Selasa, 12 November 2013

Aku, UKI FISIP, Si Kembar dan Dieng (Sabtu, 9 Nopember 2013)



Sore semakin beranjak perut laparpun tak kunjung menampakan kesudahannya. Tiba-tiba dengan seenaknya si Rosalina teman satu kelas di kampus, SMS “mau ikut ke Dieng ngga Ndah?, bayarnya Cuma 30000 sama anak-anak UKI”
Hatipun terlonjak,, apa?? 30000 ke Dieng sumpah mau banget. Dengan gesitnya para jempol pun beradu dengan keypad handphone Nokia 101ku,, huahh mau banget. Setelah meyakinkan  beneran di ajak atau ngga, akupun langsung kabur ke Indomart, buat beli perlengkapan, sekalian nyari pengganjal perut ahihiii.
Wahh,, sudah kebayang-bayang deh, ketemu anak yang rambutnya gimbal, ketemu papaya dan cabe khas dieng, dan dua gunung yang selalu memikat hati, Sindoro Sumbing. Wahh keren banget, karena emang hobi banget sama yang namanya memandangi gunung, tak pernah terlanda bosan. Kadang ketika pagi cerah sering banget nongkrong di depan kosan buat sekedar bersapa dengan Gunung Slamet yang entah kapan dapat terdaki (semoga saja diberi kesempatan untuk mendakinya #pengenbanget tapi belum kuat huhuu).
Kembali ke awal. Masih pagi, jam empat pagi tepatnya. Alarmku berbunyi beberapa kali, Muadzinpun sudah terdengar di kejauhan sana. Adzan Subuh yang benar-benar membuat mata ini terbuka juga, #mujarab. Jarang-jrang di Purwokerto mandi pukul 04.00 WIB, tidak sedingin air Salem namun cukup membuat menggigil, tapi sesudahnya, membuat tubuh menjadi hangat, #keren banget, mungkin tubuh mengeluarkan senjatanya untuk melawan air yang menusuk itu, Tuhan memang segalanya. Setelah solat Subuh dan siap-siap, langsung cus ke kosannya si Sofi (habis perang dingin langsung wisata,, keren ya pay hahahhaaa).
Menunggu sekitar satu jam untuk pemberangkatan, Indonesia memang jagonya deh soal ngaret, tapi tak apalah, karena Dieng sudah di depan mata. Setelah masuk bis, dan mendapatkan teman sebangku, cewek lucu, rame, dan kompak hahahaa,, Siti Khoerotul, anak Sosiologi 2013, asli Bukit Teja Purbalingga. Dengan cerianya dia bercerita tentang kehidupan dan adik yang banyak, kalau tidak salah 3 ya dek?? Hhehe maaf ya teman sebangkumu ini lupa hehe. Dia juga bercerita tentang Klampok yang dekat, tentang seringnya berkunjung ke Banjarnegara dan pantai yang belum terjamah di Kebumen, wahh sepertinya indah sekali.
Bis biru milik Universitas Jenderal Soedirman pun terus melaju. Rombongan UKI FISIP UNSOED ini pun, masih menikmati ayat-ayat Al Qur’an yang dilafalkan bersama. Tuhan lindungi perjalanan kami J. Begitu segenap do’a yang dipanjatkan dalam hati ini. Percakapan demi percakapan pun terus berlanjut dengan disambut berbagi makanan, whahah rame sekali empat bangku depan ini.
Tak terasa Banjarnegarapun sudah hampir terlewati, gunung itu iahh gunung itu, yang dulu terlihat dari Purworejo. Sindoro-Sumbing. Konon katanya dua gunung itu merupakan nama dua kaka beradik dari sepasanmg petani yang ada di tinggal di sekitar sana. Namun, siang itu masih terkubur kabut, awanpun enggan menjauh darinya.
Namun, setelah memasuki kawasan Tieng, Gunung itu menjelma menjadi panorama yang mungkin takan terlupa. Berjejer rapi, terterpa sinar mentari terbias menjadi sangat Subhannalloh indahnya, tak terkata. Bersama Siti, ramai berdua bahkan hingga berdiri, demi memandangi dua gunung kembar yang indah itu. Tidak lebih tinggi dari Slamet, Sumbing dengan tinggi 3125 dpl dan Sindoro lebih dari 3400 (kalo ngga sala n ga ketuker,, maaf ya, kan namanya juga kembar susah di bedain hehehe #ngeles), hanya selisih sedikit, namun tetap mempesona. Ahh, jadi teringat cerita teman KKN yang kabur demi menemui kekasihnya, katanya di bonceng kekasih, membelah dua gunung kembar itu di pagi hari, ahh Tuhan Romantis sekali.
