Jumat, 08 Maret 2013

Ini ceritaku PRA KKN

KKN?? Bukan Korupsi Kolusi Neopotisme lagi. Ini tuh KKN versi positifnya, ya,, Kuliah Kerja Nyata. Apa itu?, yang jelas kuliah langsung praktik di masyarakat secara nyata. Hokee deh, ni kegiatan sepertinya sangat positif, soalnya disitu disinggung-singgung mengeai pemberdayaan masyarakat. Ada beberapa peristiwa pra-KKN ini yang membuat tersenyum-senyum sendiri 

Petama, pada saat pendaftaran. Dibuka hari senin, pada sekitar bulan november, kalo tidak salah tanggal 25/26 november 2012. Pada saat itu, ada asistensi gitu sore-sore. Habis asistensi sekitar jam 4, Ashlikh datang, dengan riang, karena pendaftaran KKN, sudah di buka. Wahh, seneng banget tuh, akhirnya bisa KKN di usia muda hhehe. Next, dia juga cerita kalo dia udah daftar. Hmm,, udah ah woles aja, masa ga kebagian sihh. Dan Purbalingga sama Cilacap sudah ada yang penuh. Alamakkkkkkk,, panik abis, Cilacap penuh, apakabarnya aku nanti?, aku mau KKN dimana dong L. Akhirnya aku sama Aslikh lari ke warnet depan Kampus Fisip Unsoed. Weww, amazing.. lola,, euh dongkol abis. Jam setengah lima’an baru bisa kebuka. Hiks pengen nangis, Binangun penuh. Terus, aku KKN dimana dong,, sedih. Ashlikh sempat menawarkan buat KKN bareng dia di Purworejo. Owh no, terlalu jauh, padahal sebenernya pengen tahu juga daerah sana. Tapi ga tahuu, pikirannya sempit banget, kalo ga di Cilacap, ga usah. Untung, Kecamatan Nusawungu masih ada yang kosong, akhirnya dipilahlah itu, meskipun madan ga ikhlas. Oke deh, sedikit menerima dengan hati lapang dan mengucapkan mantra ajaib dalam hati “mungkin ini adalah yang terbaik”, akhirnya tenang juga perasaan ini.

Lalu pada saat pembekalan pertama, uhh berasa keren aja nihh, pembekalan pertama, berarti sebentar lagi bakal jadi KKNnya. Huft, sayang, pembekalan pertama jatuh pada saat acara makrab KPMDB, hmm, berasa jadi ketua yang ga bertanggung jawab meninggalkan acara yang telah di susun sedemikian rupa. Tapi, Alhamdulillah mereka semua pengertian, I love you all :*. Berangkat pembekalan dari kampus FISIP setelah menunaikan Solat Dhuhur, yang kebetulan sebelumnya melepas teman-teman dari KPMDB di UPT sana. Tak ada satupun angkot yang lewat, akhirnya aku berjalan kaki menuju ke LPPM, cukup menguras tenaga.

Di LPPM sana, aku bertemu dengan teman-teman sekelas. Ada Nisa, Ayu, Agink, Nadia, Iza dan Ria. Seperti biasa kita selalu rame dimanapun berada. Termasuk kegiatan cekikikan berjamaah meskipun ada dosen yang sedang memberikan materi.

ayu, agil, nisa, aku

Pada saat istirahat pertama, kami bersua di basecamp baru, lantai dua LPPM, ada satu sofa di dekat tangga dan itu nyaman.

Hiks, menyedihkan pas istirahat kedua, mereka pada pulang, aku sendirian di LPPM, meskipun banyak peserta pembekalan dari jurusan lain. Setelah menunaikan solat maghrib, aku keluar, dan menemukan seorang mba-mba cantik anak FH, yang juga seorang diri, namanya mba Fani. Aku memberanikan diri, untuk kenalan. Akhirnya, ada temen juga. Ceritalah kita ngalor ngidul ga jelas. Setelah beberapa saat, datanglah seorang mba-mba dan duduk di sampingku. Karena aku sibuk ngobrol ga jelas sama mba Fani, jadi aku sedikit tidak menyadarinya. Setelah mba fani sibuk dengan gagdetnya, aku menengok ke mba-mba yang di sampingku, dan akhirnya ku ketahui namanya mba Fadlil, (dia sih ngenalinnya pake nama Icha, tapi, aku sedikit ga ngeh, jadi dia langsung melaratnya, menjadi Fadlil. Basa-basipun menjadi tranding topic malam itu.

Malam harinya aku naik ke atas dengan nebeng sama nisa sampai Rempoah, kemudian di jemput mas Tata ke wismanya (silahkan baca inidulu  ).

Pada hari pembekalan kedua aku, di antar Diah dari UMP ke LPPM. Tidak ada peristiwa yang menarik, kecuali pada saat pemateri terakhir, menyampaikan seribu cerita galau, yang bikin kita meringis lucu dan terkenang haha. Itu dia siapa lagi, kalo bukan Mas Wisnu, dosen yang suka “galauin” mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi.

Beberapa minggu setelahnya ada pembagian kelompok. Aish deg-degan dehhh, aku bakal sekelompok sama siapa yah.  Setelah menunggu beberapa waktu, ku beranikan diri membuka website LPPM UNSOED, dengan kuota yang minim banget, akhirnya aku mengetahuinya juga. Yehaa,, seDesa sama Nisa, tetanggaan sama mba Ayu dan Nadia Febriana.

Ada 8 orang di sana, 4 cowok dan 4 cewek, termasuk aku di dalamnya. Nisa masuk kelompok satunya. Ga papalah yang penting ada temen yang udah dikenal

temen sekelompok pas makan bebek di Kawunganten

DI facebook rame banget guys, apalagi di grupnya. Mereka pada tag-in nama-nama temen kelompoknya. Aku menunggu saja, siapa tahu, ada yang nge-tag juga. Namun, sayang, ga ada satupun, yang sms juga ga ada, hiks sedih. Takut banget, takut ga kompak nantinya. Akhirnya aku yang beranikan diri untuk tag nama mereka, belum semuanya sih, tapi ga papa, yang penting tahu dulu orang-orangnya.

Setelah aku tag, kirain bakalan ada yang ngomen, but just like. Hiks, nyedihin banget ga sih, jadi aku, hhoho.

Tidak hanya di Fb, tapi di sms juga. Di kelas, temen-temenku sudah pada gembar-gembor, jika mereka di sms teman-temannya, mau ketemuan dan sebagainya. Dan aku, ga ada satupun awalnya. Bukan, bukan, aku bukan orang yang akhirnya sms mereka. Namun ada satu teman, namanya Agnes Harvelian (dapat ditemui disini ), dia yang akhirnya SMS duluan. Aku lupa isi SMSnya, namun, initinya, bahwa dia mengajak ketemuan pas pembekalan keesokan harinya, kalo tidak salah tanggal 5/6 Januari di Peternakan.

Keesokan harinya aku galau, ga tau kenapa, bingung sendiri. Dan itu berdampak hingga sore hari. Ceritanya gini, aku mau berangkat ke FAKULTAS PETERNAKAN UNSOED. Naik angkot 01, yang lewat depan kosan, di angkot ku ini dengan melamun. “Peternakan ya pak” kataku, “ia mba” jawab pak sopir. Beberapa saat kemudian “mba sudah sampai” kata pak sopir mengagetkanku. “oh ia pak” jawabku, lalu ku sodorkan uang selembar uang seribu rupiah. Aku tepat diturunkan di depan gerbang Peternakan. Namun, apa yang aku lakukan?. Yeah, aku jalan kaki ke arah timur. Tak ada satu orangpun yang mukanya tidak asing, semuanya asing. Untung ada Dafi, “Fi, kamu pembekalan juga? Dimana Kknnya?” tanyaku, “eh, Endah, aku di Purworejo, kamu dimana?, lagi ngapain di sini” balasnya, “ia, aku lagi nunggu temen” jawabku, kebetulan aku lagi smsan sama Agnes dan mba Ayu.

Tik tik tik

Ga tau berapa menit aku berdiri di dekat gerbang yang mau ke audit pertanian. Pegel juga, aku putuskan telfon Agnes

“Nes, kamu dimana?”

“aku udah di depan Peternakan nih”

“hah? Apa ia? Di sebelah mananya koh?”

“ini, aku di depan”

“kamu pake kerudung warna apa?”

“biru dongker, ayoo cepet ke sini, udah mau mulai”

“oh okee,, aku pake baju pink, aku ke sana ya”

“oke, oke”

Tut tut tut

Ya ampun, orang-orang dimana sih. Lalu aku putuskan untuk naik ke gedung lantai dua sebelahnya. Mana sih, kok sepi banget, masa sepi banget sih, aku yakin ini gedung Peternakan. Aku telfon Agnes lagi.

“nes, kita ruang mana?”

“di ruang bla bla bla, lantai 3 Peternakan”

“hah?, gada lantai 3 koh,, lantai 2 kali, ini aku udah di Peternakan tapi Cuma ada dua lantai kok”

“3 lantai tau, kamu ke sini ya,, udah mulai”

“oh oke deh”

Hmm, ini tuh dua lantai, bukan tiga, ga ada tangga lain lagi. Akhirnya aku putuskan buat keliling, ketemu mas-mas, kayaknya adek kelas, cz masih madan unyu hahaha.

“misi mas, numpang tanya”

“ia, kenapa mba?”

“ruang pembekalan KKN Kecamatan Adipala Cilacap, sebelah mana ya?

“wah, kurang tahu mba, setahu saya tidak ada pembekalan di gedung ini”

“ini gedung fakultas apa ya mas?, Peternakan sebelah mana?”

“wah, ini gedung FMIPA, mba, Peternakan di sebelah, nyebrang jalan kecil, kan ada tulisannya, mba.”

“OMG, salah ya, makasih ya mas”

“oh ia sama-sama mba”

Untuk menghilangkan malu, aku menggerutu “gini deh, kalo uplek-uplek di Fakultas depan terus, Peternakan aja kaga ngerti, hadeuh”.

Dengan lari-lari karena sudah telat, aku ke lantai 3 Peternakan. Untung banyak yang telat, jadi aku ada temennya. Nisa cs, melambai-lambaikan tangannya, dan akupun menuju ke tempat duduk mereka. Untung ada yang kosong.

Dengan diselingi cerita-cerita nyasar tadi, pembekalan sesi pertamapun usai. Agnes udah sms, jangan lupa ketemu di depan habis ini.

Akhirnya kitapun ngumpul di depan, bareng kelompok satunya juga. Kenalan-kenalan, pada jaim, mesem-mesem dewek, hahahaa. Yang belum kumpul, mas-mas yang namanya redityo sama mba-mba yang namanya Fadlil Ichwani, dalam hati perasaan pernah denger, dimana ya, yang kaya apa yah. Lalu, mataku tertuju pada seorang cewek yang sedang bersenda dengan beberapa temannya. Ga tau pengen liatin aja. Lalu diapun menghampiri, “endah, ya” sapanya, pada saat itu, dalam posisi diem-dieman sama yang lainnya, “eh ia, mbanya?” tanyaku, sumpah lupa kalo pernah kenalan, “aku Fadlil” jawabnya, terus dia menyalami teman-teman yang lain satu persatu. Lama kita ngobrol-ngobrol (sebenernya lebih diisi dengan diem-dieman). Mba ini siapa ya, perasaan pernah kenalan, siapa ya, ya Alloh, siapa ya. Hatiku tak tenang terus saja bertanya-tanya. Kemudian Agnes bertanya, “eh, disini normal semuakan?, maksudnya salaman semuakan?”, kemudian Agnes tanya ke satu-satu, kesimpulannya “oke, berarti semuanya normal, tapi ga tau mas Redityo, karena belum dateng” kata Agnes.

Setelah diakhiri karena waktunya habis, kamipun kembali ke habitat masing-masing. Setelah sesi kedua, aku pergi makan sama nisa, agil n mba ayu di deket, MAFAZA. Lumayan pegel juga jalan kaki ke sana. Setelah itu balik lagi ke Peternakan. Pulangnya, kalo ga salah bareng Aslih, kalo ngga, jalan kaki sendirian.

Pembekalan berikutnya, hari Minggu sore. Berjalan normal, ga ada nyasar-nyasaran lagi. Malemnya ketemu DPL, Dosen Pembimbing Lapangan. Namanya Ibu Sorta, awalnya, aku kira ibu ini galak, dan penjelasannya berbeda dengan penjelasan sebelumnya dalam hal yang sama, aku menyimpulkan, orang ini ga enak. Setelah itu, aku nunggu kelompok Nisa kumpul dulu, kemudian pulang bersama Aslih ke kosan.

Hari-hari setelah pembekalan di isi dengan rapat KPMDB yang mau sosialisasi, galau laptop ruksak, padahal ada tugas, ngerjain ujian, dan sempet ngumpul KKN perdana.

Kejadiannya kalo ga salah antara tgl 8/9/10 Januari 2013, Ada acara ngumpul bareng, lebih tepatnya membagi tugas perbidang. Aku kebagian bidang pendidikan, mba Fadlil bidang lingkungan, Mas Hilman bidang kesehatan, mas Tio bidang kelembagaan. Kormapoknya mas Ali, Sekertaris mba Dita, bendahara Agnes. Oke sip, ngerjain proker, dikirim ke Agnes, dan katanya ga nyampe, huhuhuu.

Pada hari Sabtunya, ada ujian KKN. Wew, ujian segala ya,, ampun deh, soalnya sama persis dengan yang aku baca semalam dan Cuma sekilas, sakit banget, nyesek kaga ngeprint, hupt bete abis. Sebelum berangkat ujian, aku sama Agil, beli mantel dulu, terus Agil beli FD, katanya dia sekertaris. Kita ujian di Pertanian yang deket asrama, aku lupa jurusan apa namanya, Agil sempet bertanya-tanya, bener ato ngganya, cz dia juga pernah nyasar kayak pas pembekalan kemari, dan gara-gara aku, salah nunjukin tempat, setelah bolak-balik, aku tanya, pada pengawasnya, dan ternyata benar di situ, aku tahu karena tugas JMEku di gedung ini shootingnya. Okedeh, ayo ujian dengan tanya sana sini. Untung pilihan ganda. Alamat bikin matrik. Matrik setahu aku, salah satu channel stasiun TV deh -,- . oke sipp, ngegarisnya pake buku tabungan Bank Jateng, warna merah, punya KPMDB, hahahaa, berjasa banget deh, pokoknya. Bikin sebisa mungkin dan tentu saja, semampunya. Ough, cukup bikin pegel. Agil udah selese duluan. Dia minta keluar terus, aku ga dengerin, meskipun tetep kedengeran, rengekan dia minta keluar. Jam 11, akhrinya akupun menuruti permintaan si Agil itu. Masih sepi di luar, mba Dita menyusul kemudian, lalu mba fadlil, mz ali, mz bagus, mz Hilman, mz tio dan yang terakhir gabung Agnes (kalo ga salah). Kita mau ngumpul sama kelompok satunya, janjian, dan bertukar proker. Sebelumnya, kita makan siang dulu. Aku makan siang bareng nisa, di SA 1.

Setelah itu ketemuan lagi di tempat yang sama, sempet ngobrol-ngobrol juga, dan capcus ke Adirejawetan Adipala, Agnes ga ikut, katanya ada acara. Di pandu oleh Kormades, namanya Bimo. Aku nebeng mz Hilman. Di jalan aku ngelamun terus, mana dibawa ngebut lagi. Aku sih biasa aja, a Pupun sama a Oji kadang lebih ngebut daripada ini, ini mending jalannya aspal mulus, lurus lagi, biasanya kalo bareng mereka, naik gunung berkelok-kelok juga tetep dibawa terbang. Kaget banget kalo pas lewat jalan berlubang tapi di tabrak aja, kalo ngga polisi tidur, sakit-sakit deh pantat.

Sudah sampai, Adirejawetan, kami ke Balai desa, lalu di tunjukan rumah pak kadesnya. Asik, rame, bapaknya juga humoris, udah sore dan saatnya back to Pwt. Alhamdulillah ga ujan J.

Di Pwt ga langsung pulang ke kosan tapi kumpul lagi. Ngomongin proker perbidang, punya dua kelompok, sempet di peringatkan juga sama penjaganya, karena malempun kami masih ngobrol. Aku lupa cerita habis itu, yang jelas pulangnya bareng nisa.

Setelah itu, hari seninnya, kelompokku ngumpul bareng lagi. Di PKM. Aku ke sana naik angkot, tapi di PKM ga ada temen2 kelompokku, yang ada hanya kelompok Adirejakulon sama kelompoknya Udin. Aku telfon Agnes.

TUUUUUUUUUUUUUUUUT, TUUUUUUUUUUUUUUT

“Halo, Agnes, jadi ga sih ngumpulnya?”

“halo ndah, eh ternyata ga jadi kumpulnya”

“lah terus kita sih gimana, kan kudu ngebagi barang bawaan, bla bla bla, aku udah di PKM nih”

“ya ndah, beneran ga jadi, tadi pada ngebatalin (kaloo ga salah gitu)”

“lah terus gimana dong, aku udah di PKM nih”

“ya udah kamu balik lagi aja, aku juga balik lagi tadi”

“lah terus gimana, yang lain mah udah pada bahas, kita mau ngurusin tampah dsbg kapan?, udah mepet”

“lah gimana ya ndah, orang ga jadi sih”

“ya udah deh, aku balik lagi aja, terus kamu dimana?”

“aku disini, liat deh ke sebelah selatan”

Selatan sih mana, aku liad ke gedung lantai dua, kemudian muter-muter, mataku jelalatan, mana sih pikirku.

“nengok sini, selatan, sini, sini, kebawah”

“mana sih, mana, kamu dimana?”

“selatan liat ke bawah”

Dan akupun lihat, ya ampun apa yang terjadi

“hahahaahahahahaa”

Aku mematikan HP, sial aku di kerjain. Mereka semua tertawa. Dan mereka ada di belakang tempat dudukku tadi, ya Tuhan, kenapa ga kelihatan ya, mereka diselubungi apa sih. Terus aja deh ketawa, huhuhuhuu. Semuanya ada, kecuali, mas Hilman, maz Bagus sama mba Fadlil.

Setelah semuanya normal, kita pembagian. Mba Dita, mz Ali sama Agnes, bikin proker tentatif, aku sama mz Tio, ngebagi peralatan yang mau di bawa. Dan mz Baguspun menyusul, setelah sama dikerjain kayak aku. Untung aku baik ngeliatin dia, coba kalo ngga, dia pasti balik lagi, katanya dia udah ke Pertanian, cz awalnya janjian buat ngumpul di situ. Setelah kelar, aku pulangnya nebeng Agnes, nyampe warnet, kebetulan aku mau download novel hihihihiihii. Dan ban Agnes juga bocor. Kasian tuh motor, di naikin orang gede-gede sih hohho.

Setelah itu, aku mau packing, mimih…., tasnya ga muat, padahal ada 3. Setelah konsultasi, dengan diantar Aslih, aku pergi menyusuri jalan HR. Bunyamin, ke toko tas, buat beli koper, nyesel banget koper yang dulu nganterin ke kosan di balikin ke rumah hiks, setelah survei harga, kita ke kebon dalme nyari celana trening sama celana pendek. Dan balik lagi ke toko itu buat beli kopernya. Pulangnya jalan kaki, sama Aslih, hmm, kasian Aslih, makasih ya. Di Racana ketemu temannya Aslih, aku suruh aja dia sama temennya, dan aku jalan kaki sendirian, kopernya di bawa Aslih pake motor ke kosan, makasih temennya Aslih, salam Pramuka!!!.

Setelah itu, langsung packing lagi, sendirian, Aslihnya OL. Aku bawa setrikaan, sama stop kontak, dan perlatan tulis. Masuk semua ke koper.

Barangnya bakal di anter hari Rabu sore, di anter sama taxi barang n kormades. Entah gimana ceritanya, aku lupa, aku bisa bareng mba Dita, ke rumahnya ngambil koper dan galon, di taro di kosanku, sebelum pembekalan.

Pembekalannya keren, duduknya deketan sekelompok, kecuali agnes, sama mz tio, tau deh mereka dimana. Aku duduk deket mba Fadlil sama mba Dita, mba Fadlil fokus ke depan dan sesekali baca sms, sedangkan aku sama mba Dita, sesekali fokus ke depan dan sisanya makan, hahaahaha. Pake absen segala tuh, dianterin wakarmacan. Setelah itu, acaranya di mulai, di tayangin di TVRI, aku lupa nama acaranya apa hhoho. Ada para bupati juga, kirain yang cewek bu Idza, tapi rupanya bukan. Pak Nardjonya yang datang. Entah deh pada ngomong apa, berisik banget. Belum selesai, dan belum di tutup, udah madan kosong ruangannya, ya ampun, ga pernah bikin acara ya, ga ngehormatin banget.

Oke deh, saatnya pulang dan bawain barang ke PKM. Pertama punya mba Dita, lalu punyaku. Nungguin semuanya, habis itu, aku sama mba Dita beli peralatan lainnya ke BK, beli jagungnya agnes dan pulang ke kosan. Mba Dita pulang bis magrib dari kosanku. Akupun kembali packing, ada laptop dan kawan2, terus peralatan solat, payung dan mantel, baju tekhum juga. Aku udah siap KKN, bismillah.

Sebenernya aku udah siap dari jam setengah 6, ke rumah mbah dulu dan nungguin angkot, tapi lama banget. Akhirnya aku sms mba fadlil, minta jemput. Mata dia sembab, lagi ada masalah sama cowoknya kali, aku ga banyak nanya, biar dia aja yang cerita sendiri.

pas penerimaan di Kecamatan

Kumpul di Gor Susilo Sudarman (sudarman apa sudirman sih?), lama-kelamaan banyakan juga, eh mba Ayu nyasar dia ikut ke desaku, hahahaa. Setelah ngumpul semua kita berangkat ke Adipala, Bismillah, semoga lancar. Nisa, mana nisa. Ternyata dia tertinggal di belakang, katanya rantainya putus, ya ampun nisa, semangat ya.

Jam 10 acara dibuka, Agnes sama mz Bagus ga ikut, cz masih ujian. Jadi kita 2 hari berenam aja. Semoga, menyenangkan KKNnya. Lanjutannya ntar yaa, masih dalam rangka penulisan, baru seperempat hehehe.

Ini ceritaku Pra KKN, ceritamu???????????

 

Ini buat ERVINA

Hai sahabat,, udah lama yaa ga jumpaa,, ga ngumpull bareng lagii,, hmm. Maap mungkin aku yang terlalu sibuk dengan duniaku. Maap aku ga terlalu perhatian. Sejujurnya kalian masih tetep di hati kok J.

3 dari ERVINA

Jadi inget deh pas dulu di XA, tempat awal kita ketemu. Aku, dan kamu-kamu. Duduk di bangku yang berurutan. Bangkuku di tengah looh hhehe sama Nisa. seneng banget deh nemu kelas yang kompak, seneng bangettt nemu kalian juga.

ERVINA aku nemu pas lagu vagetos yang judulnya sama, mulai melambung di radio. Tiba-tiba aku suka aja. Ehh, ketika melihat nama kita yang ku tulis di Diary tersusun rapi dari atas ke bawah, aku menemukan sesuatu yang ajaib. Judul lagunya ternyata sama dengan huruf awal kita yang tersusun rapi. Dimulai dari namaku, mamih ratih, teteh vera, teteh Ima, mba Nisa sama neng Ayu. Hmm, indah yaa. ERVINA.

Tadi aku juga sempet searching gitu, heyy kebetulan lagii, ERVINA itu artinya sahabat. Wah jodoh banget ya kita. Terharu uuuu. #mewek L

ERVINA, ahh,, indah sekali,, . seindah persahabatan kita yang takan pernah pudar. Seindah persahabatan kita yang takan lekang oleh waktu.

ERVINA, sahabat, best friend, entah apalagi persamaan katanya, namun menurutku Rangkaian nama kitalah yang terindah #WAJIB SETUJU HHA

ERVINA, enam gadis unik dari 3 kecamatan di Brebes Selatan. Pas banget lagi urutannya. Coba deh liad, dari ukuran tubuhnya hhaha,, jangan pada kesinggung yaa,, kan ERVINA. Di Bantarkawung yang tengah2 ada teteh Ima sama mamih Ratih, tubuhnya kecil sama ndud hahaa, di Bumiayu ada neng Ayu sama mba Nisa kecil2 hho, dan yang terakhir ada dari Salem, aku sama teteh vera, sudah tahu lah yaa kita kayak apa,, hahaha sekali lagi jodoh banget.

ERVINA, enam gadis lucu di XA, lucu ga sihh ahhhaahaha #ketawa donk

ERVINA, Rangkaian kata yang indah yang artinya sahabat, luar biasa tak terbayangkan, bagus sekali artinya. Kekal, abadi, Selamanya.

NP: ERVINA By Vagetoz

Ervina kau adalah cinta dalam hidupku
Dan takkan pernah ada yang lain
Di hatiku selain dirimu, ooo

Sudahlah buang semua ragu dalam jiwamu
Percayalah akan janji setiaku
Untuk selalu menjaga dirimu

Reff:
Ervina, hanya kau yang terukir di hatiku
Dan ku selalu berharap semoga kita
Kan abadi selamanya

Ervina, aku akan selalu mencintaimu
Dan aku akan selalu merindukan dirimu
Selamanya

Biarkan orang berkata lain kepadamu
Mereka hanya ingin membuat kita
Saling membenci cinta
Sulit ku pahami

Selasa, 05 Maret 2013

Ini Tentang Aku, Rantau dan Pancasila: Pancasila Itu Sederhana

lomba blog pusaka indonesia 2013


Garuda pancasila akulah pendukungmu
Patriot proklamasi sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
ayo maju maju
ayo maju maju

Masih ingat, akan lagu ini?, ya, lagu ini sering kita nyanyikan sewaktu Sekolah Dasar dulu. Bangga sekali bisa menyanyikannya, tampil di depan kelas dengan gagah berani. Lagu Garuda Pancasila ini, syarat akan makna, membangkitkan semangat jiwa pendengarnya, dan merasa bangga akan Pancasila.

Di tengah arus global yang terus mendominasi, Pancasila sebagai identitas nasional seakan melemah. Seperti yang kita ketahui, saat ini banyak sekali masyarakat yang tidak hafal, lima butir Pancasila yang katanya sebagai identitas negara ini. Terenyuh memang, namun, apa mau dikata, mungkin ini memang sudah jalanNya.
Cukup sudah, saat ini sedang tidak ingin memikirkan itu semua, masih banyak cerita indah tentang aku dan Pancasila. Pancasila itu ada lima, kelima-limanya sangat berpengaruh dalam kehidupanku. Mulai dari sebelum jadi anak rantau, hingga saat ini, yang hobi sekali tinggal di tempat rantauan. Bukan, bukan berarti melupakan tempat asal, namun, di tempat rantauan inilah, aku menemukan sebuah makna Pancasila.

Sebagai negara yang multikultur, Indonesia memang sangat-sangat layak mempunyai dasar negara Pancasila. Dalam Pancasila merangkum semua apa yang dibutuhkan bangsa dan seisinya ini. Mulai dari tentang Tuhan sebagai pencipta alam semesta, tentang sebuah arti kemanusiaan, tentang sebuah persatuan, tentang sebuah kebijakan para pemimpin dan tentang sebuah keadilan dalam bermasyarakat.

Ini tentang aku dan Pancasila yang pertama. Pancasila itu sederhana. Ketika menemukan banyak pemahaman akan arti Tuhan di tempat orang ini, namun Pancasila merangkumnya menjadi satu, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Dia (Pancasila), tidak mengambil salah satu dari pehamanan tersebut. Menghormati antar umat beragama. Alasan yang indah, sederhana dan tidak memerlukan banyak perdebatan. Apa jadinya jika Indonesia tidak memiliki Pancasila? Mungkin tidak akan “sedamai” ini. Warga masyarakat akan terus memperebutkan posisi Tuhan tertinggi menurut pemahaman masing-masing. Mereka tidak akan mungkin mengalah satu sama lain, karena, ini berbicara mengenai ideologi yang dianut.

Ini tentang aku dan Pancasila yang kedua. Pancasila itu sederhana. Ketika, menemukan beragam sifat dan karakter manusia. Ketika saling menekan ego masing-masing demi menghormati manusia-manusia lainnya. Demi menghormati suku-suku unik lainnya. Bayangkan saja, jika Pancasila itu tidak ada?, Mungkin, saat ini tidak akan betah di tempat rantauan, karena masyarakat tempat rantauannya, memandang remeh pendatang baru, tidak dihargai pendapatnya, hingga memperlakukannya dengan semena-mena. Sekali lagi, Pancasila itu sederhana, saling menghormati antar sesama manusia, juga Pancasilakan?

Ini tentang aku dan Pancasila yang ketiga. Pancasila itu sederhana. Ketika menemukan beragamnya etnis, gaya, bahasa dan tutur kata, disatukan oleh sebuah kata, yakni Indonesia. Persatuan Indonesia, kata yang indah dan bijak sekali. Apa jadinya, jika Masyarakat Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, ribuan bahasa dan ratusan etnis ini, menganggap suku dan etnisnya adalah yang terhebat, atau dalam bahasa kerennya rasa Primordialismenya sangat kuat, pasti Indonesia tidak akan “sedamai” ini. Banyak pertempuran dimana-mana, siapa yang kuat dia yang menang. Banyak pertengkaran dimana-mana karena tidak memahami bahasa satu dengan lainnya. Namun, dengan adanya Pancasila, kita disatukan, satu negara, satu bangsa dan satu bahasa, tanpa menghilangkan multikulturnya.

Ini tentang aku dan Pancasila yang keempat. Pancasila itu Sederhana. Ketika menemukan sebuah masyarakat yang tertib dan patuh pada peraturan, yang cinta damai, yang menyelesaikan masalah dengan musyawarah, dan yang hormat pada pemimpinnya yang bijak. Meskipun akhir-akhir ini tidak begitu banyak ditemukan pemimpin yang bijak, setidaknya masih ada, semoga bertambah banyak. Apa jadinya jika Pancasila tidak ada?, mungkin yang ada, akan banyak darah yang tertumpah, hanya gara-gara masalah yang sepele, banyak pemimpin yang seenaknya sendiri (meskipun saat ini juga banyak, namun, masih ada perhatian sedikit ke masyarakat), banyak manusia yang tidak peduli lagi pada manusia lainnya. Untung saja, ada Pancasila, yang mengajarkan Indonesia khidmat, bijaksana, dan musyawarah yang diwakilkan. Tidak mungkinkan, jika semua warga Indonesia ikut rapat di Senayan?, kasihan nanti negara bangkrut. Jadi ingat pas sembilan tahun silam, ketika pertama kali hidup di tanah rantau, setiap mau mudik berjamaah pasti di musyawarahkan terlebih dahulu, meskipun hanya perwakilan setiap kosannya. Namun, terlaksana juga, hmm indah sekali. Ini berkat Pancasila.

Ini tentang aku dan Pancasila yang kelima, yang terakhir. Pancasila itu sederhana. Ketika menemukan sebuah keluarga kecil, yang memperlakukan anak-anaknya dengan cara yang sama. Dengan memberikan uang saku yang sesuai dengan kebutuhannya, dengan memberikan kasih sayang yang sama besarnya. Meskipun pembangunan di Indonesia belum merata, namun, dengan adanya Pancasila sebagai dasar negara, semoga saja, keadilan itu akan segera terlaksana. Sebenarnya bukan masalah adil atau tidak, namun, seberapa besar manusia itu mensyukuri nikmat yang diberikan oleh TuhanNya.

Tidak, seharusnya tidak perlu panjang lebar untuk menuliskan tentang Pancasila ini. Cukup kita pahami, cukup kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, Pancasilapun akan menyatu dalam sanubari. Tidak, tidak sedang menyuruh untuk bertarung melawan penjajah modern yang bernama globalisasi dan sebangsanya. Cukup dengan saling menghormati satu sama lainnya (manusia), mengambil hal-hal positif yang diterapkannya (globalisasi), dan tidak mencerna hal-hal buruk yang dibawanya (globalisasi), sudah masuk dalam kategori mengamalkan Pancasila. Ya, Pancasila itu ada di dalam diri kita sendiri, dulu, sekarang, hingga nanti. Sederhana bukan?.

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...