Sabtu, 07 Juni 2014

Skrip Sweet #8 : Ujian Akhir

sumpah lagi deg-degan banget-banget dan banget, pokoknya pake banget lah. kenapa?? lima hari lagi, saya ujian akhir,, arghhh,, ujian akhir, iaaaaaaaaaaaa, akhirnya mwehehehee.

setelah bolak balik sana sini, antar labkom dan jurkom, akhirnya ACC ujian akhir di dapat pada tanggal 20 Mei 2014. Tiga hari lagi rapat komisi, dan persyaratannya udah semua. Buku konsul, transkrip, bebas teori, kartu oranye, draft skripsinya, sama yang terakhir itu formulir dari jurusan. But, very-very nyesek banget, persyaratan ujian bertambah. Alamaaaaaaaaaaaak,,, kudu ada jurnal dan format skripsi lengkap. Jane udah lengkap, tapi aku belum masukin transkrip, orang niatnya mau bikin transkrip kalo udah pengumuman,, zzzzzzzzzz, niatnya jelek sih ya, jadi gitu deh wkwkwkwkkk. Alhasil hari rabu sama kemis tuh, riweuh banget. udah bikin jurnal, langsung bikin transkrip. tapiiiiiiiiiiiiiiii,,, abi ngga masuk hari kemisnya dikarenakan sakit. Gugur deh mau daftar ujian pas bulan Mei. huhuu padahalkan kalo Bulan Mei daftarnya, ujiannya awal Juni, bisa jadi kado deh buat mimih yang lagi ultah hari ini. But, ngga papa deh, mungkin Alloh lagi pengen aku memperbaiki skripsiku lagi. Jadi jurnalnya revisian berkali-kali sama abi, terutama dalam bahasa inggris. OMG, ternyata bahasa inggris google translate juga di salahin, mwuahahahahhahaaa. 


Akhirnya aku daftar ujian pas tanggal 4 kemarin, rapatnya tanggal 6, dan aku dapet tanggal 13 Juni. okee,, ada apa dengan angka 13 di skripsiku huhuu. Seminar aku juga tanggal 13 lohh,, harusnya wisudanya juga periode 113 yaa,, kan biar kece mwehehhee. tapi apa daya tangan tak sampai. jadi periode wisudanya yang ke 114 aja biar kece. hhehe. Kan kece tuh Wisudawati Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto periode 114 Tahun 2014. kece kan kece kann. 
sekarang lagi bergulat sama materi, aduhh baru baca2 media barunya doang, belum menulisnya, belum katarsisnya. dan yang belum lagi, wawancara skala HRS-A ke salah satu informan. aigo aigo,, lupa mulu kalo ketemu di kampus.
Oke deh segitu aja, minta doanya ya, buat kelancaran ujian akhirku, semoga revisiannya ngga banyak, semoga lancar, semoga bisa menjawab dengan rasional, semoga baik dalam segalanya, ngga ada halangan apapun,, aamiin :).

Rabu, 04 Juni 2014

Indrajaya dan Wanoja Banowati “Kehidupan Awal”

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, NAMA TOKOH TERISNPIRASI DARI KISAH ASAL MULA DUA DESA YANG BERADA DI KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES, YAKNI DESA INDRAJAYA DAN DESA WANOJA. SEMENTARA TOKOH-TOKOH LAINNYA HANYA KARANGAN DARI PENULIS.

"Indrajaya merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes. Konon katanya nama Indrajaya diambil dari seorang demang yang pernah memerintah. Demang Indrajaya mempunyai istri yang bernama Banowati. Banowati ini konon katanya sangat cantik, Banowatipun dijadikan nama salah satu dusun di Desa Wanoja. Kecantikan Banowatipun menurun pada wanita-wanita yang berasal dari dusun itu. Sementara Wanoja merupakan nama lain dari Mojang yang berarti Wanita Muda. Jadi Wanoja Banowati itu berarti Wanita muda yang bernama Banowati." 

Cerita ini ditulis oleh Endah Hartimulyani Gumindar, seorang introver yang menyukai cerita-cerita klasik jaman dahulu kala. Tulisan ini merupakan pelarian dari jenuhnya mengerjakan Tugas Akhir Strata 1.
1 Juni 2014

Happy Reading :)

***

Sinar mentari fajar masih remang-remang, bersembunyi dibalik awan. Burung-burung pun masih enggan menimpali kokokkan ayam jago yang baru satu dua menjajakan suaranya, namun, Banowati sudah terjaga dari mimpi panjangnya. Hari ini ia akan pergi ke pasar, berjalan kaki sekitar satu setengah kilo meter. Jaraknya memang cukup jauh, karena rumah Banowati hanya terletak di dusun kecil dekat hutan. Pasar sendiri berada di sentra kedua Kawedanan Sajalur Lembah. Kawedanan ini memang terletak di tengah-tengah beberapa bukit. Bukit-bukit yang mengelilinginya itu seolah-olah tembok pertahanan yang memang dipersembahkan oleh alam untuk warga sekitar, maka  dari itu nama Sajalur Lembah cukup pantas untuk disematkan. Di bukit Barat Lautlah Banowati tinggal.

***
Banowati merupakan seorang gadis berparas cantik, berhidung mancung mungil, berkulit putih, dan berambut hitam pekat dengan sedikit gelombang. Di antara wanoja-wanoja (wanoja merupakan sebutan untuk “gadis” selain mojang dalam bahasa sunda) yang ada, dialah yang tercantik. Langkahnya gemulai namun tangkas, menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi diumurnya yang masih 15 tahun, ia sudah mampu melaksanakan berbagai tugas rumah tangga, seperti gadis-gadis desa lainnya.
***
“Bano, ayo berangkat, keburu siang, nanti kita tidak mendapat apa-apa” teriak ibunya dengan cukup keras
“ia ibu, Bano cari tusuk konde dulu” jawab Bano
“tusuk kondemu di empang, tadi ketinggalan pas mandi” teriak ibunya
Bano pun langsung berlari ke empang belakang rumahnya, tangannya masih menenteng obor yang memang selalu digunakan ketika beraktifitas di malam hari. Terdengar bunyi kecipak-kecipak ketika Bano mendekati empang. Ikan gabus terus berdesakan menunggu makanan dari tuannya. Namun sayang, Bano hanya mengambil tusuk konde saja.
“sabar ya ikan-ikanku, nanti aku bawakan daun-daunnan selepas dari pasar” ungkap Bano dengan sayangnya
“Banoooooooo, ayooooooo” teriakan ibunya sungguh benar-benar keras, otak Bano pun memberikan instruksi pada anggota tubuh lainnya agar segera bergegas.
***
Sekitar dua jam lamanya Bano berjalan kaki ke pasar. Mataharipun sudah mulai meninggi, pasar sudah ramai, kereta-kereta kudapun berjejer dengan gagahnya. Hanya saudagar-saudagar kaya dan pejabat-pejabat pemerintah saja yang memilikinya. Namun, bagi orang-orang dengan tingkat ekonomi seperti Bano hanya mimpi belaka untuk memilikinya.
“huh, andai kita ada kereta kuda ya ambu, pasti tidak perlu bangun pagi-pagi untuk pergi ke pasar” keluh Bano
“kalo kereta kudanya bisa dibeli pake daun kita pasti sudah memilikinya Bano” seloroh ibunya sembari menawarkan kapulaga yang digendongnya ke penjaja ikan asin
“hahahahaa, ibu bisa saja” Bano tertawa nyaring dan mengundang pandangan dari orang-orang disekitarnya
“oops” Bano menutup mulutnya, di Kawedanan Sajalur Lembah memang tidak memperkankan gadis-gadis untuk tertawa keras, menurut kabar yang beredar, tidaklah terpuji seorang gadis jika tertawa menyamai kaum pria.
Ibu Bano hanya mengerlingkan mata pada anak gadis satu-satunya itu. marahpun tidak akan berguna, karena Bano sudah terlanjur melakukannya. Orang-orang disekitarnya terus berbisik saling melontarkan tanggapan akan kelakuan Bano. Bano hanya tertuduk lesu karena ulahnya itu.
***
Di musim penghujan ini kapulaga yang dibawa Bano dan ibunya cukup diminati oleh penjual-penjual lainnya. mereka saling bertukar, untuk keperluan di rumah. Bano mendapatkan bumbu-bumbu masak yang cukup lengkap, selain itu, beberapa jenis ikan asin pun mereka dapatkan. Untuk sayuran ibu Bano hanya membawa kol saja, yang memang tidak terdapat di kebun mereka. Setengah kilo beraspun menjadi makanan paling berharga bagi mereka kala itu. Beras itu akan dimasak berasama dengan jagung ataupun singkong yang sudah ditumbuk halus. Semua orang pasti akan makan dengan lahapnya, apalagi jika dimakan di samping rumah bersama kakak-kakak dan ayahnya, selepas membajak sawah.
***
Matahari sudah di atas kepala, ubun-ubun Bano terasa mendidih ketika berjalan di bawahnya. Apalagi dengan berbagai macam kebutuhan pokok yang mereka bawa, sungguh perjalanan yang cukup melelahkan, namun, yang paling ditunggu oleh semua orang.
“wah, capek sekali ambu” lagi-lagi Bano mengeluh
“sudahlah jangan mengeluh terus, ayo bereskan semuanya, terus garang ikan pedanya di atas tembikar itu” perintah ibunya
“baik ambu” dengan sedikit malas-malasan Bano pun langsung mematuhi perintah ibunya.
Sementara itu ibunya menyiapkan pemasak nasi yang berbentuk tabung yang cukup panjang dan di atasnya terdapat corong besar untuk tempat pengukus nasi yang terbuat dari bambu dan berbentuk kerucut.
“Kang Asep sama Kang Dirman pulangnya kapan ya ambu?” tanya Bano sembari mengelap keringatnya, karena panas dari bara api
“entahlah, Walanda terus membutuhkan mereka, katanya akan dibuat jalan ke kadipaten” jawab ibunya
“huh, kenapa atuh, tidak Walandanya saja yang buat, kan kasihan abah nyangkul di sawah sendirian” ungkap Bano
“untung saja abahmu masih disisakan di rumah ini, lihat wa Tarim, semua lelaki di rumahnya di bawa sama Walanda itu, kita patut bersyukur ke Gusti Pangeran, Bano” jelas ibunya
“baik ambu”
***
Sementara itu di Bukit Selatan
“kenapa ambu, habis dari pasar ambu biasanya bahagia?” tanya Indrajaya
“ambu sedang kesal Indra, masak ada anak gadis tertawanya kencang sekali, malu-maluin Kawedanan kita saja, mau ditaruh dimana muka abahmu, jika ada tamu dari kawedanan lain” ungkap Talaga Jati ibu dari Indrajaya
“sudahlah ambu, abahkan sedang ke kadipaten, lagian, tidak ada tamu dari kawedanan lain hari ini” Indrajaya berusaha menenangkan ibunya
“huh, tetap saja, itu tidak baik” keluh Talaga Jati
“hahahaa, sudahlah ambu, eh wanita itu cantik tidak?” Indrajaya bertanya dengan antusias
“entahlah, ambu juga tidak melihatnya, Mang Wadir tukang kain yang mengatakannya, katanya ada gadis miskin tertawa keras sekali” Talaga Jati bercerita panjang lebar
“wah sayang sekali, padahal aku penasaran dengan wanoja yang sudah melanggar adat istiadat kawedanan kita” seloroh Indrajaya sembari berjalan menuju pendopo.
***

Indrajaya merupakan seorang putra dari Demang Wanajaya yang memerintah di kawedanan Sajalur Lembah. Indrajaya merupakan putra tertua yang pasti akan menggantikan ayahnya. Umurnya saat ini baru menginjak dua puluh tahun, namun, jiwa dan karisma pemimpin sudah terlihat diraut wajahnya. Kecerdasan Indrajaya sudah tidak dapat diragukan lagi, pejabat kadipatenpun sudah mengakuinya. Gadis-gadis dari para saudagar kaya maupun Demang-demang lainnya terus ditawarkan untuk menjadi pendamping hidup Indrajaya. Namun, Indrajaya selalu menolaknya, dengan alasan belum ingin memiliki istri. Padahal dalam hatinya ia belum menemukan daya tarik dari gadis-gadis itu.
***
Di pendopo Indrajaya mengumpulkan kepala adat dari seluruh penjuru bukit. Ada delapan ketua adat, yakni ketua adat Bukit timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, barat laut, utara dan timur laut. Kedelapannya hadir di pendopo rumah Demang Wanajaya untuk mengadakan rapat pesta rakyat yang biasa digelar satu tahun sekali. Seharusnya Demang sendirilah yang memimpin rapat tersebut, namun karena dipanggil oleh bupati, maka Indrajaya yang turun tangan. Indrajaya menyuruh beberapa pelayan kawedanan untuk mempersiapkan acara itu. Misalnya dengan menyediakan beberapa kue yang jarang ditemui masyarakat Kawedana itu sendiri. Ada Papais dari tepung beras yang berisi pisang ataupun gula aren, ada pula kue cucur, lakar, opak dan kuping. Selain itu, Indrajaya juga menyiapkan kopi dan bandrek untuk minumannya. Indrajaya memang cukup royal dalam menyambut tamu-tamu, sehingga para tamupun bahagia setelah berkunjung ke pendopo milik keluarganya.
“hari ini, kita akan membahas pesta rakyat yang biasa kita gelar, mungkin para ketua di sini, mempunyai ide-ide yang berlian untuk menyambutnya” ungkap Indrajaya
“saya punya ide, Den Indra, bagaimana jika kita mengadakan pasar murah yang menyediakan kue-kue seperti ini” tanggap Ketua adat barat, yang langsung disambut tawa semua orang
“hahhaha, boleh saja ketua adat barat, masyarakat memang jarang memakan makanan yang terbuat dari beras ini” kata Indrajaya
“seperti biasa, saya mengusulkan wanoja-wanoja cantik yang pasti akan siap dipilih oleh Den Indra” gelak tawa riuh kembali setelah ketua adat Timur berpendapat
“hahahahaa,, hanya yang beruntung yang akan mendapatkan Den Indra, saya kurang yakin, apakah di tempat saya ada gadis cantik yang menarik perhatian Den Indra” ungkap ketua adat Utara
“Kalo saya, ingin sekali menampilkan dog-dog kaliwon, di daerah saya cukup banyak pemuda yang menguasainya’ usul ketua barat laut
“wah saya setuju ketua adat barat laut, kita bisa menampilkan itu untuk menyambut bupati, tentu saja gadis cantik yang menari di acara puncaknya” tanggap Indrajaya, dan semua orangpun tertawa
“bagaimana dengan masyarakat yang bukan pemuda dan bukan gadis cantik Den Indra?” tanya Ketua adat Timur Laut
“tentu saja, mereka terlibat, kita akan menjejerkan mereka dengan makanan khas dari segala bukit, saya minta setiap bukitnya membawa minimal dua makanan khasnya, dan saya pesan ke ketua adat barat laut, untuk menjajakan lemper jagung makanan yang hanya saya temui pada saat pesta rakyat” ungkap Indrajaya
“tentu saja Den Indra saya pasti akan menyediakannya” timpal Ketua adat barat laut dengan semangat
“bagus, silahkan para ketua adat memikirkan makanan khas apa saja yang akan ditampilkan dari bukitnya. Selain itu, saya harap ada delapan tarian yang dibawakan, dengan setiap bukit membawa satu tarian, tidak perlu tarian baru, kita bisa menggunakan tarian-tarian yang sudah umum diketahui oleh masyarakat. Dan saya juga berusul, selain tarian dan dog-dog kaliwon, kita dapat menyewa burok dari Kawedanan Barjo untuk lebih memeriahkannya” kata Indrajaya
“saya akan mengusahakannya Den Indra” kata Ketua adat bukit utara
“saya akan membawakan madu-madu murni dari daerah saya, namun saya kesulitan untuk mendapatkan tempatnya, menurut sampean semua, tempat apa yang kiranya dapat menampung madu-madu itu?” Ketua adat Barat gundah
“saya mempunyai botol-botol kaca, yang saya kumpulkan ketika Walanda meminta para pemuda membangun jalan. botol-botol itu bekas minuman mereka, kita dapat membersihkannya terlebih dahulu, karena baunya cukup menyengat” jawab Indrajaya
“wah hebat sekali Walanda itu, minuman saja tempatnya dari kaca” Ketua adat tenggara berdecak terkagum-kagum
“saya juga kagum melihatnya ketua adat tenggara” ungkap Indrajaya
Rapat di pendopo kali itu usai setelah penjamuan makan siang, mereka pun sepakat untuk melakukan pertemuan selanjutnya setelah menemukan apa saja yang akan ditampilkan oleh setiap bukitnya. Indrajaya memberi waktu delapan hari untuk para ketua adat menyiapkan konsepnya. Indrajaya sendiri akan berdiskusi dengan pejabat kawedanan lainnya, untuk menampilkan acara yang benar-benar lain, dari pesta rakyat seperti biasanya.
***
“ambu, tolong panggilkan Mang Kino, badan saya letih sekali” pinta Indrajaya kepada ibunya
“memangnya pertemuan apa yang kalian bahas hingga kau letih sekali anakku?” tanya Talaga Jati
“persiapan untuk menyambut pesta rakyat ambu” jawab Indrajaya
‘wah, pasti seru sekali” ungkap Talaga Jati sembari berjalan menuju bale-bale tempat para pelayan keluarga demang berkumpul.
***

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...