TUGAS
TERSTRUKTUR
MATA
KULIAH KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
Komunikasi
Nonverbal
Disusun oleh:
Endah
Hartimulyani Gumindar
F1C010016
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
2012
Komunikasi Nonverbal
Pada saat ini manusia
berkomunikasi dengan berbagai cara, ada yang menggunakan alat bantu atau yang
di sebut Channel (media), ada yang
langsung dan ada juga yang memakai bahasa isyarat. Bahasa Isyarat??,, ya,
bahasa ini juga bisa di kategorikan dengan nama komunikasi nonverbal. Bentuk
komunikasi terbagi dua yaitu verbal dan non verbal. Di sini akan di bahas lebih
lanjut mengenai komunikasi Non verbal.
Menurut
Wikipedia.com Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi dimana pesannya itu
tidak di sampaikan dengan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah
dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,
potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Para
ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak
menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal
dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat
dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan
kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi
nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal
ataupun nonverbal. Di sini saya akan mencoba berbagi informasi mengenai
komunikasi nonverbal yang ada di daerah saya.
Nama kampung saya adalah Ciwindu
sebuah kampung yang ada di Desa Wanoja Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa
Tengah. Kampung saya berbatasan dengan wilayah Jawa Barat, tepatnya dengan
Kabupaten Kuningan. Tentu saja kampung ini pun berbahasa dan berkultur Sunda. Nama
Ciwindu menjadi nama abadi bagi kampung saya,
menurut sejarah nama itu di sematkan ketika adanya bencana kekeringan
yang melanda daerah saya selama delapan tahun. Namun ajaibnya kampung saya
tidak mengalami kekeringan sama sekali, jadilah nama Ciwindu di sematkan pada
kampung saya. Kata Ciwindu sendiri berasal dari kata Cai dan Windu yang berarti
air dan delapan, sebagaimana halnya, peristiwa kekeringan itu. Kampung saya ini
termasuk pada wilayah Salem Utara.
Di kecamatan Salem ada sesuatu
yang unik dalam arah hadap rumahnya. Maksudnya kebanyakan rumah di sana
menghadap ke arah yang sama, yakni ke arah utara dan ke arah selatan, Tapi
untuk jaman sekarang ada juga rumah yang menghadap ke barat ataupun timur. Di
kampung saya, kultur itu masih melekat sampai saat ini. Seluruh rumah di
penjuru kampung saling berhadapan ke selatan dan utara, sehingga menciptakan
arsitektur yang indah dan rapih.
Konon katanya, wilayah Salem Utara
itu (perbatasannya di Sungai Cigunung yang membelah kecamatan ini), termasuk
dalam wilayah Pagedongan. Pagedongan ini merupakan nama wilayah yang berada di
bawah Gunung Sagara dan Gunung Kumbang. Menurut Ilmu Galuh (orang salem
biasanya menyebutnya dengan kata “elmu
galuh”) jika ada rumah yang menghadap sama dengan masjid dan menghadap ke
Gunung Sagara dan Gunung Kumbang itu pamali.
Menurut cerita simbah saya (melalui perantara ayah saya), jika ada yang
melanggar maka akan terjadi bencana besar, seperti angin ribut (mungkin angin
kumbang atau angin puting beliung), hujan besar di sertai angin dan petir,
longsong, dan kebanjiran.
Gunung Kumbang dan Gunung Sagara
merupakan gunung keramat di kecamatan Salem. Sebenarnya ada satu lagi yakni
Gunung Pojok Tilu, namun letakya cukup jauh dari kampung saya, jadi tidak
terlalu berpengaruh. Gunung Kumbang itu, menurut cerita merupakan bagian dari
anak Gunung Slamet, karena Kawah yang ada di dalam perut gunung kumbang itu
terhubung dengan Gunung Slamet, jadi menurut orang tua jaman dahulu itu, jika
gunung slamet meletus Gunung Kumbangpun akan bergejolak, sehingga menjadi
Gunung yang di keramatkan. Kalau Gunung Sagara merupakan pusat Agama Hindu di
kecamatan Salem, jadi kekeramatannya sudah tidak bisa di ragukan lagi. Setiap
bulan Syura, selalu di adakan jiarah, dan jiarah itu di beri nama Ngasa. Ngasa
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai “elmu Galuh”.
Menurut saya, arah hadap dari
sebuah rumah, termasuk dalam komunikasi nonverbal, yaitu pada konteks
komunikasi objek. Karena dari arah hadap rumah yang seragam itu, menciptakan
sebuah pesan dari komunikator (orang-orang jaman dulu) kepada komunikan
(keturunannya), mengenai akan adanya bencana jika menyalahi aturan. Mungkin
saja, para nenek moyang di Kecamatan Salem menciptakan mitos ini, agar
arsitektur di Kecamatan Salem bagus dan beraturan sehingga indah di pandang
mata.
Masyarakat Kecamatan Salem
merupakan masyarakat yang agraris. Sehingga terciptalah pemandangan yang hijau
di seluruh penjuru kecamatan ini. di kecamatan ini sektor pertanian benar-benar
di andalkan karena merupakan penghasilan utama masyarakatnya.
Dalam bercocok tanam pun,
melahirkan sejuta mitos. Misalnya pada cara bercocok tanam, arah hadap bercocok
tanampun di tentukan oleh Ilmu Galuh. Pada umumnya seluruh masyarakat di
kampung saya selalu menggunakan ilmu tersebut agar tanamannya selamat dan ilmu
ini dikenal dengan nama Ilmu Tahat. Berikut merupakan arah hadap bercocok tanam
di kampug saya, dan kampung-kampung lainnya:
Hari arah hadap
Sabtu utara
Minggu timur
Senin kidul
Selasa barat
Rabu utara
Kamis barat
Jumat barat
Menurut orang tua jaman dahulu,
Ilmu Tahat ini, berguna untuk keselamatan tanaman yang sedang di tanam. Pada
Ilmu Tahat ini tergantung juga dengan bulannya. Sayang, bapak saya tidak bisa menceritakannya, di karenakan faktor
usia (Lupa hhehehehe).
Ilmu Tahat atau ilmu bercocok
tanam ini merupakan bentuk dari komunikasi nonverbal (kata bapak juga kan
hehhehe). Dalam bercocok tanam, tersimpan pesan-pesan yang terkandung dalam
Elmu Galuh tersebut. Pesan-pesan agar tanamannya selamat, dari apapun, baik
dari hama ataupun bencana alam. Memang pada jaman dulu ataupun sekarang,
keselamatan merupakan sebuah prioritas yang utama termasuk keselamatan dalam
bercocok tanam yang memang berpengaruh pada aspek kehidupan petani di seluruh
penjuru dunia. Banyak orang yang menggunakan berbagai cara untuk memperoleh keselamatan tanamannya. Pada suku
sunda yang ada di tafal batas ini menggunakan ilmu tahat sebagai ilmu untuk
menyelamatkan tanamnnya. Ilmu tahat ini
termasuk dalam kategori komunikasi nonverbal temporal atau kronemik. Pada
kronemik ini, jika suatu budaya taat pada waktu makan kebudayaan tersebut
termasuk dalam peradaban maju. Pada kronemik ini bisa di contohkan juga dengan
kedisiplinan. Pada masyarakat Indonesia dikenal dengan waktu “karet”nya, jadi peradabannya
pun belum maju, karena hanya sebagian saja yang sudah menerapkan kedisiplinan
dalam hidupnya.
Itulah yang saya ketahui mengenai
komunikasi non verbal, mungkin ada beberapa yang melenceng ataupun melenceng
semua dari fokus fikiran, saya mohon maaf, karena memang itulah pengetahuan
saya, yang mungkin baru sebutir pasir.
NB: elmu Galuh merupakan ilmu
yang di bawa oleh para prajurit kerajaan galuh pada saat wilayah salem berada
pada pengaruh kekuasaan kerajaan galuh jawa barat. Ilmu ini di dapat secara
turun temurun dan sudah hampir punah kondisinya. Padahal mungkin saja ilmu-ilmu
itu benar dan memang akurat, karena metodenya sudah di olah oleh para manusia
pada jaman dahulu kala, yang konon katany memang manusia-manusia yang super.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar