Selasa, 07 Februari 2012

Sekelumit Isi Hati


"Sekelumit Isi Hati"
 

Hati, memang tak pernah berbohong, meskipun mulut berusaha untuk menampiknya. Hatiku pun begitu, tentang rasa dan tentang dia. Mungkin aku orang yang munafik, orang yang tak pernah mau mengakui isi hati yang sesungguhnya. Orang yang tak pernah mau berkata jujur pada dirinya sendiri. Akulah orang yang tak pernah percaya diri dengan keadaan dirinya sendiri.

Rasa ini, mulai terukir, beberapa bulan silam. Terukir dengan jelas dalam hati ini, dan semakin terlihat. Oh Tuhan, aku tak mau rasa ini ada, aku tak mau, aku tak mau. Sempat terlitas dalam do’a “Ya Allah, jika dia jodohku, ku berharap padaMu, Kau beri rasa yang sama seperti apa yang ku rasa, namun, jika dia bukan jodohku, maka hilangkan rasa ini, ku mohon, beri aku pengalihan buat menghilangkan rasa ini” namun, apa yang kurasa semakin tak ku percaya, semakin ku ingkari, semakin terasa, dan semakin besar.

Aku di sini dalam keterpurkanku, dalam ketidakberdayaan, karena kemunafikan. Aku tak ingin rasa ini ada, aku tak ingin. Dan aku bertanya “kenapa dia?”, tidak adakah yang lainnya, kenapa harus dia. Ya Allah, aku berdoa dalam setiap sujudku, dalam setiap hirup nafasku, ya Allah hilangkan rasa ini, hilangkanlah, aku tak ingin rasa ini merusak segalanya, aku tak ingin sekolahku terkorban karena cinta, aku tak ingin. Ya Allah persahabatan ini begitu indah, aku juga tahu, jika persahabatan antara lelaki dan wanita itu memang tidak ada. Aku mungkin yang memulai ini semua, aku yang menjerumuskan diriku pada rasa yang menyiksa. Ya Allah, apa yang harus kulakukan, apa???

Entah berapa lelaki yang sempat kurasai jatuh cinta, dan cinta kali ini, sama membuncahnya ketika rasaku pada seseorang beberapa waktu yang lalu. Mungkin saat ini juga masih saja terlintas tentang dia, namun tak sekuat dahulu kala. Rasa yang sama kuatnya sekarang pada dia, rasa yang begitu membuncah, entah aku bisa menepisnya atau tidak. Aku tak ingin orang mengetahui rasa ini, aku tak ingin.

Ini awalnya, rasa ini mungkin tercurigai oleh seseorang. Dia begitu blak-blakan dalam menguaknya, dia perusak suasana. Terkadang aku benci orang yang satu ini, namun terkadang aku juga mengiyakan apa yang dia kata. Mungkin tak pernah tahu, betapa susahnya aku menutupi ini semua, aku tak ini merusak suasana yang ada. Aku tak ingin semua ini terlihat begitu nyata.

Dia, aku tak pernah tahu dia siapa, namun entah mengapa dia memiliki daya tarik yang kuat, yang telah menghancurkan hatiku yang mambatu. Padahal betapa susahnya membuat batu itu dalam hatiku, betapa susahnya aku memupuk tanah agar menjadi batu. Betapa susahnya kuteguhkan prinsipku, kenapa dia datang dan begitu mudahnya menghancurkannya.

Mungkin bagi sebagian orang cinta adalah anugerah, namun buatku saat ini cinta adalah musibah dan cinta adalah ujian dari segalanya. Aku yakin cinta bisa meruntuhkan apapun yang ada, cinta juga bisa meruntuhkan iman seseorang, bayangkan betapa dahsyatnya kekuatan cinta. Kenapa cinta hadir padaku saat ini, dan mengapa harus ada dia di dunia ini. Mengapa harus mencintainya, mengapa, mengapa??

Banyak impian yang belum ku gapai, banyak impian yang belum ku raih, masih banyak yang harus aku lakukan, dan cinta, aku tak ingin cinta itu menghancurkannya.

Jujur bila ku katakan, aku mencintainya. Jujur bila dia datang, aku senang. Jujur, setiap saat terlintas bayangnya, jujur di setiap nafas ini ada namanya, jujur setiap detik aku memikirkannya. Jujur :’(,,

Jika terkata luka ini memang perih, namun bagiku cinta ini memang perih. Taukah kenapa? Setiap malam aku terkena insomnia karena selalu terlintas dalam bayangnya, setiap pagi aku bangun kesiangan dan dimarahin ibu karenanya, setiap kerjaan terbengkalai karna terlebih dahulu mengecek statusnya, dan aku galau bila dia tak datang menyapa.

Jika ketika hubungan kita sedang seru-serunya, sedang indah-indahnya, mengapa pengacau itu selalu datang. Seharusnya dia diam saja, meskipun dia tahu apa yang kurasa untuknya. Dan setiap si pengacau itu datang hubungan kita kembali merenggang. Tuhan karena ini aku benci yang kurasa padanya, karena ini aku benci cinta, karena ini aku ingin menghindarinya. Hatiku selalu berdebar, seolah pencuri yang takut ketahuan setelah mencuri. Aku takut banget, hatiku selalu gundah, dan selalu merasa bersalah padanya.

Sekelumit tentang hati, mengungkap semuanya. Sekelumit tentang hati ini menjadikanku tak munafik lagi. Sekelumit hati ini berisi tentang kegundahan ini, sekelumit hati ini tentang rasa cinta dalam hati, sekelumit hati ini mengajarkanku kejujuran. Meskipun aku tak mengungkapkan padanya, namun, sedikit terkurang beban dalam hati. Sedikit terkurang dalam hati, sedikit, meski sedikit.
Aku tak berharap dia membacanya, bahkan jangan sampai dia membacanya. Aku tak ingin dia tahu apa yang kurasa. Terimakasih atas semuanya, terimakasih atas segala inspirasinya, terimakasih, terima kasih atas segala ilmu yang kau berikan padaku, terimakasih atas segala bimbingan yang kau ajarkan kepadaku, terimakasih atas segala-galanya, yang kau berikan, yang kau curahkan.


Februari


yang mengingkari rasa cintanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...