Masih
mengerjakan proposal skripsi di awal tahun ini, semoga cepet kelar yak. Belum
pengen membahas itu secara berlebihan, namun, akan sedikit, menceritakan
liburan awal tahun.
Yeahh,,
liburan ke pantai terlaksana juga, meski dengan penuh perjuangan, menerjang
tangisan langit.
NUSAKAMBANGAN
Yup,
aku, Aslih dan Agil pergi ke Nusakambangan tanggal 1 kemarin. Kenapa memilih
itu, karena sarana dan prasarananya mudah dijangkau. Selain itu biayanya juga
murah meriah disbanding ke pantai lainnya. Tetep kudu prioritasin dana buat
liburan, kalau tidak mau kacau di akhir bulan nanti hihihi.
Nusakambangan
merupakan sebuah pulau yang berada di Kabupaten Cilacap. Butuh waktu seharian
buat ngelilingin pulau itu. Dan kata nahkoda perahunya, pulau itu berbatasan
langsung dengan Kabupaten Pangandaran. Wahh, semoga bisa nyarter perahu buat
kelilingin pulau yang satu itu. Pasti seru dan menakjubkan.
Sebenarnya
satu hal yang pengen ku tahu dari pulau ini, rumah penduduk dan keadaanya. Penasaran
deh, sama keadaan penduduk yang hidup dalam sumberdaya alam yang menakjubkan. Melihat
ukurannya pulau ini cukup menjanjikan untuk menjadi pulau yang kaya raya. Ada
pabrik semennya, ada wisatanya, dan dekat dengan perbatasan, mungkin budayanya
juga kaya raya J.
Terkenal
sebagai pulau tempat tinggal narapidana, pulau ini menjanjikan sejuta pesona. Menyebrang
dari Kota Cilacap dengan waktu tempuh 15 menit, kita sudah dapat menginjakan
kaki di nusakambangan ini.
Oh
yeah, lupa untuk menceritakan bagaimana kami bisa sampai ke sana menerjang
gerimis bukan tapi hujan pagi.
Purwokerto
dilanda hujan di tahun baru pagi. Kata orang Nahdiyin, tahun baru kali ini
bertepatan dengan Rabu wekasan, rabu terakhir sebelum mauled Nabi. Yeahh aku
tidak terlalu hafal kemarin bulan apa hahahaa. Jadi aku membuat kesimpulan
sendiri, mungkin Alloh menurunkan berkahnya di awal tahun ini, dengan gerimis.
Pagi-pagi
sudah mandi, sudah cantik, dan sudah berada di depan kampus Unsoed. Agil dating
beberapa menit kemudian, lalu kami cus dengan B2 menuju terminal baru
Purwokerto yang ada di berkoh sana. Sebenarnya lebih cepat naik 02 untuk ke
terminal, namun jam setengah tujuh 02 belum menampakan tanda-tanda
kehidupannya. Itulah alasan mengapa memilih nyegat angkot di depan UNSOED
PUSAT.
Jam
7 lebih kami sudah sampai di terminal. Sedikit deg-degan takut teman kami Aslih
yang super duper on time bakal ngomel-ngomel karena kami telat. Namun ternyata
dia masih di depan rumahnya, Karangsalam sana, menunggu angkot G. Dan dia
sempat cerita, katanya di dalam angkot hanya ada dia seorang. Hmm ckckck
kasian. Lebih kasian lagi hampir sejam dia di sana, padahal biasanya setengah
jam juga sudah sampai.
Oke
cukup angkota-angkotannya. Dari Purwokerto kami menaiki bis jurusan Cilacap via
menganti. Jangan salah pilih, kalau kalian tidak ingin memutari Cilacap lebih
jauh. Bis via menganti ini, hanya akan memakan waktu sejam, paling lama juga
sejam setengah, berbeda dengan via wangon ataupun Kroya, yang akan memakan
waktu 2 jam bahkan lebih.
Ditemani
tangisan langit, Bis Keluarga, mengantar kami ke Cilacap. Wilayah-wilayah yang
dilaluinya itu, Purwokerto Selatan, Patikraja, Rawalo, Kesugihan lalu Cilacap. Cukup
dekat, jika kita bandingkan dengan via Kroya, Purwokerto, Sokaraja, Banyumas,
Buntu, Kroya, Adipala dan Cilacap (dan aku yakin masih ada kecamatan yang belum
aku sebutkan).
Dengan
menelusuri jalan yang cukup licin, karena rintik hujan, kita akan disuguhi
pemandangan sungan serayu, bendungan serayu, sawah-sawah, aktivitas warga dan
akhirnya tiba di Kota Cilacap. perlu diketahui juga, Cilacap merupakan
kabupaten dengan wilayah terluas se-Jawa Tengah.
Kami
tiba di Cilacap sekitar pukul 10 kurang, dengan berangkat pukul setengah 9
lebih, ya anggap saja satu jam perjalanan. Kami menaiki angkot kuning menuju ke
Teluk Penyu. Sebelumnya saya sempat cuci perut dulu hihihiii. Kebiasaan lama,
mabok kendaraan, tapi untungnya, meskipun mabok saya tidak pernah merasa lemas,
mungkin kemarin kaget juga, karena sudah dua bulan tidak ngebis.
Teluk
Penyu gerimis euyy,, untung bawa payung. Eh kita via jalan terobosan lohh,,
biar bisa gratis, sumpah jangan ditiru, ini hanya akan mengurangi
pendapatan pemda setempat, padahal pendapatan itu nantinya demi perawatan
pariwisata juga. Anggap saja kemarin itu hanya ulah mahasiswa-mahasiswa nakal.
Masuk
Teluk Penyu via gerbang aslinya, mata kita akan disuguhi pemandangan kerajinan
dari kerang laut, selain itu juga beragamnya ikan asin produksi masyarakat lokal.
Berjalan kaki sekitar 10-15 menit kita akan tiba di Teluk Penyu dengan ombak
yang tenang dan pasir hitamnya. Saatnya foto-foto dan mungutin kerang hahahahaa.
Setelah
bermain-main di dermaga, kami ditawarin untuk naik perahu, anyang-anyanganpun
dimulai. Dengan berat hati si bapakpun menuruti keinginan kami. Harga standar
yang biasanya dipakai. Mungkin karena kemarin tahun baru jadi harganya dinaikin.
Tips lagi, kita patut tahu harga-harag yang sebenarnya, biar tidak dibodohi.
15
menit menyebrang sebuah selat menuju Nusakambangan, diwarnai dengan
jeprat-jepret sana sini. Huahaha, saya di ujung perahu, takut sih sebenernya,
tapi anggap saja berani karena berada di sana hingga perahu menepi. Aduhh saya
lupa nama dermaganya, maaf yaa readers.
Sampai
di sana kami sudah di sambut dengan banyak wisatawan dari berbagai kota. Tentu saja
pasir putih yang melembutkan ^^. Lalu kami membeli tiket masuk pulau
Nusakambangan, cukup mengatakan nama perahu kita saja, saya lupa lagi nama
perahunya -,-.
Ternyata
sekarang ada mobil pengangkut wisatawan!,, namun, sebagai orang yang cinta
lingkungan, kami memilih untu berjalan kaki saja. Wow, jalannya luar biasa,
ditemani gerimis, tanah lalu kemudian jalanan menjadi kotor dan licin. Oke,
tidak masalah. Kami menuju pantai yang paling dari jalan ini, terlebih dahulu. Menakjubkan,
seluas mata memandang pasir putih memanjakan mata kami, Samudra hindiapun
cantik membentang, batu karang besar, rumput laut, koral-koral, dan terumbu
karang yang sudah mati terbawa ombak samudra. Kami cukup lama bermain-main di
sana, eh ia, ada air tawarnya juga lohh di lokasi itu.
Bermanja-manja
kurang lebih satu jam, kami menelusuri jalan pulang. Namun jalannya tidak
seperti berangkat tadi, kami melalui jalan yang ada bentengnya. Wow,, seram
melihat benteng-benteng itu, bukan benteng tapi PENJARA jaman baheula. Gelap dan
pengap, bagaimana dengan penghuninya dahulu kala??
Lalu
kami ke pantai selanjutnya, tidak secantik pantai yang awal tadi, namun cukup
ramai dikunjungi wisatawan. Jika lapar tak perlu khawatir, karena ada warung
makanan yang akan mengganjal perut anda hingga menyebrang lagi ke Pulau Jawa. Beberapa
menit kami di sini, sebelum akhirnya kembali menelusuri jalan yang penuh dengan
lumpur. Dan setelah menunggu sekitar 7-10 menit, perahu kami tiba juga. Yeahh,,
naik perahu kaya nyarter, Cuma bertiga doang hihihihii.
Tiba
di Jawa kami santai siang, nunggunya lama banget,, padahal perut udah
keroncongan. Ini saking ramainya pengunjung. Kami memilih makan ikan bakar di
rumah makan Yayat. Beneran deh kalau, ditata lagi aja, pemandangannya akan
seperti di Jimbaran Bali sana, mungkin jika pesawat menuju Tunggul Ametung
ramai, akan menorehkan Jimbarannya Jawa. Namun apa dikata, penataan dan
pengelolaannya tidak terlalu bagus, selain itu, air pembuangan limbah mencuci
ikan di buang ke laut, sehingga menjadikan pantai dekat kawasan rumah makan itu
bau amis.
Kami
makan Kakap Hitam Bakar, cukup menguras kantong, namun tak apa hanya sesekali
saja.
Setelah
makan kami jalan lagi, meneluri ramainya jalanan objek wisata. Kerang-kerang
yang di susun dengan sedemikian cantiknya, dan ikan-ikan asin, digantung juga
cukup menggiurkan. Tidak, kami tidak membeli oleh-oleh, kami langsung pulang
menunggu angkot kuning, yang akan mengantar ke terminal.
Sampai
di terminal kami ke sorean, akhirnya mendapat bis yang penuh sesak, dan
tentunya tidak mendapat tempat duduk. Sampai Maos kami berdiri, sekitar 25
menitan. Lalu kembali ke Purwokerto dengan selamat. Karena kami kemalaman,
tiada angkot yang menunggu, akhirnya memilih taksi sebagai teman perjalanan ke
kosan.
Sampai
jumpa lagi Nusakambangan, mungkin bersama teman-teman yang lebih banyak, atau,
keluarga masing-masing kelak. Semoga alammu tetap terjaga ya.
Rincian
dana dari Unsoed Purwokerto
Angkot:
3000
Bis
PWT-CLP: 7000
Angkot
kuning: 3000
Perahu:
15000 PP
Tiket
masuk Pulau: 5000
Nasi
putih: 12000/ bakul : 3=
36000
Minuman:
7000-8000/ gelas
Solat/wc:
2000
Angkot
kuning: 3000
Bis:
7000
Taksi:
26000 (ada komanya, jadi anggap saja 27000) : 3 = 9000
Jadi
Total perorangnya sekitar 90000 rupiah. Ini bisa lebih murah apabila kita:
Bawa
makanan sendiri dari rumah
Akan
lebih murah lagi jika bawa kendaraan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar