"Sekelumit Isi Hati"
Hati,
memang tak pernah berbohong, meskipun mulut berusaha untuk menampiknya. Hatiku
pun begitu, tentang rasa dan tentang dia. Mungkin aku orang yang munafik, orang
yang tak pernah mau mengakui isi hati yang sesungguhnya. Orang yang tak pernah
mau berkata jujur pada dirinya sendiri. Akulah orang yang tak pernah percaya
diri dengan keadaan dirinya sendiri.
Rasa
ini, mulai terukir, beberapa bulan silam. Terukir dengan jelas dalam hati ini,
dan semakin terlihat. Oh Tuhan, aku tak mau rasa ini ada, aku tak mau, aku tak
mau. Sempat terlitas dalam do’a “Ya Allah, jika dia jodohku, ku berharap
padaMu, Kau beri rasa yang sama seperti apa yang ku rasa, namun, jika dia bukan
jodohku, maka hilangkan rasa ini, ku mohon, beri aku pengalihan buat menghilangkan
rasa ini” namun, apa yang kurasa semakin tak ku percaya, semakin ku ingkari,
semakin terasa, dan semakin besar.
Aku
di sini dalam keterpurkanku, dalam ketidakberdayaan, karena kemunafikan. Aku
tak ingin rasa ini ada, aku tak ingin. Dan aku bertanya “kenapa dia?”, tidak
adakah yang lainnya, kenapa harus dia. Ya Allah, aku berdoa dalam setiap
sujudku, dalam setiap hirup nafasku, ya Allah hilangkan rasa ini, hilangkanlah,
aku tak ingin rasa ini merusak segalanya, aku tak ingin sekolahku terkorban karena
cinta, aku tak ingin. Ya Allah persahabatan ini begitu indah, aku juga tahu,
jika persahabatan antara lelaki dan wanita itu memang tidak ada. Aku mungkin
yang memulai ini semua, aku yang menjerumuskan diriku pada rasa yang menyiksa.
Ya Allah, apa yang harus kulakukan, apa???
Entah
berapa lelaki yang sempat kurasai jatuh cinta, dan cinta kali ini, sama
membuncahnya ketika rasaku pada seseorang beberapa waktu yang lalu. Mungkin
saat ini juga masih saja terlintas tentang dia, namun tak sekuat dahulu kala.
Rasa yang sama kuatnya sekarang pada dia, rasa yang begitu membuncah, entah aku
bisa menepisnya atau tidak. Aku tak ingin orang mengetahui rasa ini, aku tak
ingin.
Ini
awalnya, rasa ini mungkin tercurigai oleh seseorang. Dia begitu blak-blakan
dalam menguaknya, dia perusak suasana. Terkadang aku benci orang yang satu ini,
namun terkadang aku juga mengiyakan apa yang dia kata. Mungkin tak pernah tahu,
betapa susahnya aku menutupi ini semua, aku tak ini merusak suasana yang ada.
Aku tak ingin semua ini terlihat begitu nyata.
Dia,
aku tak pernah tahu dia siapa, namun entah mengapa dia memiliki daya tarik yang
kuat, yang telah menghancurkan hatiku yang mambatu. Padahal betapa susahnya
membuat batu itu dalam hatiku, betapa susahnya aku memupuk tanah agar menjadi
batu. Betapa susahnya kuteguhkan prinsipku, kenapa dia datang dan begitu
mudahnya menghancurkannya.
Mungkin
bagi sebagian orang cinta adalah anugerah, namun buatku saat ini cinta adalah
musibah dan cinta adalah ujian dari segalanya. Aku yakin cinta bisa meruntuhkan
apapun yang ada, cinta juga bisa meruntuhkan iman seseorang, bayangkan betapa
dahsyatnya kekuatan cinta. Kenapa cinta hadir padaku saat ini, dan mengapa
harus ada dia di dunia ini. Mengapa harus mencintainya, mengapa, mengapa??
Banyak
impian yang belum ku gapai, banyak impian yang belum ku raih, masih banyak yang
harus aku lakukan, dan cinta, aku tak ingin cinta itu menghancurkannya.
Jujur
bila ku katakan, aku mencintainya. Jujur bila dia datang, aku senang. Jujur,
setiap saat terlintas bayangnya, jujur di setiap nafas ini ada namanya, jujur
setiap detik aku memikirkannya. Jujur :’(,,
Jika
terkata luka ini memang perih, namun bagiku cinta ini memang perih. Taukah
kenapa? Setiap malam aku terkena insomnia karena selalu terlintas dalam
bayangnya, setiap pagi aku bangun kesiangan dan dimarahin ibu karenanya, setiap
kerjaan terbengkalai karna terlebih dahulu mengecek statusnya, dan aku galau
bila dia tak datang menyapa.
Jika
ketika hubungan kita sedang seru-serunya, sedang indah-indahnya, mengapa pengacau
itu selalu datang. Seharusnya dia diam saja, meskipun dia tahu apa yang kurasa
untuknya. Dan setiap si pengacau itu datang hubungan kita kembali merenggang.
Tuhan karena ini aku benci yang kurasa padanya, karena ini aku benci cinta,
karena ini aku ingin menghindarinya. Hatiku selalu berdebar, seolah pencuri
yang takut ketahuan setelah mencuri. Aku takut banget, hatiku selalu gundah,
dan selalu merasa bersalah padanya.
Sekelumit
tentang hati, mengungkap semuanya. Sekelumit tentang hati ini menjadikanku tak
munafik lagi. Sekelumit hati ini berisi tentang kegundahan ini, sekelumit hati
ini tentang rasa cinta dalam hati, sekelumit hati ini mengajarkanku kejujuran.
Meskipun aku tak mengungkapkan padanya, namun, sedikit terkurang beban dalam
hati. Sedikit terkurang dalam hati, sedikit, meski sedikit.
Aku
tak berharap dia membacanya, bahkan jangan sampai dia membacanya. Aku tak ingin
dia tahu apa yang kurasa. Terimakasih atas semuanya, terimakasih atas segala
inspirasinya, terimakasih, terima kasih atas segala ilmu yang kau berikan
padaku, terimakasih atas segala bimbingan yang kau ajarkan kepadaku,
terimakasih atas segala-galanya, yang kau berikan, yang kau curahkan.
Februari
yang
mengingkari rasa cintanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar