Sabtu, 15 Juni 2013

Percaya deh, Skenario Tuhan Itu Slalu Indah

Air mata langit masih menetes sore ini. Lembayung jingga di langit tergantikan dengan gelap kelabu.  Aku masih di sini, menunggu angkot yang akan menuju terminal sana. Bersama temanku Nita, aku hendak mengirimkan proposal magang di Kota Kabupaten kami. Kebetulan Nita dengan baik hati menawarkan untuk menginap saja di rumahnya. Aku senang, akhirnya Tuhan menunjukan jalan, bagaimana aku harus ke sana J.

Gerimis tipis itu, terus saja bercucuran, seolah langit sedang sedih putus cinta, tak ada hentinya dari siang tadi. Dan Tuhan pun selalu baik pada hambaNya yang bersabar, akhirnya angkot berwarna oranye itu muncul juga, senang rasanya.

Sedikit bercengkrama dengan Nita, waktu setengah jam tak terasa, hingga kami tiba di Terminal Baru. Kami tidak masuk, kata Nita agar lebih cepat mending menunggu di luar saja. Baiklah, aku nurut saja. Padahal jika dipikir-pikir, akan lebih cepat ketika masuk ke terminalnya, selain bisa memilih bis mana, kita juga dapat memilih tempat duduk yang diinginkan. Tapi tak apalah, ini pengalaman kami berdua pulang sore-sore, have fun saja.

Detik demi detik pun berlalu, kesabaran memang selalu membuahkan hasil. ARIES jurusan Satria-Bahari pun sampai di depan kami. Hmm, tapi kami kurang beruntung di ARIES ini. penumpang sesak, penuh bapak-bapak dan ibu-ibu pulang setelah mencari nafkah. Tak apalah, nikmatin saja, sudah syukur ada mobil juga, begitu pikirku. Dengan berdiri, di antara banyak ketiak dan bau badan tak sedap, aku tetap bertahan. Seorang ibu berbaik hati menawarkan bangkunya, namun jika beliau turun di Ajibarang sana. Setidaknya, aku hanya akan berdiri sekitar setengah jam, begitu pikirku.

Bus kecil ini terus melaju, satu penumpang berganti dengan penumpang lainnya. Sehingga tak kunjung lengang suasananya. Namun, yang ku sukai suasananya cukup menghangatkan tubuh meskipun langit sedang menangis. Selain itu, ramahnya penumpang lain, cukup membuatku betah di dalamnya, melupakan jika aku tak kunjung mendapatkan tempat duduk.

Si bapak, yang duduk di samping merasa kasihan padaku, dia merelakan tempat duduknya untukku, terima kasih pak, semoga Tuhan selalu melancarkan rejeki anda. Akhirnya aku dapet tempat duduk juga, sebenarnya jika dipikir, akan lebih nyaman jika berdiri saja, coba deh bayangkan duduk di antara ketiak bapak-bapak kurang kerja, hmm di syukuri aja, kata-kata ini cukup menekan rasa emosi di dada. Dan akupun lupa jika Nita jauh tidak beruntung dibanding aku. Dia masih berdiri di antara ketiak itu. Hmm, kasian juga, namun, apa mau di kata, penumpang penuh sesak, tak bercelah, apalagi mau lewat, susah.

Ajibarang sudah terlewati, penumpang sedkit berkurang. Namun, si bapak yang punya kursi, duduk di sampingku, beliau masih tidak rela rupanya, si kursi di duduki oleh orang lain. Hmm, dan yang mengherankan pula, banyak para pria yang duduk, sementara wanita banyak yang berdiri, oke emansipasi yang adil. Akhirnya, aku bisa menemukan kepala Nita, setelah rombongan bapak-bapak turun di daerah perbatasan. Dia langsung ngacir, ke tempat duduk sebelahku yang memang sudah kosong. ARIES ini pun jadi sepi dan lengang. Nita bercerita banyak, tentang dia dikeliling banyak ketiak ketika menghadap ke depan belakang dan samping kanan.

“terus kenapa kamu ga liad ke samping kiri?” tanyaku

“karena di samping kiriku ada mas-mas, dan jika aku ngadep kesitu yang ada kita bakal nafas bareng-bareng” jawab dia

“hahahaa” aku tertawa, sepertinya lucu jika di bayangkan, kira-kira ganteng tidak yah hmm,

Bis mungil ini kembali melaju membelah Bumiayu, membelah Tonjong, dan melewati longsor. Konon katanya sudah lama, namun, tak kunjung selesai di perbaiki, Tuhan, berikanlah yang terbaik J.

***

Bis melaju dengan kecepatan tinggi, dan akupun tersadar, jika langit sudah berhenti menangis. Namun tinggal dinginnya malam yang mengganggu kenyamananku. Ahh, coba saat dingin begini, pas ramai seperti tadi, pasti bakal hangat. Tuh kan manusia emang tak pernah berhenti mengeluh, selalu saja salah. Kunikmati saja dengan alunan Termanisnya Saras Dewi, aku mengejar mimpi di malam ini.

“jagung, jagung, jagung” begitu samar-samar yang terdengar.

Akupun menggeliat, Nita masih bermimpi indah. Hai, Slawi, sebentar lagi aku akan memelukmu. Dulu itu pas jaman seumur jagung, seneng banget mengartikan nama kota, termasuk kota yang akan aku peluk ini. Slawi, dulu pernah mengartikannya, sebagai “sela-sela awi” dalam bahasa Indonesianya tuh celah bambu, pasti itu, pasti, semangat banget deh Peri kecil ini dulu mengartikannya. Haha, masa kecil yang indah dan sok tahu.

Angin masih menusuk kedalam tulang, gumpalan lemak dan otot pun, tak kuasa menahannya. Hmm, Slawi di jam 9 malam masih terlihat ramai, beberapa penjual tahu aci masih menjajakan jualannya, hmm sepertinya hangat sekali, jika dinikmati bersama secangkir teh hangat. Menghibur diri,  menikmati tahu aci bersama teh hangat dalam imajinasi saja. Bus pun melaju dengan kencangnya, seiring dengan terpupusnya bayangan tahu aci itu, aku kembali dibuai mimpi, dan yang muncul, kamar kosan yang hangat, selimut dan bad cover oranye, guling biru, dua bantal, dan sarung bapa, ahh nikmat sekali sepertinya.

Nita pun menggeliat, dia sempat menawarkanku jagung rebus itu, namun kembali bermimpi. Pandangku ku alihkan pada sebelah sisi kota, sepi, terang, dan tentram. Salah satu pemandangan terindah itu, memang pada saat malam hari. Lampu-lampu saling berbagi cahaya, menyembunyikan kegelapan malam. Lampu-lampu saling berbicara, menawarkan kehangatan suasana kota di malam hari. Indah.

Hai, Bahari, aku sudah sampai, hai Pasifik, hai Rita, seolah nostagia jaman SMP. Sudah lama tidak berkunjung ke kota ini. Terakhir melewati satu tahun lalu. Kota ini lebih ramai dari yang sebelumnya. Kehidupan masih berkeliaran di sisi trotoar. Muda-mudi masih ada yang bercengkrama, nuansa kota memang penuh warna, begitu kata Hello Band.

Tak terasa, terminal bahari sudah di depan mata.

“turun di dalam saja mba, sudah ga ada bis” begitu sang kondektur

“boleh deh pak, tapi ada biskan kalo nunggu?” balasku,

“ada coyo nanti” jawab pak krnet itu

“oke pak, terimakasih” jawab Nita

Sepi, namun beberapa Sinar Jaya terparkir rapih di dalam terminal. Warung-warung pun masih bertaburan cahaya. Banyak yang masih terjaga. Mungkin crew dari mobil-mobil itu, pikirku. Aku dan Nita pun turun, dan menyempatkan membeli teh hangat manis yang memang sudah kudamba sejak tadi, Nita membeli minuman dingin.

