnya. Ohh, Akh Khairi..
Malam
ini aku tidak bisa tidur, memikirkan ustad yang manis itu. Tadi sempat telpon-telponan
sama temanku Dita, katanya dia akan membeli kado Valentine buat pacarnya, aku
diminta dia untuk mengantarnya membeli kado. Aku setuju, karena aku juga mau
membeli kado yang spesial buat Ustad yang ganteng itu. Pagi kapan kau tiba
lagi.
***
Setelah
menanti pagi yang cukup lama, akhirnya pagi datang juga. Benar kata orang kalau
menunggu sesuatu, waktu seakan berputar lebih lambat. Ibuku heran melihatku,
yang biasanya malas-malasan di pagi hari, menjadi seorang yang sangat
bersemangat menyambut pagi. Aku hiraukan saja keheranan si ibu, karena hari ini
aku ingin cepat-cepat sampai sekolah dan bolos bersama Dita. Aku itu seorang
yang kalau sudah menginginkan sesuatu akan melakukan apapun juga demi
mendapatkannya, termasuk bolos sekolah.
***
Ini
Toko hadiah terbesar di kecamatanku, mungkin jika dibandingkan dengan di kota,
toko ini termasuk dalam kategori toko kecil. Sudahlah tidak terlalu penting
besar kecilnya suatu toko, yang penting keikhlasan dalam memberinya yang
dinilai. Mahal murahnya juga jangan di jadikan masalah, membeli dengan
semampunya akan lebih bermakna.
“Dit, kamu mau beli
apa?” tanyaku pada Dita
“Beli coklat, sama jam
tangan ini, bagus ngga?” jawab Dita sambil memperlihatkan jam di tangannya
“wah, bagus Dit, tapi
coklatnya, kurang banyak tuh” ceplosku sembari nyengir
“loh emang buat apa
beli banyak-banyak cokelat, lagian dia juga ngga terlalu suka kok, aku sih beli
buat formalitas aja” balasnya dengan serius
“lah Dita, kan aku bisa
minta ke si Rio kalo coklatnya banyak, dia kan bangkunya depan bangkuku di
kelas hehehee” kataku sekenanya
“yee, dasar yah,
daripada buat kamu, mending aku beli buatku sendiri” kata Dita sembari nyengir
“eh , jelek banget tuh
nyengir, hahahaaa” balasku
“biar jelek gini, yang
penting si Rio udah di hati hahay, eh, Betewe, kamu mau beli apa? katanya mau
beli juga” tanya Dita
“Oh ia, aku beli apa
ya?” tanyaku pada Dita
“emang buat siapa sih?”
dia bales nanya
“buat Ustad Khairi”
jawabku
“oh, ia, ia aku tahu,
dia yang jadi ketua mading di Aliyah itu kan?” Dita kembali bertanya
“iaph, bener banget,
dia juga guru ngajiku, apa ya yang pantes buat dia?” tanyaku
“wahahaahaa, pak ustad
ya, seleramu tinggi juga yah” ledek Dita
“aish Dita, malah
ngeledek, ayo dong bantuin” kataku Sebal
“oke deh, dia kan ketua
mading, otomatis dia suka nulis dong, nah kalo nulis kan butuh buku dan pulpen,
gimana kalo kasih itu aja” usul Dita
“ga ada usul yang lebih
keren ya Dit, soalnya aku yakin dia punya itu semua” balasku
“ia juga sih, gimana
kalo, jam ini, agak mirip sih sama hadiahku buat Rio, tapi kayaknya cocok juga
buat ustadmu itu” usul Dita kali ini lebih bagus.
Aku
berpikir sejenak dan mengiyakannya. Akhirnya jam tangan berwarna hitam dan ada
sedikit warna silvernya itu yang aku
bawa pulang.
***
“Dit, kira-kira, dia
suka ngga ya, sama kado ini?” tanyaku sewaktu perjalanan pulang.
“ya jelaslah, siapa
dulu yang milih, Dita gitu loh” jawab Dita
“semoga”balasku
“hey, semangat dong,
kamu mau bungkus dimana?” tanya Dita
“ga tau nih, kamu mau
dimana?” tanyaku balik
“ke rumahku aja,
kebetulan lagi sepi, kita bisa sepuasnya deh merangkai kata buat ucapan happy Valentine’s Day” jawab Dita
“aku setuju” balasku
***
Akhirnya
sampai juga di rumah Dita. Aku sudah sering main ke rumahnya, jadi sudah tidak
asing lagi. Di kamarnya Dita mulai merangkai kata untuk kekasih tercintanya,
sementara aku masih memikirkan kata apa yang pas untuk Ustad Khairi.
