Jumat, 03 Januari 2014

Field Trip to Nusakambangan

Masih mengerjakan proposal skripsi di awal tahun ini, semoga cepet kelar yak. Belum pengen membahas itu secara berlebihan, namun, akan sedikit, menceritakan liburan awal tahun.

Yeahh,, liburan ke pantai terlaksana juga, meski dengan penuh perjuangan, menerjang tangisan langit.

NUSAKAMBANGAN

Yup, aku, Aslih dan Agil pergi ke Nusakambangan tanggal 1 kemarin. Kenapa memilih itu, karena sarana dan prasarananya mudah dijangkau. Selain itu biayanya juga murah meriah disbanding ke pantai lainnya. Tetep kudu prioritasin dana buat liburan, kalau tidak mau kacau di akhir bulan nanti hihihi.

Nusakambangan merupakan sebuah pulau yang berada di Kabupaten Cilacap. Butuh waktu seharian buat ngelilingin pulau itu. Dan kata nahkoda perahunya, pulau itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Pangandaran. Wahh, semoga bisa nyarter perahu buat kelilingin pulau yang satu itu. Pasti seru dan menakjubkan.

Sebenarnya satu hal yang pengen ku tahu dari pulau ini, rumah penduduk dan keadaanya. Penasaran deh, sama keadaan penduduk yang hidup dalam sumberdaya alam yang menakjubkan. Melihat ukurannya pulau ini cukup menjanjikan untuk menjadi pulau yang kaya raya. Ada pabrik semennya, ada wisatanya, dan dekat dengan perbatasan, mungkin budayanya juga kaya raya J.

Terkenal sebagai pulau tempat tinggal narapidana, pulau ini menjanjikan sejuta pesona. Menyebrang dari Kota Cilacap dengan waktu tempuh 15 menit, kita sudah dapat menginjakan kaki di nusakambangan ini.

Oh yeah, lupa untuk menceritakan bagaimana kami bisa sampai ke sana menerjang gerimis bukan tapi hujan pagi.

Purwokerto dilanda hujan di tahun baru pagi. Kata orang Nahdiyin, tahun baru kali ini bertepatan dengan Rabu wekasan, rabu terakhir sebelum mauled Nabi. Yeahh aku tidak terlalu hafal kemarin bulan apa hahahaa. Jadi aku membuat kesimpulan sendiri, mungkin Alloh menurunkan berkahnya di awal tahun ini, dengan gerimis.

Pagi-pagi sudah mandi, sudah cantik, dan sudah berada di depan kampus Unsoed. Agil dating beberapa menit kemudian, lalu kami cus dengan B2 menuju terminal baru Purwokerto yang ada di berkoh sana. Sebenarnya lebih cepat naik 02 untuk ke terminal, namun jam setengah tujuh 02 belum menampakan tanda-tanda kehidupannya. Itulah alasan mengapa memilih nyegat angkot di depan UNSOED PUSAT.
Jam 7 lebih kami sudah sampai di terminal. Sedikit deg-degan takut teman kami Aslih yang super duper on time bakal ngomel-ngomel karena kami telat. Namun ternyata dia masih di depan rumahnya, Karangsalam sana, menunggu angkot G. Dan dia sempat cerita, katanya di dalam angkot hanya ada dia seorang. Hmm ckckck kasian. Lebih kasian lagi hampir sejam dia di sana, padahal biasanya setengah jam juga sudah sampai.

Oke cukup angkota-angkotannya. Dari Purwokerto kami menaiki bis jurusan Cilacap via menganti. Jangan salah pilih, kalau kalian tidak ingin memutari Cilacap lebih jauh. Bis via menganti ini, hanya akan memakan waktu sejam, paling lama juga sejam setengah, berbeda dengan via wangon ataupun Kroya, yang akan memakan waktu 2 jam bahkan lebih.

Ditemani tangisan langit, Bis Keluarga, mengantar kami ke Cilacap. Wilayah-wilayah yang dilaluinya itu, Purwokerto Selatan, Patikraja, Rawalo, Kesugihan lalu Cilacap. Cukup dekat, jika kita bandingkan dengan via Kroya, Purwokerto, Sokaraja, Banyumas, Buntu, Kroya, Adipala dan Cilacap (dan aku yakin masih ada kecamatan yang belum aku sebutkan).

Dengan menelusuri jalan yang cukup licin, karena rintik hujan, kita akan disuguhi pemandangan sungan serayu, bendungan serayu, sawah-sawah, aktivitas warga dan akhirnya tiba di Kota Cilacap. perlu diketahui juga, Cilacap merupakan kabupaten dengan wilayah terluas se-Jawa Tengah.

Kami tiba di Cilacap sekitar pukul 10 kurang, dengan berangkat pukul setengah 9 lebih, ya anggap saja satu jam perjalanan. Kami menaiki angkot kuning menuju ke Teluk Penyu. Sebelumnya saya sempat cuci perut dulu hihihiii. Kebiasaan lama, mabok kendaraan, tapi untungnya, meskipun mabok saya tidak pernah merasa lemas, mungkin kemarin kaget juga, karena sudah dua bulan tidak ngebis.

Teluk Penyu gerimis euyy,, untung bawa payung. Eh kita via jalan terobosan lohh,, biar bisa gratis, sumpah jangan ditiru, ini hanya akan mengurangi pendapatan pemda setempat, padahal pendapatan itu nantinya demi perawatan pariwisata juga. Anggap saja kemarin itu hanya ulah mahasiswa-mahasiswa nakal.

Masuk Teluk Penyu via gerbang aslinya, mata kita akan disuguhi pemandangan kerajinan dari kerang laut, selain itu juga beragamnya ikan asin produksi masyarakat lokal. Berjalan kaki sekitar 10-15 menit kita akan tiba di Teluk Penyu dengan ombak yang tenang dan pasir hitamnya. Saatnya foto-foto dan mungutin kerang hahahahaa.

Setelah bermain-main di dermaga, kami ditawarin untuk naik perahu, anyang-anyanganpun dimulai. Dengan berat hati si bapakpun menuruti keinginan kami. Harga standar yang biasanya dipakai. Mungkin karena kemarin tahun baru jadi harganya dinaikin. Tips lagi, kita patut tahu harga-harag yang sebenarnya, biar tidak dibodohi.
15 menit menyebrang sebuah selat menuju Nusakambangan, diwarnai dengan jeprat-jepret sana sini. Huahaha, saya di ujung perahu, takut sih sebenernya, tapi anggap saja berani karena berada di sana hingga perahu menepi. Aduhh saya lupa nama dermaganya, maaf yaa readers.
Sampai di sana kami sudah di sambut dengan banyak wisatawan dari berbagai kota. Tentu saja pasir putih yang melembutkan ^^. Lalu kami membeli tiket masuk pulau Nusakambangan, cukup mengatakan nama perahu kita saja, saya lupa lagi nama perahunya -,-.
Ternyata sekarang ada mobil pengangkut wisatawan!,, namun, sebagai orang yang cinta lingkungan, kami memilih untu berjalan kaki saja. Wow, jalannya luar biasa, ditemani gerimis, tanah lalu kemudian jalanan menjadi kotor dan licin. Oke, tidak masalah. Kami menuju pantai yang paling dari jalan ini, terlebih dahulu. Menakjubkan, seluas mata memandang pasir putih memanjakan mata kami, Samudra hindiapun cantik membentang, batu karang besar, rumput laut, koral-koral, dan terumbu karang yang sudah mati terbawa ombak samudra. Kami cukup lama bermain-main di sana, eh ia, ada air tawarnya juga lohh di lokasi itu.
Bermanja-manja kurang lebih satu jam, kami menelusuri jalan pulang. Namun jalannya tidak seperti berangkat tadi, kami melalui jalan yang ada bentengnya. Wow,, seram melihat benteng-benteng itu, bukan benteng tapi PENJARA jaman baheula. Gelap dan pengap, bagaimana dengan penghuninya dahulu kala??
Lalu kami ke pantai selanjutnya, tidak secantik pantai yang awal tadi, namun cukup ramai dikunjungi wisatawan. Jika lapar tak perlu khawatir, karena ada warung makanan yang akan mengganjal perut anda hingga menyebrang lagi ke Pulau Jawa. Beberapa menit kami di sini, sebelum akhirnya kembali menelusuri jalan yang penuh dengan lumpur. Dan setelah menunggu sekitar 7-10 menit, perahu kami tiba juga. Yeahh,, naik perahu kaya nyarter, Cuma bertiga doang hihihihii.

Tiba di Jawa kami santai siang, nunggunya lama banget,, padahal perut udah keroncongan. Ini saking ramainya pengunjung. Kami memilih makan ikan bakar di rumah makan Yayat. Beneran deh kalau, ditata lagi aja, pemandangannya akan seperti di Jimbaran Bali sana, mungkin jika pesawat menuju Tunggul Ametung ramai, akan menorehkan Jimbarannya Jawa. Namun apa dikata, penataan dan pengelolaannya tidak terlalu bagus, selain itu, air pembuangan limbah mencuci ikan di buang ke laut, sehingga menjadikan pantai dekat kawasan rumah makan itu bau amis.

Kami makan Kakap Hitam Bakar, cukup menguras kantong, namun tak apa hanya sesekali saja.

Setelah makan kami jalan lagi, meneluri ramainya jalanan objek wisata. Kerang-kerang yang di susun dengan sedemikian cantiknya, dan ikan-ikan asin, digantung juga cukup menggiurkan. Tidak, kami tidak membeli oleh-oleh, kami langsung pulang menunggu angkot kuning, yang akan mengantar ke terminal.
Sampai di terminal kami ke sorean, akhirnya mendapat bis yang penuh sesak, dan tentunya tidak mendapat tempat duduk. Sampai Maos kami berdiri, sekitar 25 menitan. Lalu kembali ke Purwokerto dengan selamat. Karena kami kemalaman, tiada angkot yang menunggu, akhirnya memilih taksi sebagai teman perjalanan ke kosan.

Sampai jumpa lagi Nusakambangan, mungkin bersama teman-teman yang lebih banyak, atau, keluarga masing-masing kelak. Semoga alammu tetap terjaga ya.

Rincian dana dari Unsoed Purwokerto

Angkot: 3000
Bis PWT-CLP: 7000
Angkot kuning: 3000
Perahu: 15000 PP
Tiket masuk Pulau: 5000
Ikan bakar: 75000/ Kg
Nasi putih: 12000/ bakul              : 3= 36000
Minuman: 7000-8000/ gelas
Solat/wc: 2000
Angkot kuning: 3000
Bis: 7000
Taksi: 26000 (ada komanya, jadi anggap saja 27000) : 3 = 9000

Jadi Total perorangnya sekitar 90000 rupiah. Ini bisa lebih murah apabila kita:
Bawa makanan sendiri dari rumah
Akan lebih murah lagi jika bawa kendaraan sendiri.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...