Cukup untuk dua gunung itu, meskipun takkan pernah cukup untuk menceritakannya. Dieng pun di depan mata, lika liku jalan semakin terpancar, jurang-jurang di pinggirpun tak terelakan, namun terbayar dengan pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya. Sungguh luar biasa. Subhannalloh, terimakasih untuk hari ini.
Setelah memasuki kawasan Wisata Dieng kita akan disuguhi oleh batu-batu alam yang menakjubkan. Kitapun akan berakrab ria dengan batu batu yang menggantung. Setelah itu kawasan candi Arjuna pun terlihat di depan mata.
Sebelum ke candi, kita ke kawah sikidang dulu. Bau belerang yang menyangat tak terpelakan dari hidung ini, suhu pun sangat dingin, hingga membuat kepala pusing. Apalagi buatku yang memang tidak terlalu kuat dingin yang sebegitu dinginnya. Meskipun anak gunung hidungku sangat sensitive, langsung ke kepala, sehingga membuat penat jika terkena suhu dibawah 20 derajat celcius. Setelah turun, makan siang di atas pondokan lalu solat dhuhur. Selanjutnya kami melanjutkan ke arah kawah.
Di kawasan sikidang ini banyak pedagang menjajakan dagangannya, apa isinya? Nanti dulu,, ke kawah dulu yukk…
Kawahnya tidak begitu lebar dan tidak begitu curam seperti Tangkuban Perahu. Namun panasnya terbayang sangat. Letupan air belerangpun terus memunculkan baunya. Dihadapan sana dinding terjal menghiasi, Nampak sangat mempesona. Saying ga sempet naik, karena ngga kuat dingin huhuhuuu. Setelah berlama-lama di sana, peserta yang lain outbond, aku dan sofi melarikan diri menemui estri dan teman sebangkuku yang ternyata sudah kabur lebih dulu. Di sana kami berbelanja ria.
Aku membeli satu dus carica, dua gantung cabe Dieng, wortel dan kentang buat si mbah (ibu kos). Wahh sumpah seandainya membawa uang saku lebih banyak, aku pasti akan memborong lebih banyak lagi, aku yakin seyakin yakinnya (hahaha, melihat pengalaman terdahulu, yang sangat hobi sekali belanja di kawasan wisata).
Oke kembali ke nuansanya. Dingin sedingin-dinginnya, suhunya sekitar 10-15o C. Dingin banget kayak di kulkas. Pas pipis kalian bakal terkaget kaget hehehee,, jadi sebelum ke Dieng saya sarankan untuk pipis ceboknya pakai air es. Seperti itulah rasanya, huahahaha. Suara kenthonganpun tak lepas dari pendengaran, jadi tradisionalnya sangat kental.
Seusai belanja ria di deket kawah dan sedikit kecewa, si sopay sama estray dapet yang lebih murahh arghhhhhhhhh. Rombongan turun ke kawasan Candi Arjuna, awalnya mau ke telaga warna, tapi karena ada kendala jadi kami hanya ke candi arjuna, kebetulan waktu juga sudah sore.
Dari jalan raya ternyata jaraknya cukup jauh, jadi harus berjalan di antara pepohonan dan bunga-bunga. Masih indah masih hijau. Foto-foto di dekat candi, menikmati panaroma yang ada, dan melihat beberapa manusia dengan pakaian ala kerajaan, namun aku tidak menyambangi, lebih memilih berjemur di pinggiran jalan setapak. Setelah sosialisasi IPT, kamipun foto bersama, dan kembali ke parkiran.  Sempet tergoda untuk belanja lagi, namun apa daya, uangku tertinggal di bis, (Alhamdulillah jadi tidak belanja lagi J ).
Turun jam 5 kurang, dengan matahari yang belum jua turun. Kami Maghrib di Wonosobo, dengan penderitaanku menahan pup. Ya Ampun baru kali ini pengen Pup nyampe segitunya. Untung ada WC di samping rumah makan, akhirnya bias pup juga Alhamdulillah.
Setelah solat, bis melaju ke Purwokerto. Di jalan sempet di kerok teman sebangku tercinta, terimakasih ya dekk, karena masuk angina, dan bisa terlelap, ketika bis membelah banjarnegara dan Purbalingga.
Dan akhirnya sampai ke kosan dengan di anat Sofi dalam keadaan selamat. Ditemani bulan sabit yang sedikit tertutup awan.
Terimakasih Allah, UKI FISIP UNSOED dan Ocha, atas pengalama yang indah ini.
Dieng semoga aku bisa menemuimu kembali.
Aku kangen kamu :*.



Grendeng, 11 Nopember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...