“Reizaaaaaa, argh aku benci dia, hidupku berantakan gara-gara dia, kenapa kenapa aku hancur sama orang yang aku cintai, OMG cobaan apa lagi yang harus kutempuh untuk mempertahankan hubungan ini” keluh Nanda sahabatku
“cobaan agar kamu sadar kalau dia itu tidak baik buatmu” sambar tania
“apa sih maksudmu tan, kenapa kamu selalu begitu, kamu suka sama Reiza?” balas Nanda
“ngapaen juga suka ma dia, anak ga jelas gitu”
“kamu ga ngerti dia tan, dia itu baik banget”
“kalau dia baik kenapa kamu dibuatnya menangis, harusnya dia melindungimu bukannya selalu membuatmu menangis”
“aku tahu dia punya alasan kenapa dia berbuat seperti itu”
“nah terus kenapa kamu mengeluh, kalau tahu alasannya?”
“tau ahh”
Itu lah kegiatan dua sahabatku selama ini bila ada masalah, mempertahankan ideologinya sendiri dan tidak mau mendengar orang lain, saling menggurui dan saling merasa benar, tapi aku nyaman-nyaman saja dengan mereka, karena dari mereka aku mendapatkan inspirasi buat temu kangen sama keyboard laptopku.
Ananda Alluna itulah nama lengkapnya, anaknya manis dan manja. Dia kutemukan pada saat masuk pertama SMA, saat ini dia punya cowo namanya Reiza, cowok manis dikelasku, tapi kayaknya Reiza itu punya beban yang harus ditanggungnya jadi tidak terlalu fokus sama hubungan yang dijalinnya dengan Nanda, mungkin bagi Reiza itu biasa saja tapi tidak bagi Nanda yang manja itu merupakan sebuah masalah yang besar, yang Nanda ingin agar Reiza itu selalu menuruti apa mau dia, selalu berdua pas jam istirahat, apel malam minggu dsb.
Aku mencoba mendekati Reiza, ada apa sebenarnya dengan mereka, kenapa setiap Nanda ke kamarku selalu berurai air mata.
“Hai Reiz” sapaku disela jam kosong
“hai juga Sher, ada apa? Tumben?”
“hmmm, ga da apa-apa sih Cuma pengen deket aza ma pangerannya sahabatku heeee, bolehkan?”
“oh, boleh, tapi kayaknya ada yang mau jadi detective nih?”
“jiah ketahuan deh, bolehkan saya mewawancarai anda?”
“berasa artis aza aku hahahahahaha, emang mau wawancara apa?”
“to the point aja yah, sebenarnya apa yang terjadi sih sama hubungan kalian berdua, kok setiap Nanda ke kamarku suka nangis yang katanya gara-gara kamu?”
“oh masalah itu, sebenarnya ga ada masalah apa-apa sih kan kamu juga tau sendiri kalau Nanda itu manja banget, dan belum dewasa, jadi masalah kecilpun selalu dianggapnya besar, masa Cuma gara-gara aku ga nemenin dia ke toko buku, aku dianggap ga sayang sama dia, aku jadi serba salah, padahal aku ga temenin dia juga karena aku harus kerja dulu nyari uang buat malam mingguan kita”
“loh kamu kerja sampingan?”
“ia”
“kamu kan anak orang kaya, kok bisa kerja sampingan sih”
“dirumahku itu, diberlakukan prinsip kalau mau pacaran nyari duit sendiri, coz ibuku suka bilang kalau mereka itu mencari uang bukan buat biaya anaknya pacaran, tapi buat sekolah anaknya”
“wah, keren tuh prinsip keluargamu, coba saja setiap keluarga punya prinsip seperti keluargamu itu akan menjadikan anak-anaknya lebih bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan”
“ia keren kata kamu, aku yang ngejalanin yang tersiksa, pulang sekolah kudu kerja demi pacar tercinta, ya meski kerjanya di Perusahaan ayahku sih, tapi tetep aza menguras tenaga coz kerjanya jadi buruh pabrik, upahnya sama lagi sama buruh lainnya malahan suka lebih sedikit karena part time”
“hahahahahaha, kasihan, BTW Nanda udah kamu kasih tau?”
“belum”
“kenapa?”
“karena dia itu ga mau pacarnya yang anak orang kaya ini jadi miskin”
“hahahahahaha, tapi kalau menurut aku keren kok, demi pacar udah bisa nyari duit sendiri, aku daftar deh jadi istrimu hehehehehehehe”
“oalah dasar, pendaftaran belum dibuka coz aku masih punya Nanda si manja”
“aku akan daftar lagi kalau kamu udah jadi orang kaya hahahhahahaha”
“hmmm, dasar keluar juga matrenya”
“jangan lupa hubungi aku lagi, kalau ada lowongan”
“yupzzz, syaratnya kamu harus konsisten dengan jilbabmu”
“sipppppp”
“udahan ah jadi detectivenya barangkali nimbulin fitnah, aku pergi dulu ya, dadah Reiza”
“dahhhhh”
Percakapan yang lama, dan memberiku banyak inspirasi termasuk memikirkan masalah mendidik anak, boleh donk kita fikirin sekarang, karena siapa tahu aku cepat dapat jodoh, hehehehehehe.
Setelah perbincangan aku dan Reiza kemarin siang, aku jadi sering melamun tentangnya, hmmm, khawatir nih, khawatir, karena takut jatuh cinta pada pacar sahabatku itu, apa jadinya kalau aku jadi orang ketiga dalam hubungan mereka, jilbabku sudah tidak berguna lagi kalau seperti itu.
Reizaaaaaaa, enyahlah kau dari hatiku, aduh kenapa pas waktu itu harus ngobrol sih sama dia, jadi kefikiran terus deh jadinya, aku selalu bilang keanak-anak kalau mereka curhat, semakin di ingat, semakin kefikiran, dan semakin membuat jatuh cinta,, dan hal itu yang terjadi padaku sekarang, dan parahnya lagi aku mengingat pacar sahabatku, jatuh cinta kepadanya, sahabat yang jahat aku ini.
Tidak terasa masa SMA sudah akan berakhir, sebagai aktifis rohis yang baik, aku tidak mendapat pacar dari masa-masa terindah ini, aku tidak menyesal karena menurutku mencari pacar bukan prioritasku, tapi kalau masalah jatuh cinta itu beda lagi, aku tahu kalau dalam islam itu harus menjaga pandangan dari lawan jenis, tapi bagaimana lagi, sekolahku merupakan sekolah umum jadi tidak terlalu ada batasan dalam pergaulan antara cowok dan ceweknya. Mungkin sudah lebih dari 20 cowok yang aku jatuh cinta, tapi itu Cuma cinta sesaat, berbeda dengan jatuh cintaku saat ini, yeah jatuh cinta sama pacar sahabatku ini lama banget dari pas pertengahan desember lalu, pas aku mengobrol berdua pada saat jam kosong, mungkin dia juga tahu kalau aku suka sama dia, soalnya, aku suka ketangkep basah kalau mencuri pandang pada dia, aku berharaf nanti kalau kita udah dewasa, udah siap membangun rumah tangga, dia mengingatku, kalau aku pernah daftar jadi istrinya, ngarep banget ya,,,
“eh kita perpisahan hari apa ya?” tanya tania, pas kita jalan bareng di mall
“hari minggu depan” jawab Nanda
“what! Cepet banget sih, padahal aku kan masih pengen bareng-bareng kalian, jalan-jalan bareng, bolos bareng” kataku
“wahhhh, ia ya, kita kan kuliahnya beda-beda jurusannya, kotanya juga beda, aku pengen di jogja, Tania pengen di Bandung, dan kamu Sher pengen disini aja” Nanda berkata sambil menunjukan ekspresi sedihnya
“ia ya, kita bakal jarang bertemu nih, mungkin pas liburan aja, dan itupun kalau tidak bentrok liburnya” balasku
“dan aku meragukan long distance ku sama Reiza, pas barengpun kita jarang ketemu, apalagi long distance, tak pernah terbayang, apakah aku mampu menjalaninnya nanti” kata Nanda
“ya kalau menurutku, kalau kamu yakin akan cinta dia, dan selalu percaya padanya, hubungan kalian pasti bisa terus berlanjut, meskipun, longdistance” jawabku
“tapi aku ga yakin dengan kamu Nan, kamu itu selalu menginginkan Reiza ada di sampingmu, longdistance kan membutuhkan pengorbanan yang besar” Tania mengungkapkan pendapatnya
“aku bingung, aku juga ga tahu, Reiza mau kuliah dimana, soalnya dia sampai sekarang masih bingung, oh iya, Sher, Reiza kan sekelas sama kamu, dia pernah bilang ga didepan kelas dia mau kemana selepas SMA?” Nanda bertanya padaku
“dulu sih ia dia pernah bilang, tapi aku lupa, coz dia juga kayaknya asal nyeplos aza” jawabku
“dia memang suka begitu, kalau udah mepet aja baru tuh keputusannya bener, dasar cowo ga bisa di andelin, aku benci Reiza”
“kenapa sih kamu selalu bilang gitu, benci-benci dan benci terus, tapi tetep aja di embat” balas Tania
“udah ah ngomongin Reiza nya, kita happy fun aza nikmatin nih masa-masa terakhiran kita di SMA” kataku
“bener juga tuh” balas mereka berdua
Sebenarnya dalam hati, aku berharap Reiza pergi jauh-jauh dari kota ini agar aku bisa melupakannya.
Perpisahan sekolah telah dilalui dengan lancar, masa-masa SMA pun harus kurelakan sampai disini, dan yang lebih miris lagi dengan Nanda, karena dengan berakhirnya masa SMA berakhir pula kisah cintanya bersama Reiza, mereka putus atas persetujuan mereka bersama, mereka berprinsip kalau pun jodoh pasti ga akan lari kemana.
Masa SMA ini begitu indah, banyak yang kutemukan di masa SMA ini, banyak yang kupelajari, dan tentunya membuatku menyadari akan pentingnya menghargai perbedaan.
Menangisi semuanya, menangisi kenangan yang ada, menangisi penyesalan atas kesalahan yang kuperbuat, menangisi karena tidak benar-benar kunikmati masa SMA itu.
Aku merenung apa yang telah aku lakukan dimasa itu, apa yang aku dapatkan dari semua itu, entahlah…..
Tapi aku tidak perlu menyesali dan meratapi apa yang telah aku perbuat, aku akan menggali ilmu dari apa yang telah kuperbuat selama ini, akan kucoba untuk menjadikan sebuah pelajaran yang berarti untuk meminimalisir kesalahan-kesalahanku dimasa yang akan datang.
Pengumuman dari perguruan tinggipun telah kudapat, aku telah diterima di Universitas Melati di kota ini jurusan Bimbingan dan Konseling, begitu juga dengan kedua temanku, Nanda dan Tania, mereka meninggalkan kota ini semenjak ijasah sudah ditangan.
Reiza, hmm aku tak tahu dia ada dimana lost contact begitu saja, tapi aku masih berharap dia mengingat ku untuk dia jadikan sebagai istrinya, hmm aku begitu kagum akan kepribadiannya, aku begitu takjub akan kemandiriannya, aku kan berdoa semoga segala yang terbaik ada padanya, tidak lupa supaya Tuhan menjodohkanku dengannya.
Kuliah pertama hmm mengasyikan, banyak teman-teman SMA ku yang kuliah di tempat yang sama denganku sehingga aku tidak terlalu sulit untuk mencari teman, untuk sementara ini aku masih bersama teman-teman SMAku yang tadinya tidak dekat bahkan tidak kenalpun jadi akrab, dan aku baru menyadari kalau teman-teman SMAku itu tampan-tampan hahahahaha.
Di masa menjadi mahasiswa ini aku mencoba mengepakan sayapku di dunia islam, melanjutkan kembali sebagai aktifis dakwah islam, semua menjadi indah, meskipun tanpa seorang pacar, dan aku mulai mensyukuri atas semua yang telah diberikan padaku mulai dari pengalaman, teman-teman, sampai anugerah yang terduga yang slalu membuatku tak peraya bahwa aku mendapatkannya.
Dosen-dosen pun semuanya baik, tidak ada yang bersikap ganjil, semuanya sama. Aku menikmati semua ini, tapi bayang-bayang Reiza kembali hadir saat aku bertemu kakaknya yang satu jurusan denganku, begitu mirip, aku pernah bertanya padanya tentang keberadaan dia, dan kata kakaknya, Reiza sekarang kuliah di jurusan manajemen di Universitas Garuda di kota Permai. Hmmm sangat jauh, Allah telah mengabulkan do’aku agar ia di jauhkan dari sisiku.
Aku akan mencoba untuk melupakannya.
Perjalan hidup baru kumulai, hidupku saat ini tidak bersinggungan dengan masalah jatuh cinta, aku mencoba membangun hidupku menjadi lebih bermanfaat dari sekedar urusan cinta, membangun masa depan untuk membanggakan orang tua. Aku tak berusaha untuk merubah hidupku tapi aku barubah karena lingkunganku, pergaulanku, dan kehidupanku yang berbeda dari masa-masa SMA. Komunikasiku dengan Tania dan Nanda pun tidak sesering pada masa awal-awal kuliah sekarang kita hanya sebatas bertegur sapa disaat waktu senggang, telfon juga hanya sekedar memberikan kabar.
Aku tak tahu perjalan hidup mereka seperti apa sekarang, aku hanya merupakan bagian kecil yang pernah mengisi hari-hari mereka.
Aku menjalani kehidupan dikampus tidak kurang dari empat tahun, dengan prestasi yang cukup sesuai dengan kemampuanku, kedua orang tueku tetap bangga padaku.
SD, SMP, SMA, SARJANA telah kucapai, kerja sekarang aku bekerja di sebuah SMP di dekat rumahku sebagai guru BK dan sebagai sambilan aku menjadi penyiar radio, di sore hari.
Kedua orang tuaku mulai bertanya-tanya tentang pacarku, tentang calon suami, tentang menikah semua menjurus ke rumah tangga, dan akupun bingung apa yang harus aku jawab, karena sampai saat ini aku masih sendiri.
Pada saat siaran ada yang menelfon ke radio atas nama Reiza hmm aku berharap itu Reiza teman SMA ku dan sekarang dia menelfon lagi
“hai listeners 93.3 Yanz Radio dimana pun kalian berada, ada Sheril disini akan menemani sore cerah kalian, seperti biasa dibuka salam-salam lewat layanan telfon kami di 051722933 dan di layanan smsnyaa juga dibuka di 088474352933 ditunggu telfon dan smsnya, sebelumnya, kita ke track dulu ada Lenka with Like A song nya, segera menghangatkan sore kalian, jangan kemana mana tetap di Yanz Radio” sapaku pada pendengar dirumah
“hai hai balik lagi bareng sheril disini, setelah dengerin This love nya marron five, Sheril buka layanan telfonnya di 051722933 di buka penelfon pertama, halloooo”
“hallo, selamat sore”
“selamat sore, ada siapa disana?”
“Reiza”
“oh hai Reiza, muncul lagi setelah kemarin libur nelfon sheril, Reiza yang di gang Prima kan?”
“ia benar banget, mau salam-salam donk”
“okeh salamnya buat siapa Reiza?”
“buat kakak iparku yang mau melahirkan semoga lancar, buat mama, papa yang akan menuju luar kota hati-hati dijalan ya, buat Sherilnya juga salam manis dari Reiza heheheheh”
“oh salam balik Reiza”
“terus spesialnya buat alumni SMAN Sabrang Lor angkatan 2000, pada kemana nih, reunian yukkk,”
“oh, Reiza kamu alumni SMAN Sabrang Lor juga, wah kita satu sekolah dong, sama sheril, tapi sheril lupa, sheril angkatan berapa heheheheheh, lanjut Reiza”
“ah masa sih, pernah punya teman sekelas nih, namanya sama juga Sheril, oh ia minta lagu yang kutetap menantinya Nikita Willy, buat yang selalu ku nanti heeeee”
“masa!, ya sudah kita lanjutin dibelakang layar ya hehehehehehehe”
“oh oke oke, udah dulu ya, mau nganterin ortu kedepan, selamat sore”
“selamat sore juga Reiza, wah ternyata Reiza satu sekolah bareng Sheril, oke deh terimakasih buat Reiza atas telfonnya, kita puterin ya lagunya Nikita Willy kutetap menanti”
Aku tidak terlalu konsen dengan siaran sore ini, gara-gara Reiza, aku yakin Reiza itu merupakan Reiza yang kukenal, karena setelah ku ingat-ingat aku satu nangkatan dengan dia
Sebenarnya aku ingin menghubunginya tapi aku ragu, takut salah, semoga ada orang yang akan mempertemukan kita kembali, amien..
“Sheril, ada telfon sayang” panggil mamaku
“ia, ma tunggu sebentar” balasku
“hallo assalamualaikum”
“waalaikum salam” balas yang disana
“ini siapa ya?”
“ini mba Dian”
“oh ukhti Dian, apa kabar? Tumben telfon Sheril”
“baik Sher, ia nih mau ngajakin nengok bayinya akhina Rifdal, mau ikut ga?”
“ikut ikut subhannallah akhi Rifdal udah punya momongan, kapan ukh kesananya?”
“besok ya, jam 8 pagi, kamu ga ada kerjaankan?”
“oh bisa ukh, besok sheril ga ada jadwal di sekolah, siaran juga sore, ukhti Dian mau dijemput Sheril jam berapa?”
“aku bareng suamiku Sher, kan temen sekantornya akhi Rifdal, nanti aku jalannya lewat depan rumahmu, km stand bye aza di depan rumah oke”
“okelah kalau begitu”
“ya udah, jangan lupa besok, assalamualaikum”
“waallaikum salam”
Waduh akhi Rifdal punya anak, aku kapan yaaaaaa,,
Hmm, kayaknya aku lagi kena syndrome punya anak nih hihihihihihihhihihihihi
“kamu kenapa Sher?”
“ga apa-apa kok mah, Cuma lagi ngebayangin punya anak aza hehehehehehehhe”
“hmm, makanya cepet nikah”
“ntar dulu mah, kali aza ada pangeran lewat hehehehehehehe”
“pangeran majapahit di tungguin, udah bukan masanya”
“mama, lucu deh”
“haaaaaaaaa”
“hahahahahahaha mama ada ada aja”
Huahhhh semoga yang telfon itu benar-benar Reiza teman SMA ku dan aku berharap dia belum punya istri.
“Aduh mana nih si ukhti”kataku dalam hati
“Sheril, sini ayo naik”
“hey ukhti, sippppppp, berangkat”
“kamu bawa apa Sher?”
“aku bawa peralatan bayi akh, akhi ma ukhti sih bawa apa?”tanyaku
“ada deh hehehehehe”jawab akhi dan ukhti
“huuu, jangan bareng donk, saya mengiri karena belum punya suami”
“jiah, udah kebelet dia”
“ah akhi, nakal nihhhhh ukhti”
“hmmm, kalian berdua ini kalau ketemu selalu berantem”kata ukhti Dian
“ihiw ada yang jealeous nih”goda akhi Ardi
“ga tau, ga jealous kok”
“hahahahahahahahahaha”
Akhi ardi memang pandai bergurau, ada saja gurauannya untuk menggodaku.
“assalamualaikum” sapa kami setibanya di kamar istri akhi Rifdal
“waalaikum salam” balas yang didalam kamar
“haiiiii”
“haii, eh ukhti Dian dan kawan-kawan” sapa akhi Rifdal
“mana dede bayinya”kataku
“ada tuh sama ibunya”
“waw, aku mau gendong “
“nih, betewe kamu kapan gendong dede bayi sendiri?”tanya istri akhi Rifdal
“ga tau nih mba buat bapaknya juga belum dapet hehehehehehehe”
“wah adikku jomblo tuh, mau ga?”tawar akhi Rifdal
“ganteng ga?”tanyaku
“ya ganteng lah bentar lagi dateng kok”
“haiii om tibaa”sapa adik nya akhi Rifdal
Masya Allah dia kan si Reiza, oh iya Reiza kan adiknya mas Rifdal hmmm
“wih rame nih, kayaknya aku kenal sama cewek itu siapa ya?”