Duduk dan muncullah seorang pemuda, ku taksir tingginya hanya 160cm, dan berat badan sekitar 55/57 kg, sebab terlihat sedikit pendek. Duduk di sebelahku.

“dari Purwokerto juga mba?” tanya nya

“ia ms, masnya juga?” jawabku

“ia, kuliah?”

“ia di UJS”

“sama dong, jurusan apa, semester berapa?”

“komunikasi, semester enam, masnya?”

“aku man-in, kalo aku sedang skripsi”

“ohh”

“eh aku ke depan dulu yaa, barang kali ada mobil”

“oh ia” à “eh masnya ntar kalo ada mobil kasih tau ya”kataku

“gini aja deh, berapa nomer hape kamu?”

“090909090909, masnya?”

“aku miskol aja, aku kedepan ya”

“oh oke oke”

Aku menatap punggungnya, dari kejauhan.

“haha, lucu deh sil, kalo jadi, ketemu jodoh di terminal hahahaa” Nita mengagetkanku

“hahha, ia ya, lucu banget,, ntar aku bikin cerpen ahh,, tapi kalo jadi aku bikin novel hha,,” balasku

“hahaa” Nita terus tertawa, hmm, anak ini

Tiba-tiba bus merah jurusan Cirebon sudah berada di hadapanku dan Nita. Hatiku melonjak senang.

Tk tk tk tk, begitu bunyi keypad hapeku

“mas, ada mobil nihh, jurusan Cirebon, tapi ngetem dulu”

Drdddddrrrrrrrrd

“dimana?”

“di tempat yang tadi, masnya sini aja”

“iaa, ini juga banyak banget yang nunggu”

“oke oke”

Bis kelas eksekutif, nyaman, berAC, dan bisa karaoke. Lagi-lagi aku menyesalkan, kenapa tadi dari Satria tidak naik model bis begini, paling tarifnya cuma lebih seribu dua ribu, hmm. Remang-remang di luar sana, suara mobilpun, masih ramai di telinga. Satu persatu penumpang naik. Satu, bukan, dua bukan, tiga bukan juga. Hmm.

Drddrddrrrrrrrrd

“aku duluan ya, naik mobil XX”

“ohh, oke deh hati-hati ya mz”

hmm pantes aku hitungin ga ada, sengaja ngajak nita buat duduk di depan biar bisa memastikan dia ganteng atau tidak hahaa. Ternyata malah naik bis lain duluan. Dan aku sedikit menyesal karena tidak bareng dia. Mungkin kalo mengikutinya ke depan aku juga sudah mulai jalan sekarang.

“eh namamu siapa?”

“Lia mas, kalo masnya?”

“aku Raka, ayoo cepet-cepetan nyampe”

“kalo aku menang dapat apa?”

“hmm, pulsa wiss”

“bener loh yaa,, aku optimis nihh,,

eh bis aku juga udah mulai jalan nihh,

mznya udah nyampe mana?”

“udah di kawasan Brebes, asyemm, malah beli martabak”

“haha,, aku semakin optimis menang nih”

“haduhh,, “

“semangat yaa,,, beli juga gihh, biar ga bete”

“alamak malah macet”

“aku ntar sms nyampenya kalo udah nyampe rumah wiss”

“halahh, oke oke”

Tik tok tik tok tik tok

Drrrrd

“ceu udah nyampe belum?”’

“belum neng, #sambil cengarcengir untung ada sedotan”

“kenapa ceu? Kepo deh”

“ada deh hahaha”

“hadeuh”

Tik tok tik tok

Hai Kota Telor Asin lama tak bersua, I miss you

“lia, lia” Nita memanggilku

“yaa,,” aku menengok

Dan dia terus berbicara namun aku tak konsentrasi, karena lebih fokus pada smsnya mas Raka.

Drrdrrrd

“udah nyampe ya?”

“belum ms bentar lagi”

“ntar kalo ada konter buka aku langsung isi wiss”

“udah mas woles aja”

“ya ngga bisa dong, kan aku udah janji meski baru kenal”

“ya udah seterah masnya aja”

Pasarbatang sudah terlelap malam ini. Hanya jangkrik-jangkrik yang bernyanyi di malam hari. Mungkin jangkrik-jangkrik itu sedang menyaksikan konser musik, lalu bernyanyi bersama. Atau sedang bersekolah dan bu guru memberikan pelajaran, bagaimana cara membaca not yang benar.

Angin laut masih menusuk, menemani perjalanan kami, bersama tukang becak roda tiga. Beliau mengayuh mencari nafkah untuk keluarganya, malam hari, seperti jangkrik-jangkrik itu, tetap ceria.

“aku udah nyampe lohh, masnya nyampe mana?”

“bentar lagi,, masa kamu udah nyampe?? Cepet banget”

“ialah, lagian ngajakin taruhan, aku kemana, masnya ke Cirebon”

“tapikan aku yang berangkat duluan”

“hihi, tapi tetep yang deket yang menang”

“ntar yaa, kalo nemu konter, aku langsung beliin”

“santai aja mas”

Tik tok tik tok tik tok

“aku udah nyampe.”

“syukur dehh,, sana mandi ganteng, aku mau mimpi duluu yaa”

“ok”

Hmm, indah dan lucu, perjalanan yang menarik, seperti menariknya suara jangkrik. Seperti rembulan yng setengahnya sembunyi di balik awan. Hmm, Mas Raka. Dan Nita terus saja meledekku, aku tertawa saja, Nita, jangan terburu mengabil kesimpulan yaa, inget, ikuti saja alur yang mengalir, jika dia memang di takdirkan untukku, pasti dia akan datang. Meskipun terkesan lucu, jika novelnya berjudul “Cintaku kepentok di Terminal” namun, percayalah, apapun hasilnya, skenario Tuhan itu selalu indah. Good night.

 

Purwokerto, 15 Juni 2013. True story J, dengan sedikit perubahan.

 

Minggu, 09 Juni 2013

saras dewi ... Termanis

Kau datang, hilangkan..
mendung yang selalu menaungi jiwa…
kau pijaran jingga
nyala yang menerangkan gulita kalbu

tak kuduga…
mimpiku tlah terwujud, kau disini tuk lindungi…
jawaban atas cemas hati…
ku tahu kalian tiada pernah bisa memiliki aku…
tetapi api cintamu teristimewa…

Kau yang termanis di dalam kisahku…
suara kepercayaan hati…
kasih bak kenyataan, meskipun getir….
Kau yang termanis di dalam kisahku…
ajari makna kehidupan…
perjuangkan angan, tiada putus asa…
bijakmu kawan, yang menuntunku…

kau pijaran jingga…
nyala yang menerangkan gulita kalbu
tak kuduga…
mimpiku tlah terwujud, kau disini tuk lindungi…
jawaban atas cemas hati…
ku tahu kalian tiada pernah bisa memiliki aku…
tetapi api cintamu teristimewa…

Kau yang termanis di dalam kisahku…
suara kepercayaan hati…
kasih bak kenyataan, meskipun getir….
Kau yang termanis di dalam kisahku…
ajari makna kehidupan…
perjuangkan angan, tiada putus asa…
bijakmu kawan, yang menuntunku…

SARAS DEWI --> CHRYSAN

Lagu ini dalem bangett,, nyampe ke dalam hati,, berasa cerminan diri hihi

Aku tumbuh seperti chrysan liar
melewati hidup sendirian
keindahan hanya berupa hampa
ketika diri terlalu dini
ku dewasa
Di sudut sering ku menangis
rasa mendua yang menyiksa
jiwa yang lelah melambai
diterpa angin kesepian
ku sendiri
Kapan engkau kan pergi
sinari kebutaan batin
kasih sayang yang menyempurnakan
dari rasa semu
kau cerminan masa kecilku
yang hilang
Tempat istimewa yang bebaskan
kanak-kanakku
Terkadang sering ku bermimpi
bilakah ada pelipur sunyi
rinduku kan sentuhan penuntun
ku menunggu terus berharap
sentuhanmu

Kamis, 06 Juni 2013

AKU DITAMBAH KAMU SAMA DENGAN KITA


Rangkuman dari curhatan yang sedang jatuh cinta tentang pinguinnya hihi. So, silahkan baca.
***
Cerita bersama kamu itu menyenangkan. Semenyenangkannya ketika bercanda dengan ibu. Semenyenangkannya ketika jalan-jalan bareng teman. #apalagi, saat aku cerita, kamu perhatian banget.
Berimajinasi dengan dirimu itu, bagaikan membaca novel, yang tak kunjung selesai. Bagaikan sinetron remaja yang selalu indah jalan ceritanya. #sumpah bayangamu ga pernah hilang di benakku, padahal aku mandi sambil keramas, tapi kamu tetep di situ.
Melihat wajah misteriusmu, membuatku terbang ke awan. Seolah-olah lega banget rasanya. Bagaikan kehilangan sesuatu dan ketemu. #aku kan nyari-nyari kamu.
Hei, kok kamu terus ya. Tapi,, aku memang sedang betah banget nyeritain tentang kamu. Pada dia, pada dia, pada mereka. Isinya cerita aku, cerita kamu, cerita kita. Indah, bahagia, dan sungguh ini nyata.
Jatuh cinta?, aku sama kamu. Ah, aku tidak mengerti, yang jelas duduk di sebelah kiri depan kamu itu, membuatku deg-degan ga karuan. Deg-degan takut-takut pas salting ketahuan, #eh.
Kata temanku, seperti anak SMA yang baru mengalami jatuh cinta. Salah tingkah, bingung sendiri, ragu-ragu, ahh ga karuan rasanya. Tapi, indah.
Hey, aku tak mengerti kenapa begini jadinya. Aku juga bingung kok bisa sama kamu ya. Terus kemarin-kemarin kita kemana. Kenapa baru sekarang aku dan kamu jadi satu.
Ah, Tuhan memang menempatkan selalu sesuatu pada porsinya.  Mungkin kita bakal langgeng sampe kakek nenek #mungkin. Mungkin kita bakal berproses bersama menjadi dewasa #mungkin. Mungkin aku bakal menemukan sesuatu yang tidak pernah kutemukan dari mereka #mungkin. Mungkin Tuhan menyuruh aku buat ngajarin kamu mengenal wanita,, eh,, #mungkin. Mungkin biar aku ga cerewet dan kamu ga pendiem lagi #mungkin.
Kamu, kamu, kamu. Ah kita satu. Aku cerewet kamu pendiem. Aku mungil, kamu tinggi. Aku sunda kamu jawa. Aku manja kamu dewasa. Aku kekanakan kamu mengayomi. Meskipun kadang aku butuh perhatian kamunya cuek.
Itu baru sedikit aku cerita tentang kamu. Kita baru beberapa hari, #deketnya. Eh, tapi kok pak dosen bener yaa. Ke Bali ada yang mau pacaran, ada juga yang pulang bawa gebetan #ehh.
Udah ah cerita kamunya. Yang jelas takan berhenti sampai di sini saja. Aku akan bercerita tentang kamu, di imajinasiku. Ahh berpisah denganmu sehari aja, sepii banget rasanya.
Kamu + aku = kita J

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...