“hey, ayo nulis,
bengong aja” Dita mengagetkanku
“aku lagi memikirkan
kata-kata yang so sweet, untuk Akh Khaiku yang ku cinta hehehehee”
kataku
“jiahh,, gayamu
hahahahaa” ledek Dita lagi
Aku
tak memperdulikan lagi ledekan Dita, saat ini otakku lagi terkonsentrasi penuh
untuk membuat kartu ucapan itu. Ku goreskan pena ini pada secarik kertas putih
yang di berikan oleh Dita tadi, sedikit puitis menurutku.
Akhina
Khairi, yang selalu dalam lindungan Sang Khaliq
Tergetar
hati, ketika pena ini terus menggoreskan lukanya dalam kertas putih
mencoba mendalami akan rasa yang semakin membuncah di hati..
tak terlepas dari RidhoNya, Hanna mencoba memberanikan diri
mengungkapkan apa yang dirasa selama ini,,
akhi, Hanna berharap, akhi lah yang mempunyai tulang rusuk ini..
tulang rusuk yang di berikan Sang Adam sehingga terciptanya Sang Hawa
Tulang rusuk yang akan kau jadikan tempat bersandar dalam suka dan duka,
akhi, Hanna tidak berharap banyak akan semua ini
cukup tahu tentang yang Hanna rasa terhadap akhi, sudah merupakan kebahagian bagi Hanna,
akhi, tidak panjang lebar yang Hanna ungkap di sini, Hanna hanya ingin akhi tahu, jika Hanna mempunyai perasaan yang berbeda terhadap akhi, perasaan cinta terhadap akhi,,
Akhina Khairi Ustadku yang terkasih
mungkin mimpi seorang anak SMP ini memang terlalu jauh adanya, tapi yakinlah akhi, jika cintaku ini benar-benar suci adanya, benar-benar dari lubuk hati yang terdalam. Selamat hari Valentine akhi, semoga berjuta cinta akan menghiasi perjalanan hidup kita sampai akhir nanti. Amien Ya Robbal Alamin.
mencoba mendalami akan rasa yang semakin membuncah di hati..
tak terlepas dari RidhoNya, Hanna mencoba memberanikan diri
mengungkapkan apa yang dirasa selama ini,,
akhi, Hanna berharap, akhi lah yang mempunyai tulang rusuk ini..
tulang rusuk yang di berikan Sang Adam sehingga terciptanya Sang Hawa
Tulang rusuk yang akan kau jadikan tempat bersandar dalam suka dan duka,
akhi, Hanna tidak berharap banyak akan semua ini
cukup tahu tentang yang Hanna rasa terhadap akhi, sudah merupakan kebahagian bagi Hanna,
akhi, tidak panjang lebar yang Hanna ungkap di sini, Hanna hanya ingin akhi tahu, jika Hanna mempunyai perasaan yang berbeda terhadap akhi, perasaan cinta terhadap akhi,,
Akhina Khairi Ustadku yang terkasih
mungkin mimpi seorang anak SMP ini memang terlalu jauh adanya, tapi yakinlah akhi, jika cintaku ini benar-benar suci adanya, benar-benar dari lubuk hati yang terdalam. Selamat hari Valentine akhi, semoga berjuta cinta akan menghiasi perjalanan hidup kita sampai akhir nanti. Amien Ya Robbal Alamin.
Yang mencintaimu
Hannatunnisa
Hannatunnisa
Kulipat kertas itu
menjadi bentuk hati, dan aku berharap semoga semua ini berakhir dengan
indahnya, sesuai dengan apa yang ku harapkan. Semoga saja amien.
***
Setelah
membungkus kado itu, aku pamit pulang pada Dita, aku sangat berterima kasih
padanya, dia begitu baik padaku. Ku langkahkan kaki ini, terkadang sembari
senyum-senyum sendiri, melamunkan Akh
Khai, ustadku yang ku cinta. Tidak terasa sampai juga di rumah, setelah makan
siang dan Solat Dzuhur, aku kembali menatap kado itu, “Ya Allah semoga kebahagiaan yang akan ku dapat malam ini, amien”
doaku dalam hati.
Adzan
Ashar pun berkumandang, dan aku sudah siap untuk pergi ke masjid di pondok
pusat. Tidak lupa, kado untuk Akh
Khai aku masukan ke dalam tas, sembari mengulang do’a yang sama ketika aku
memandangnya. Segera ku langkahkan kaki ini, dan mempercepatnya. Bagai durian
runtuh, aku bertemu Akhina Khairi
sedang melangkahkan kakinya juga menuju Masjid, Ya Allah wajahnya begitu teduh
dan ramah, apalagi ketika dia tersenyum kepadaku. Ustad Khairi juga bukan anak
pondok, dia sama sepertiku, namun rumahnya lebih dekat ke masjid, jadi mungkin
intensitas belajar agamanya lebih tinggi. Di tambah lagi dia itu seorang ikhwan, pastilah tidak ada batasan untuk
pulang jam berapa dan menginap di rumah siapa saja, termasuk di pondok ataupun
di Masjid. Pondok di desaku tidak terlalu besar, jadi muridnya pun paling jauh
berasal dari kecamatan tetangga saja, sehingga abah, masih bisa mengajar kami
santri-santri yang ada di sekitar pondoknya.
***
Tidak
terasa Adzan Isya pun sudah berlalu. Hatiku begitu berdebar ketika Iqomah di
lafalkan. Entah Solat Isya ini khusuk atau tidak, karena aku terus saja
memikirkan, susunan kata yang akan ku ungkapkan pada Akh Khairi. Sebelumnya tadi aku sudah berpesan, ada sesuatu yang
akan aku sampaikan padanya. Tadi dia sedikit menolak takut menimbulkan fitnah,
namun aku terus membujuk dan akhirnya dia bersedia juga.
***
Solat
Isya pun usai, aku segera keluar dari masjid setelah wirid terakhir, begitu
pula yang kulihat dengan Akh Khairi.
Dia melihatku dan mengajakku rapat di balai pemuda. Sebenarnya aku tahu
maksudnya, dia memberikan waktu kepadaku selama perjalan ke balai pemuda
tersebut. Aku juga tahu malam ini tidak ada rapat antar pemuda.
“kamu mau bilang apa
sama kakak, Hanna?” tanyanya melepas kebisuan, dia memang lebih senang di
panggil kakak jika berada di luar pelajaran mengaji dan pondok pesantren.
“Bismillah, begini kak,
aku langsung aja ya, karena keterbatasan waktu kita, hupt” jawabku sekenanya
sembari menarik nafas.
“Ia, ayo, kakak
dengerin” kata Akh Khairi mendesak
“kak,
kan hari ini, Hari Valentine, Hanna punya sesuatu buat kakak, mungkin Hanna
terlalu berani berkata seperti ini, namun Hanna yakin inilah waktu yang pas
buat ngungkapin ini semua, hari kasih sayang semua umat di dunia, Hanna berharap
kakak mau menerima kado ini” kataku dengan mantap
Akh
Khairi melihat dan tersenyum kepadaku.
“Hanna, adikku, kamu
tahu tidak Valentine itu apa?” tanya Akh
Khairi, kadonya pun belum diambilnya
“hari kasih sayang kak”
jawabku
“Hanna, kakak mau
cerita sedikit boleh?” tanyanya kembali
“boleh” jawabku lagi
“begini
ya dek, Valentine itu adalah nama seorang Romawi yang dibunuh oleh penguasa
pada saat itu, yang bernama Raja Claudius II yang hidup pada abad 268-270
Masehi. Valentine di bunuh karena dia menentang raja tersebut. Untuk
menghormati ketabahan Valentine itu, akhirnya bangsa romawi mengadakan ritual
keagamaan. Upacara itu berlangsung lama. Sampai pada abad ke 16, upacara itu
berubah menjadi perayaan bukan upacara keagamaan lagi. Pada saat itu masyarakat
Spanyol sudah mempunyai istilah Galentine
yaitu artinya cinta, perayaan itu biasanya di rayakan mereka setiap tanggal 15
Februari. Beberapa saat kemudian Agama Nasrani datang ke Spanyol dan membawa
acara Valentine, karena Valentine itu mirip dengan Galentine dalam pengucapannya, jadi mereka menganggap keduanya
sama. Akhrinya perayaan Valentine ini dimulai menjadi tanggal 14 Februari
karena, Valentine dibunuh pada tanggal itu.” cerita Akh Khairi
“terus?” tanyaku
“karena
ini perayaan yang menimbulkan banyak maksiat, maka di larang dalam Islam.
Firman Allah mengatakan dalam Surah Al-An’am
ayat 116 “Dan jika kamu menuruti
kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari
jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”, kan Valentine itu dirayakan
kebanyakan orang, jadi itu adalah hal yang menyesatkan, jadi kita tidak boleh
merayakannya, karena kita itu Orang Islam atau Muslim” jawab Akh Khairi
“gitu ya kak, tapi
kakak mau kan nerima kado ini?” tanyaku penuh harap
“Hanna,
kakak harap Hanna tidak tersinggung, maaf banget, kakak tidak bisa
menerimannya, lebih baik, kado itu Hanna simpan saja buat Hanna, bukannya kakak
tidak menghargai usaha Hanna, tapi yakinlah, setan akan menjerumuskan umatnya
kedalam neraka lewat apapun juga, kakak takut setan itu akan mejerumuskan kita
lewat kado itu. Hanna sebenarnya dalam Islam itu yang kita lakukan saat ini
saja tidak boleh, kemarin kakak kan membahas mengenai Zina dalam Islam.
Memandang saja Zina, kemundian membayangkannya lebih zina lagi, Hanna kita memang
manusia biasa yang tidak bisa lepas dari segalanya, dari takdir Tuhannya, namun
jika kita berusaha untuk menghindarinya, untuk mengubahnya, niscaya takdir itu
akan berubah terkecuali kematian. Hanna udah paham kan penjelasan kakak?”
tanyanya kembali
“paham kak” jawabku sembari
menahan air mata
“Hanna
tidak boleh menangis, jika memang kakak jodoh Hanna yang tertulis dalam Lauhul Mahfuz, kakak tidak akan kemana,
yakinlah Hanna, jodoh itu di tangan Allah, dan Hanna pun harus yakin bahwa
keputusan Allah itu adalah keputusan yang terbaik.” Tambah Akh Khairi
“ia
kak” air mataku tak kuasa bertahan, namun ada satu kata yang membuatku semangat
dalam hati “jika jodoh kakak tidak akan kemana”. Sekarang aku hanya berharap
semoga aku jodoh dengan dia.
***
Percakapan
singkat itu, mengantarkan ke depan pintu rumah. Akh Khairi hanya mengantar sampai jalan raya saja, karena kebetulan
rumahku masuk gang kecil. Ku lihat ibu tertidur di depan ruang televisi, aku
segera mencuci mukaku, dan membangunkan ibu. Ibu sempat bertanya kenapa mataku
merah, aku jawab saja, aku habis menangis karena membaca novel yang dipinjamkan
Dita. Dalam hati ku berkata “maafkan aku ibu, maafkan aku membohongimu”.
Malam
ini aku kembali tidak bisa tidur. Hatiku terasa tercabi-cabik, gundah, dan
gelisah. Masih terdengar dengan jelas kata-kata dari Akh Khairi tadi. Meskipun begitu masuk akal, namun aku masih tidak
bisa menerima semuanya. Aku terus menyalahkan diri sendiri. Mengapa aku begitu
bodoh?, sudah tahu dia itu seorang ustad, harusnya aku tahu jawaban yang akan
diberikannya, jawaban yang mudah di tebak, sehingga aku mengurungkan niatku
untuk melakukan semua itu.
Aku
berfikir, bukan Hannatunisa jika terpuruk dalam semua ini. Aku mecoba mengambil
hikmahnya, mengambil ilmu dari semua yang terjadi pada hari ini. Terima kasih Akh Khairi, kau begitu dewasa, tidak
emosi menanggapi aku yang tidak tahu malu, dan bahasamu begitu tertata, indah
luar biasa. Kau menempatkan posisimu dengan melihat siapa yang menjadi lawan
bicaramu, kau mencoba berusaha sebijaksana mungkin untuk memberitahuku. Kau
memang ustad terbaiku setelah abah, kau begitu mengerti aku, dan kau memang
patut untuk dijadikan teladan oleh santri di desa ini. mataku mulai terpejam,
berharap hari esok aku akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan tentu
saja melafalkan doa sebelum tidur. Bismika
Allohuma ahya wa amut.
lucu lucu kadonya,selain kado jangan lupa buat dandan hari valentine ya hihi agar maximal buat pergi ke acara atau sekedar kencan
BalasHapustambahan untuk menarik hati pacar kado istimewa dan belum famous
BalasHapus