Sabtu, 07 April 2012

SI PRAGMATIS DAN SI IDEALIS

Rintik hujan, tak membuatku kedinginan, aku terus berdiri di kasur kamarku sembari memandang hujan dari jendela berjeruji ini. aku tak pernah punya nyali untuk menangkap satu persatu airmata awan itu. aku takut air mata awan itu, akan merasa pedih jika ku tangkap dengan tanganku yang kotor ini. air mata itu begitu suci.

Ku tutup jendela kamarku, karena air mata awan itu menyentuh jendela kayuku, aku takut jendela itu rapuh karena sering menjadi curhatan awan lewat air matanya.

Hujan,, bunyimu merintih merdu. Harummu membasuh kalbu. Jernihmu sejernih embun di pagi hari. Hujan, mengapa kau menyapaku, apakah kau ingin ku tangkap.

“hari ini hujan, tadi sempet lari-lari ke belakang karena takut bajunya basah” ungkapku pada diriku sendiri, “kamu kebanyakan tidur sih”kata diriku yang satu lagi. “hmm, entahlahh, yang jelas hari ini aku galau lagi”,

“jangan bilang gara-gara dia lagi” balesnya, “ia, emang gara-gara dia” jawabku

“kenapa sih kamu tidak mau gabung bersamaku lagi? Hidup tanpa memikirkan laki-laki” tawarnya, “aku ingin sepertimu lagi, namun aku sadar diri tubuh kita ini sudah saatnya merasakan yang namanya CINTA” balesku, “ia sih, tapi apakah kamu mau mengingkari janjimu, janjimu pada Tuhanmu, janjimu akan tidak pacaran?” dia tidak mau kalah

“sayangg, aku tidak pacaran, atau mungkin belum, aku hanya mencoba belajar mencintai lawan jenisku, aku tak ingin hanya mencintai diriku sendiri” ungkapku, “kenapa kamu tidak ungkapkan??”, “aku tidak ingin mengingkari janjiku, untuk tidak pacaran”

“kamu terlalu ambisius”, “kamu terlalu lemah”, “kamu selalu merasa benar”, “kamu selalu diam”, “kamu baik”, “kamu terkadang membuat kebaikanku menjadi sia-sia”, “kamu terlalu banyak perhitungan”, “kamu selalu berkata ia, meskipun harus dikatakan tidak”, “kamu selalu tersenyum manis, meskipun terasa pahit”, “kamu suka makan”, “kamu suka galau bila tidak ada makanan”, “kamu punya banyak lemak”, “ini cadangan makananku ketika persediaan makanan habis”, “kamu terlalu banyak memandang kedepan (idealis)”, “kamu terlalu pragmatis”, “kamu ga pernah jujur sama diri kamu sendiri”, “kamu terlalu jujur sehingga membuatku menderita”, “kamu mencintai dia??”, “kamu juga kan?”, “aku hanya sebatas kagum akan kecerdasannya”, “aku juga kagum akan kejeliannya”, “ayo kita bergabung lagi”, “aku tak mau”, “kenapa kamu selalu angkuh?, “biar gada yang mengganggu hidupku”, “kamu itu satu dengan aku, aku selalu baik sama mereka, otomatis kamupun akan terganggu oleh mereka, jangan kau nodai kebaikanku dengan keangkuhanmu”, “biarlah, biar mereka tau jika kita itu berdua”, “aku tak ingin itu terjadi, ini terlalu menakutkan untukku”, “bukankah kamu sudah terbiasa?”, “tapi, mereka tidak terbiasa, aku takut mereka pergi menjauh dariku, aku tak ingin selalu sendiri, ketika kamu yang mendominasi”, “tapi aku menyukai kesendirian ini, kamu ga usah takut, kan ada aku”, “orang-orang akan menganggap tubuh kita gila, jika aku terus-terusan berceritanya hanya dengan kamu”, “biarlah”, “aku kasihan sama tubuh ini”, “ aku juga, tapi apa mau di kata”, “kenapa kamu selalu begitu?”, “tanyakan pada dirimu sendiri, dan carilah maknanya, itukan yang selalu kau katakan padaku, sekarang aku yang akan mengatakannya padamu”, “kamu sudah mengatakannya”, “ya barusan”.

Huajn berhenti, mungkin mereka terenyuh melihat percakapan satu tubuh dua jiwa ini. si pragmatis dan si idealis. Si baik dan si angkuh.

Dan dua jiwa itu adalah aku, aku yang selalu bercerita kepada diriku sendiri, sehingga membangkitkan jiwa yang lainnya untuk menyahut ceritaku.

Kesendirian membuatku begini, aku begini sejak aku kecil, aku selalu sendiri, dan berbicara pada diri sendiri. Bermain sendiri dan tertawapun sendiri. Aku nyaman dengan sendiri.

1 komentar:

  1. gara-gara bingung mau nuliss apaa,, jadi inget tentang dua karakter dalam satu tubuhh,, aku ga gituu yaaa,, itu cuma imajinasi ajaa hheee

    BalasHapus

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...