“masih jomblo loh Za” sambung akhi Ardi, aku tersenyum malu hehehehehehehe
“oh masa, boleh tuh ikut syaimbara” kata Reiza
“syaimbara apa?” tanya akhi Rifdal
“syaimbara, buat jadi istriku, barangkali anda berminat untuk daftar nyonya Sheril” tawarnya
“hah” aku tersipu
“hahahahahahahahaha Sheril merah tuhhhhhhhh” kata akhi Ardi
Ukhti Dian sama istri akhi Rifdal Cuma tersenyum, dan memang pipiku merona merah
“sudah sudah kasihan, dia kan pemalu” tambah akhi Ardi
“ihhhh, apa’an sih kok pada godain Sheril, Sherilkan malu
“malu hahahahahahahahahahahahahahaha” kata mereka sambil tertawa
Ih, asem nih, kkirain dia udah lupa sama kata-kataku pas SMA dulu, hmmm memang sih aku yang berharap agar dia selalu teringat sama kata-kata ku itu dan ALLAH mengabulkannnya.
“kayaknya aku pulang duluan deh, soalnya ada kasus dikelasku, jadi harus ke sekolah sekarang” kataku
“loh, kok buru-buru amat sih” kata istri akhi Rifdal
“ia mba, soalnya ada kasus di kelasku, akukan dapat kelas buangan, jadi kasus terus yang ada” keluhku
“sudah ga usah ngeluh, kamu di anterin akhi Ardi aza gih” kata ukhti Dian
“ga usah ukhti, aku nebeng temen ku tuh didepan hehehehehehehe” sanggahku
“ya udah hati-hati yaa” kata mereka
“ia makasih ya, assalamualaikum”pamitku
“waalaikum salam” balas mereka
Hmm, sebenarnya berat banget ninggalin mereka, tapi gimana lagi pekerjaan harus memisahkanku, tapi ga papa semangat.
“mau kemana Sher?” hmm kenapa aku ketemu Reiza sih
“mau, ke sekolah Reiz”jawabku
“aku juga mau ke kantor nih, bareng aza”tawarnya
“hmm, mang kamu pake apa?” tanyaku
“heuh, ni anak pake mobil Sheril”jawabnya
“boleh deh”balasku
“dasar kalau aku pake becak pasti, kamu ga mau”
“tau, azah wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk”
“ya udah yu”
“ayuuuuuuuu”
Deg degan nih semobil bareng Reiza, seumur-umur belum pernah nebeng dia hehehehehehehehe
“kenapa kamu?”tanya Reiza
“hmm, ga ga apa-apa kok” jawabku
“tegang banget kayaknya semobil bareng aku”
“kamu nakutin sih”
“apa’a yang nakutin, ganteng gini”
“wajahnya terlalu gannteng jadi nakutin”
“ah, kamu bisa aza hehehehe, jadi daftar ga?”
“hah daftar apaan?”
“daftar jadi istriku lahh”
“hehehehehehehe”
“hehehehehehe lagi”
“ia deh boleh”
“ia deh apa?”
“ih kamu nakal”
“kok, nakal, ia deh apa?”
“ia deh, aku daftar jadi istrimu”
“hahahahahahaha, beneran nih”
“benerrrrrrrrr”
“mau dilamar kapan?”
“secepatnya
“hahahahahahahahahahaha”
Hmmmm, bahagia sekali aku hari ini, bertemu dengan seseorang yang benar-benar aku cintai Subhanallah, lagi-lagi kau memberikan sesuatu yang tak pernah ku duga, kau selalu mengabulkan doa-doa ku terimakasih ya Robby, atas segala nikmat yang kau beri kepadaku.
Kulangkahkan kakiku dengan perasaan bahagia, dan hari ini aku begitu ramah pada semua orang, mungkin mereka semua heran melihatku yang biasanya aku agak jutek sekarang menjadi ramah, yang jelas aku sangat bahagia.
Dia membuka pendaftaran mencari istri hanya untuk aku seorang, dan tentu saja Aku Daftar Jadi Istrimu………….
Reiza I luph yuuuuuuu
Minggu, 29 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pernikahan
Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...
-
Rangkuman dari curhatan yang sedang jatuh cinta tentang pinguinnya hihi. So, silahkan baca. *** Cerita bersama kamu itu menyenan...
-
TUGAS TERSTRUKTUR SOSIOLOGI KOMUNIKASI Pornomedia Yang Tidak Bisa Lepas Dari Media Massa (New Media) Oleh Endah H...
-
CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, NAMA TOKOH TERISNPIRASI DARI KISAH ASAL MULA DUA DESA YANG BERADA DI KECAMATAN SALEM KABUPATEN BREBES, YAKNI...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar