Sabtu, 31 Maret 2012

Galau Seorang “Wartawan”


Aku belum jadi wartawan mungkin sebentar lagi akan jadi, senoga saja amien (hehhehehe). Masih kuliah semester 4 Jurusan Ilmu Komunikasi, di sebuah perguruan tinggu negri di Purwokerto. Ga terlalu aktif dalam organisasi, juga ga terlalu aktif di kelas, namun cukup aktif dalam ngisi status di FB #lhoo.

Dalam keadaan gundah gulana tak terkira ini, tangan terasa gatal untuk berbagi kegalauan jadi wartawan dadakan ini. Awalnya terasa membingungkan mau di mulai darimana, namun akhirnya jari-jari ini bergoyang juga di atas keyboard.

Hari kamis tertanggal 29 Maret 2012. Pukul 14.00 lebih sedikit. Si ibu dosen mulai menunjukan tanda-tanda akan mengakhiri kuliahnya *horeeee. “sebelum saya akhiri tidak afdol jika tidak ada tugas” begitu kurang lebihnya kaata si ibu (sedikit lupa tapi intinya ada tugas). Dan inti dari tugas itu melakukan wawancara, tapi kita di suruh nyari tema sendiri, jadi terserah kita aja. Sepertinya mudah, ya mudah sekali permirsa, sampai mebuat saya galau begini. Sebelum si ibu berkata mengenai tugas ini, beliau juga sempet bercerita jika pas UTS nanti mengerjakan berita yang lebih mendalam lagi. Aku sangat yakin beritanya akan berhubungan dengan tugas wawancara ini.

Aku bingung nyari tema, karena terlalu berfikiran ke depan. Awalnya aku udah nemu tema mengenai Mahasiswa yang mau lulus sarjana di Bulan Agustus dan seterusnya (aku berharap pas aku akan lulus nanti peraturan ini sudah di cabut hahahahaaha) harus membuat jurnal ilmiah. Namun aku berfikir lagi, pasti ujung-ujungnya aku kudu wawancara salah satu dari para dosen, males ahh, wawancara mereka (sebenarnya aku ga punya keberanian untuk itu hhe). Kemudian aku dapat ide (dari mba Misrokhah Urafa, kaka tingkatku dua tahun di atasku, dan satu daerah asal) mengenai relokasi Pedagang Kaki Lima jalan HR.Bunyamin Purwokerto. Wahh keren tuh tema, sumpah udah sreg banget, namun lagi-lagi memikirkan narasumber selanjutnya, yaitu bapak Bupati beserta koleganya yang terhormat.

Shit lah, aku galau. Aku juga sempet sms temanku, aku biasanya panggil dia om, “aku ga mau tau pokoknya kamu kudu nemu tema buat aku wawancara”, maksa banget yaa. Maklum sedang genting, di tambah pilek pula (lengkap sudah penderitaan hari ini). Dia ga bales kurang ngajar, ya sudah aku kembali berdiskusi denga mba sejuta pesona ini (ceitanya lagi ngerayu, karena baik banget hhee). Darinya aku memperoleh tema juga berupa tanggapan mahasiswa mengenai sarana buku yang ada di perpus Fakultas Oranye, fakultasku.

Ahhhh,, aku nemu juga akhirnya, terimakasih nyonya Zulfi Hanif. Untuk mencari narasumber keduapun tak terlalu sulit, karena kurang lebih satu menit dari Jalan Perjuangan aku sudah sampai di perpus segudang ilmu ini. maklum perpus ini memuat buku lima jurusan. Tinggal ketok pintu, dan bilang ke si bapak-bapak penjaga perpus untuk melakukan wawancara (semoga dia ga rewel, amien hhe).

Kemarin tuh, aku sempet ikut Up Greeding UKI. Aku dateng telat kesana. pas aku dateng pembicara sudah memulai cuap-cuap. Namanya Akh Firdaus, aktivis Rohis juga, dia Alumnus Pertanian, sekarang sedang mengerjakan Thesisnya (keren? Banget). Dia memberi motivasi kurang lebihnya gini (aku lupa lagi kalimat plek jipleknya) “ pertolongan Allah akan datang sebentar lagi, jadi bersabarlah” sebelumnya dia sempet menguraikan mengenai pepatah “ketika Isya semakin mendekati malam, ketika malam semakin mendekati Fajar” (lagi-lagi kurang lebihnya seperti itu).  Makna dari pepatah itu adalah, ketika Allah memberikan kita cobaan atapun ujian sebenarnya Allah akan menolong kita, jadi bersabarlah. Seperti ketika malam juga, yang sebentar lagi akan mendekati fajar. Dia berkata, ketika kita mengalami ujian, kita sedang berjalan di angka jam 12.00 malam, (pertolongan Allah itu di ibaratkan Fajar), jangan sampai kita menyerah di angka jam 2.00 pagi yang memang dua langkah lagi kita akan mendekati fajar itu (pertolongan Allah). Lagi-lagi bersabarlah. Aku sudah membuktikannya, dengan bersabar aku akan mendapat pertolongan Allah. Termasuk mencari tema wawancara ini. selain itu juga aku berfikir dan mengambil hikmah dari semua ini, ternyata jadi wartawan itu tidak mudah. Dannnnnnnnnn Galau wartawanpun berakhir. *HOREEEEEEEEEEEEEEE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...