Sabtu, 08 Februari 2014

Sosiologi Komunikasi : Pornomedia



TUGAS TERSTRUKTUR SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Pornomedia Yang Tidak Bisa Lepas Dari Media Massa (New Media)







Oleh
Endah Hartimulyani Gumindar
F1C010016



UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU KOMUNIKASI
2012
PENDAHULUAN

Latarbelakang masalah
Dunia saat ini menjadi semakin maju. Setiap hari setiap tahun, banyak sekali perubahan yang terjadi. Apalagi dalam hal teknologi, tak terhitung jumlahnya, banyak berserakan karena sudah ketinggalan zaman.  Terlebih lagi isi dari teknologi-teknologi itu atau yang di sebut dengan software biasa juga dipanggil dengan perangkat lunak. Tak terhitung jumlahnya, hingga tak bisa diingat satu persatu.
Ahli teknologi pun banyak sekali, bagai jamur di musim hujan. Berbagai aplikasi di ciptakan mereka untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Dimulai lahirnya internet,  atau yang biasa disebut dengan new media. Di sebut new media karena internet itu adalah sesuatu yang baru, terlebih dibanding dengan  surat kabar, tape recorder, radio, ataupun televisi.
Saat ini dunia maya menjadi tempat bercengkrama yang asyik. Seseorang tak perlu lagi bertemu dengan orang lain jika hanya sekedar untuk ngobrol.  Orang itu hanya tinggal membuka alat teknologi mereka, bisa dalam bentuk PC atau perangkat computer, Handphone ataupun alat teknologi lainnya yang dapat terhubung ke internet. Tempat ngobrol yang asyik itu  biasa di sebut dengan jejaring social. Selain itu, di internet banyak pula situs-situs yang dapat memuaskan golongan tertentu saja. Termasuk game online, dan Koran online. Ada juga situs yang tak layak ada di internet, yaitu situ pornografi, atau lebih dikenal dengan pornomedia.
Pornomedia awalnya hanya berupa suara, kemudian berlanjut pada teks dan saat ini banyak pula yang berbentuk video. Ini menjadikan banyak orang miris teutama di Indonesia yang memang menganggap hal-hal yang berbau porno itu tabu.
Selain itu, pornomedia merupakan tindakan porno di media, yang memang di tayangkan di media massa dan akan menjadi konsumsi publik. Jika sudah sampai di sini, pornomedia menjadi sangat berbahaya, dan mampu menciptakan kerusakan sosial yang akan menciptakan kekerasan terhadap manusia terbesar di media massa.
Rumusan masalah
1.      Apa itu pornomedia itu?
2.      Apa saja macam-macamnya?
3.      Bagaimana dampaknya jika diakses terlalu sering?
4.      Apa alasan pornomedia ini sebagai eksploitasi manusia terbesar di media massa?
5.      Adakah penyelesaiannya?
Tujuan makalah
1.      Mengetahui arti dari pornomedia
2.      Mengetahui macam pornomedia
3.      Mengetahui dampaknya jika diakses terlalu sering
4.      Mengetahui alasan pornomedia sebagai eksploitasi manusia terbesar di media massa
5.      Mengetahui penyelesaian untuk masalah ini
Manfaat makalah
Manfaat dari adanya makalah ini adalah untuk memberi tahu pembaca jika pornomedia itu ada, dan mudah di temukan. Maka dari itu, kita harus tetap waspada dan menjaga iman kita, agar tidak terjerumus pada dunia pornomedia. Selain itu, penulis berharap agar pemerintah lebih tegas lagi, terhadap penyebaran pornomedia itu.
 Tinjauan Pustaka
Melihat fenomena  kemajuan teknologi saat ini, banyak sekali public figure yang terjebak dalam dunia pornografi. Setelah membaca buku Sosiologi Komunikasi karya dari Burhan Bungin, membuat penulis tergerak untuk, membuat makalah dalam aspek pornomedia, sebagai salah satu aspek yang tidak bisa lepas dari new media.
Landasan Teori
Buku Sosiologi Komunikasi karya Burhan Bungin, pada subab Pornomedia. Selain itu, ada juga beberapa teori komunikasi, yakni teori komunikasi massa, dan teori dependensi efek komunikasi massa.

PEMBAHASAN

Awal dari Pornomedia
Berawal dari wacana seks di berbagai Negara di dunia, yang menganggap perempuan itu adalah objek seksualitas. Ada dua kelompok yang menilai tubuh manusia sebegai seks. Pertama kelompok yang memuja-muja keindahan tubuh wanita, dan yang kedua kelompok orang yang menganggap seks itu penyebab malapetaka. Pemikiran kedua kelompok itu menasari semua argumentasi dan poleik tentang seks sebagai objek pornodi masyarakat baik alas an pemuja-muja maupun penguasaan objek seks. Walaupun kedua alasan itu hanya berbeda pada cara mereka mengeksploitasi seks, akan tetapi target eksploitasi tetap saja seks sebagai objek.
Pada jaman dulu di Amerika dan Inggris juga menganggap hal-hal yang berbau seks itu tabu. Pada saat Ratu Victoria memerintah, hal yang berbau seks itu tertutup, dan mejadi adat istiadat yang di patuhi masyarakat. Kemudian di Amerika pada saat pemeran lukisan, karya Rodin termasuk dalam salah satu yang mewarnai pameran itu. Namun, karena lukisan karya Rodin adalah seorang perempun yang bertelanjang, maka lukisan itu di singkirkan ke sebuah kamar, dan yang melihat itu hanya orang-orang tertentu saja.
Melihat bahwa wacana porno itu selalu ditanggapi secara subjektif menurut konteks nilai yang berlaku di masyarakat dan dalam kurun waktu tertentu, maka perdebatan-perdebatan tentang persoalan seks dan ihwal yang berhubungan dengannya, harus dimulai dari pandangan intrasubjektif maupun intersubjektif tentang makna sebenarnya dari porno yang diperdebatkan.
Konsep Pornomedia
Pada awalnya ketika masyarakat belum terbuka seperti sekarang, begitu pula media massa dan teknologi komunikasi yang belum berkembang seperti saat ini, semua bentuk pencabulan atau tindakan-tindakan jorok dengan menonjolkan objek seks disebut dengan porno. Kemudian ketika ide-ide porno itu sudah dapat dilukis atau diukir pada lembaran-lembaran kertas atau kanvas dan terutama ketika ditemukannya mesin cetak di abad ke 14 sehingga masyarakat telah dapat memproduksi hasil-hasil cetakan termasuk gambar-gambar porno, maka istilah pornografi menjadi sangat sering digunakan untuk menandai gambar-gambar porno saat itu sampai saat ini
Ketika jaman semakin maju, masyarakatpun semakin terbuka, maka wacana porno atau penggambaran tindakan pencabulan kontemporer, berubah menjadi beberapa varian. Dan ketika varian-varian itu bergabung dalam satu media, maka disebut dengan pornomedia.
Macam-macam pornomedia
1.      Pornografi
Pornografi  merupakan konsep yang paling umum dikenali karena sifatnya yang mudah dikenali, mudah ditampilkan, dan mudah cerna. Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Sifatnya yang seronoh, jorok, vulgar, membuat orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornografi dapat diperoleh dalam bentuk foto, poster, lieflet, gambar video, film dan gambar VCD, termasuk pula alat dalam bentuk alat visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan pencabulan (porno).

2.      Pornoteks
Adalah karya pencabulan yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam berbagai versi  versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, termasuk pula cerita porno dalam bentuk komik, sehingga pembaca seakan-akan menyaksikan sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks itu. Penggambaran yang detail secara narasi terhadap hubungan seks ini menyebabkan terciptanya theatre of the mind pembaca tentang arena seksual yang sedang berlangsung, sehingga fantasi seksual pembaca menjadi menggebu-gebu terhadap objek hubungan seks yang digambarkan itu.

3.      Pornosuara
Pornosuara yaitu, suara, tuturan, kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkan seseorang, yang langsung atau tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan seksual. Pornosuara ini secara langsung atau tidak memberi penggambaran tentang objek seksual maupun aktivitas seksual kepada lawan bicaranya atau pendengar, sehingga berakibat kepada efek rangsangan seksual terhadap orang yang mendengar atau penerima informasi seksual itu.

4.      Pornoaksi
Adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan member rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan alat vital yang tidak disengaja maupun yang disengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi yang melihatnya. Pornoaksi pada awalnya adalah aksi-aksi subjek-objek seksual yang dipertontonkan secara langsung dari seseorang kepada orang lain, sehingga menimbulkan rangsangan seksual bagi seseorang termasuk menimbulkan histeria seksual di masyarakat.
Saat ini varian-varian di atas menjadi satu dalam media jaringan, seperti internet yaitu yang sering dikenal dengan cybersex, cyberporn dan sebagainya. Agenda media tentang varian pencabulan dan penggunaan media massa dan telekomunikasi ini untuk menyebarkan pencabulan tersebut inilah yang dimaksud dengan pornomedia.
Kita tidak dapat memungkiri dan tidak dapat juga menyalahkan media. Karena fakta telah menujukan jika pornomedia dalam berbagai bentuk pernah diekspos oleh media. Hal ini terjadi ketika:
a.       Media kehilangan idealism
b.      Media merasa tirasnya terancam menurun
c.       Media massa perlu bersaing dengan media massa lainnya
d.      Media baru memosisikan dirinya di masyarakat
e.       Masyarakat memerlukan pemberitaan pornomedia
Pada kenyataannya media massa adalah komunitas sosial yang kadang penuh dengan persaingan dan permusuhan sebagaimana juga institusi sosial lainnya. Media massa bukanlah unit-unit social yang lepas dari nilai masyarakatnya secara umum. Namun, ketika mereka harus memilih antara nilai dan persaingan, kadang media terlepas pula dari control-kontrol sosial. Namun, meskipun begitu, media juga seperti patologi sosial yang timbul di masyarakat, kehadiran problem sosial tersebut bisa jadi sebuah refleksi kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Dalam hal pornomedia, kebutuhan itu bersifat mendua. Pertama, dalam kasus tertentu, objek pornomedia, umumnya memperoleh bayaran yang cukup besar atas pemuatan gambarnya. Kedua, pornomedia dibutuhkan masyarakat, karena itu masyarakat memiliki andil yang besar terhadap munculnya pornomedia.
Dampak Pornomedia
Ketakutan kita kepada porno sebenarnya berlebihan karena tidak ada satupun penelitian yang akurat menunjukan bahwa konteks porno bisa menyebabkan perilaku orang melakukan tindakan pelanggaran seks. Kalau itu ada pasti pandangannya bersifat parsial.
Sejauh ini beberapa kesimpulan mengenai bahaya pornomedia dapat dijelaskan seperti berikut ini:
a.       Tingkat pertama mengubah perilaku normal menjadi abnormal (disorder)
b.      Tingkat kedua, meningkatkan kebiasaan menelusuri dan mengonsumsi pornomedia dan menjadikan perilaku anomaly sebagai kebiasaan
c.       Tingkat ketiga, menumpulkan pandangan tentang pornomedia dan mengubah pandangan normal terhadap anomaly pornomedia
d.      Tingkat keempaat, mencari kepuasan pornomedia di dunia nyata
e.       Tingkat kelima, sikap terhadap pencarian kepuasan pornomedia di dunia nyata dan anomaly seksual sebagai tindakan normal dan wajar (order).
Jadi pada mulanya terlihat pornomedia berada pada disorder, yaitu kondisi yang melawan tatanan sosial yang ada berdasarkan struktur sosial masyarakat yang melindungi seks dan aurat dalam bingkai norma tertutup dan memiliki nilai mulia dalam keluarga, masyarakat, dan agama. Kemudian menuju keadaan order, yaitu sebuah tatanan sosial baru yang meninggalkan tatanan sosial lama yang mengarah ke seks bebas bebas yang menganggap seks dan aurat manusia sebagai komoditas, media pemuasan biologis yang lepas dari normas-norma masyarakat dan agama serta dapat dilakukan tanpa harus melalui lembaga perkawinan.
Adanya porno di media itu sendiri sebagai keuntungan sosial bagi pelaku dan pemilik media. Dengan iming-iming kapitalis yang tinggi, para pemilik new media menjual dan mengeksploitasi manusia menjadi pelaku pornomedia. Ini sudah dalam tahap tidak wajar, karena bentuk dari eksploitasi ini merupakan kekerasan terbesar di media massa itu sendiri.
Biasanya media dengan sengaja menggunakan objek perempuan untuk menguntungkan bisnis mereka. Selain itu, objek media yang umumnya adalah tubuh perempuan dijadikan suber kapita yang mendatangkan uang. Lalu, media massa yang telah mengabaikan aspek-aspek moral dan perusakan terhadap nilai-nilai di masyarakat. Dan selama ini berbagai pendapat yang menyudutkan perempuan sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pornomedia. Terakhir, media massa secara politik menempatkan perempuan sebagai bagian kekuasaan mereka secara umum. Hal-hal itu merupakan alasan mengapa pornomedia sebagai kekerasan terhadap manusia terbesar di media massa.
Teori yang mendukung kasus ini
a.       Teori Komunikasi Massa
Marshall McLuhan mengungkapkan pernyataan jika kita sebenarnya hidup dalam suatu global. Karena pada perkembangan media komunikasi yang semakin canggih, memungkinkan orang didunia terhubung setiap saat. Komunikasi modern ini dibantu oleh media massa, yang mampu menciptakan penataan public, menetukan isu, memberikan kesamaan berfikir.
Konsep komunikasi massa ini mengandung arti sebagai suatu proses institusi media massa memproduksi dan menyebarkan pesan kepada public secara luas, namun pada sisi lain komunikasi massa merupakan proses dimana pesan itu dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh khalayak.
Terdapat dua dimensi pada teori ini, yakni:
1.      Dimensi mikro, dapat menjelaskan hubungan antara media dengan audience, individu atau kelompok. Hubungan antara media dengan audience ditekankan bahwa komunikasi massa antara individu dan kelompok sebagai hasil interaksi dengan media.
2.      Dimensi makro, memandang dari sisi pengaruh media kepada masyarakat luas beserta isi-isinya. Keterkaitan antar media dengan berbagai institusi lain di masyarakat. Teori ini mengkaji posisi atau kedudukan media di masyarakat, dimana keduanya saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Pada kasus konsumsi pornomedia ini, lebih cenderung pada dimensi mikro. Dimana hubungan antara media massa dengan audience dalam artian sebagai individu ini, akan menghasilkan sebuah kelompok. Biasanya jika kita pergi ke sebuah situs, atau blog yang tidak berbau pornomedia, akan tercipta sebuah kelompok pengonsumsi media itu. Mereka saling sapa dan seolah-olah sudah saling mengenal luar dalam (karakter) dan sudah kenal dari sebelum-sebelumnya. Penulis mengira-ngira, kamungkinan di situs pornomedia juga seperti ini. Karena tidak mungkin institusi-institusi sosial mengonsumsi situs ini, kemungkinan hanya individu-individunya saja, karena dalam institusi sosial ini masih ada norma dan nilai yang berlaku.
Contoh kasus: beberapa waktu lalu, ketika sidang DPR berlangsung ada seorang anggotanya yang mengakses situs video porno. Kita dapat melihat di sisi ini, jika yang mengkonsumsi pornomedia itu hanya individu-individunya saja, bukan institusinya.
b.      Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L. DeFleur (1976, Sendjaja, 2002:5, 26) memfokuskan perhatiannya pada kondisi structural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini dasarnya merupakan suatu pendekatan struktur sosial yang berangkat dari gagasan mengenai sifat suatu masyarakat modern. Dimana media merupakan bagian yang di anggap mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan, perubahan dan konflik di masyarakat. Pemikiran terpentingnya adalah ketika manusia modern menjadi tergantung pada media massa sebagai informasi bagi pengetahuan tentang dan orientasi apa yang terjadi di masyarakat.
Sendjaja mengungkapkan ada tiga efek dalam mengakses media massa dalam teori ini, yakni:
1.      Kognitife, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas atau makna ganda, pembentukan sikap, agenda-setting. Perluasan sistem keyakina masyarakat, penegasan/penjelasan nilai-nilai.
2.      Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral
3.      Behavioral, mengaktifkan/menggerakan./meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.
Ball-Rokeach dan DeFleur menambahkan jika audience, sistem media, dan sistem sosial saling berhubungan satu dengan lainnya meskipun sifat hubungan ini berbea antara masyarakat satu dengan lainnya.
Pada teori ini, penulis mengambil dari bagian terpentingnya, yaitu audience itu ketergantungan terhadap media massa terutama dunia massa. Seperti yang sudah terlihat saat ini, jika sebagian penduduk di Indonesia itu tidak dapat terlepas dari dunia maya dan media massa. Maka dapat terjadi kemungkinan bahwa mereka juga tidak bisa lepas dari pornomedia. Meskipun hanya berupa iklan seorang perempuan yang tidak berpakaian tertutup.
Penyelesaiannya
Dapat dijelaskan jika perempuan dijadikan sebagai ladang bisnis makan penggunaan pornomedia dilakukan secara terencana untuk mengabaikan, menistakan dan mencampakkan harkat manusia , khususnya perempuan. Selain itu, perempuan juga sering kali menjadi objek yang di salahkan dan media tidak pernah melakukan pembelaan dengan alasan pemberitaan harus berimbang.
Melihat kasus ini, tidak mudah untuk di selesaikan. Karena kedua pelaku yakni new media atau media massa dan manusia termasuk masyarakat itu saling membutuhkan. Yang menyebabkan permasalahan ini semakin runyam ketika masyarakat terbelah menjadi dua. Yakni kelompok yang pro adanya pornomedia dan yang kontra. Cukup pelik memang, namun, akhirnya dapat disimpulkan jika hal ini harus dikembalikan pada individu-individunya sendiri. Mereka yang akan menjaga diri mereka sendiri, media hanya mencoba memuaskan individu lain yang mendukung adanya hal ini.






PENUTUP

a.       Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari uraian di atas, jika media massa itu tidak akan lepas dari pornomedia. Apalagi dalam new media yang memang sangat mudah untuk memasukan data-data pornomedia itu. Meskipun hanya berupa salah satunya saja, bisa berupa gamabar, teks, suara, atau video saja. Dalam teori komunikasi massa pada bagian dimensi mikro itu, menjelaskan hubungan individu dengan media saja. Ini yang menyangkut pada kasus pornomedia, yaitu seorang anggota DPR yang mengakses situs porno ketika sidang. Dalam teori dependensi efek komunikasi massa, menjelaskan jika media massa itu akan menyebabkan seseorang ketergantungan. Karena pornomedia tidak bisa lepas dari new media dan media massa, maka tidak dapat dipungkiri juga, jika masyarakat juga akan ketergantungan pada hal yang berbau porno yang ada di media itu.
b.      Saran
Melihat fenomena saat ini, apalagi mengenai pornomedia yang tidak bisa lepas dari ponomedia, kita harus lebih waspada dan berhati-hati mengenai dampak yang akan kita terima. Mempertebal iman mungkin satu saran yang dapat menjaga kita dari hal itu.



Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat. Kencana Media Group. Jakarta
Santoso, Edi & Mite Setiansah.2010. Teori Komunikasi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...