
Garuda
pancasila akulah pendukungmu
Patriot
proklamasi sedia berkorban untukmu
Pancasila
dasar negara
Rakyat
adil makmur sentosa
Pribadi
bangsaku
Ayo
maju maju
ayo
maju maju
ayo
maju maju
Masih
ingat, akan lagu ini?, ya, lagu ini sering kita nyanyikan sewaktu Sekolah Dasar
dulu. Bangga sekali bisa menyanyikannya, tampil di depan kelas dengan gagah
berani. Lagu Garuda Pancasila ini, syarat akan makna, membangkitkan semangat
jiwa pendengarnya, dan merasa bangga akan Pancasila.
Di
tengah arus global yang terus mendominasi, Pancasila sebagai identitas nasional
seakan melemah. Seperti yang kita ketahui, saat ini banyak sekali masyarakat
yang tidak hafal, lima butir Pancasila yang katanya sebagai identitas negara
ini. Terenyuh memang, namun, apa mau dikata, mungkin ini memang sudah jalanNya.
Cukup
sudah, saat ini sedang tidak ingin memikirkan itu semua, masih banyak cerita
indah tentang aku dan Pancasila. Pancasila itu ada lima, kelima-limanya sangat
berpengaruh dalam kehidupanku. Mulai dari sebelum jadi anak rantau, hingga saat
ini, yang hobi sekali tinggal di tempat rantauan. Bukan, bukan berarti
melupakan tempat asal, namun, di tempat rantauan inilah, aku menemukan sebuah
makna Pancasila.
Sebagai
negara yang multikultur, Indonesia memang sangat-sangat layak mempunyai dasar
negara Pancasila. Dalam Pancasila merangkum semua apa yang dibutuhkan bangsa
dan seisinya ini. Mulai dari tentang Tuhan sebagai pencipta alam semesta,
tentang sebuah arti kemanusiaan, tentang sebuah persatuan, tentang sebuah
kebijakan para pemimpin dan tentang sebuah keadilan dalam bermasyarakat.
Ini
tentang aku dan Pancasila yang pertama. Pancasila itu sederhana. Ketika
menemukan banyak pemahaman akan arti Tuhan di tempat orang ini, namun Pancasila
merangkumnya menjadi satu, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Dia (Pancasila),
tidak mengambil salah satu dari pehamanan tersebut. Menghormati antar umat
beragama. Alasan yang indah, sederhana dan tidak memerlukan banyak perdebatan. Apa
jadinya jika Indonesia tidak memiliki Pancasila? Mungkin tidak akan “sedamai”
ini. Warga masyarakat akan terus memperebutkan posisi Tuhan tertinggi menurut
pemahaman masing-masing. Mereka tidak akan mungkin mengalah satu sama lain,
karena, ini berbicara mengenai ideologi yang dianut.
Ini
tentang aku dan Pancasila yang kedua. Pancasila itu sederhana. Ketika,
menemukan beragam sifat dan karakter manusia. Ketika saling menekan ego
masing-masing demi menghormati manusia-manusia lainnya. Demi menghormati suku-suku
unik lainnya. Bayangkan saja, jika Pancasila itu tidak ada?, Mungkin, saat ini
tidak akan betah di tempat rantauan, karena masyarakat tempat rantauannya,
memandang remeh pendatang baru, tidak dihargai pendapatnya, hingga
memperlakukannya dengan semena-mena. Sekali lagi, Pancasila itu sederhana,
saling menghormati antar sesama manusia, juga Pancasilakan?
Ini
tentang aku dan Pancasila yang ketiga. Pancasila itu sederhana. Ketika
menemukan beragamnya etnis, gaya, bahasa dan tutur kata, disatukan oleh sebuah
kata, yakni Indonesia. Persatuan Indonesia, kata yang indah dan bijak sekali.
Apa jadinya, jika Masyarakat Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, ribuan
bahasa dan ratusan etnis ini, menganggap suku dan etnisnya adalah yang
terhebat, atau dalam bahasa kerennya rasa Primordialismenya sangat kuat, pasti
Indonesia tidak akan “sedamai” ini. Banyak pertempuran dimana-mana, siapa yang
kuat dia yang menang. Banyak pertengkaran dimana-mana karena tidak memahami
bahasa satu dengan lainnya. Namun, dengan adanya Pancasila, kita disatukan,
satu negara, satu bangsa dan satu bahasa, tanpa menghilangkan multikulturnya.
Ini
tentang aku dan Pancasila yang keempat. Pancasila itu Sederhana. Ketika
menemukan sebuah masyarakat yang tertib dan patuh pada peraturan, yang cinta
damai, yang menyelesaikan masalah dengan musyawarah, dan yang hormat pada
pemimpinnya yang bijak. Meskipun akhir-akhir ini tidak begitu banyak ditemukan
pemimpin yang bijak, setidaknya masih ada, semoga bertambah banyak. Apa jadinya
jika Pancasila tidak ada?, mungkin yang ada, akan banyak darah yang tertumpah,
hanya gara-gara masalah yang sepele, banyak pemimpin yang seenaknya sendiri
(meskipun saat ini juga banyak, namun, masih ada perhatian sedikit ke
masyarakat), banyak manusia yang tidak peduli lagi pada manusia lainnya. Untung
saja, ada Pancasila, yang mengajarkan Indonesia khidmat, bijaksana, dan
musyawarah yang diwakilkan. Tidak mungkinkan, jika semua warga Indonesia ikut
rapat di Senayan?, kasihan nanti negara bangkrut. Jadi ingat pas sembilan tahun
silam, ketika pertama kali hidup di tanah rantau, setiap mau mudik berjamaah
pasti di musyawarahkan terlebih dahulu, meskipun hanya perwakilan setiap
kosannya. Namun, terlaksana juga, hmm indah sekali. Ini berkat Pancasila.
Ini
tentang aku dan Pancasila yang kelima, yang terakhir. Pancasila itu sederhana.
Ketika menemukan sebuah keluarga kecil, yang memperlakukan anak-anaknya dengan
cara yang sama. Dengan memberikan uang saku yang sesuai dengan kebutuhannya,
dengan memberikan kasih sayang yang sama besarnya. Meskipun pembangunan di
Indonesia belum merata, namun, dengan adanya Pancasila sebagai dasar negara,
semoga saja, keadilan itu akan segera terlaksana. Sebenarnya bukan masalah adil
atau tidak, namun, seberapa besar manusia itu mensyukuri nikmat yang diberikan
oleh TuhanNya.
Tidak,
seharusnya tidak perlu panjang lebar untuk menuliskan tentang Pancasila ini.
Cukup kita pahami, cukup kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasilapun akan menyatu dalam sanubari. Tidak, tidak sedang menyuruh untuk
bertarung melawan penjajah modern yang bernama globalisasi dan sebangsanya.
Cukup dengan saling menghormati satu sama lainnya (manusia), mengambil hal-hal
positif yang diterapkannya (globalisasi), dan tidak mencerna hal-hal buruk yang
dibawanya (globalisasi), sudah masuk dalam kategori mengamalkan Pancasila. Ya,
Pancasila itu ada di dalam diri kita sendiri, dulu, sekarang, hingga nanti.
Sederhana bukan?.
Siip...
BalasHapusTulisan yang bagus
terimakasih :)
Hapus