Sabtu, 20 Maret 2021

Tentang sendiri dan mandiri

Kalau bicara tentang sendiri dan mandiri, mungkin aku salah satu ahlinya.
Dari anak-anak sudah dipaksa untuk mandiri.
Udah nyuci sepatu sendiri dari semenjak punya adik.
Udah bisa masak dari kelas 4 SD.
Hidup penuh tekanan, beban tanggung jawab yang berat, hampir setiap hari di marahi, membuat aku menjadi pribadi yang kuat dan berusaha untuk berjalan sendiri.
Memutuskan segala sesuatunya sendiri.

Terlebih SMP sudah merantau dengan sistem kost. Keuangan terbatas membuat aku harus benar-benar pintar mengelolanya. Aku bersyukur sih atas hal itu, sejak saat itu aku punya prinsip, ngga papa pas awal bulan aku makan sama gorengan doang, yang penting pas akhir bulan aku bisa beli majalah atau nonton bioskop.

Nonton bioskop?? Iaa, pas SMP hobi banget ke bioskop jadi sekarang aku bosan.

Sejak SMP aku ngga pernah minta izin dari ortu, terlebih kalau sekedar main ke kota sebelah. Ngga pernah mengeluh ke ortu apa yang aku rasakan di perantauan, merekapun ngga tanya. Tahunya mereka aku hidup bahagia. Padahal.. ah sudahlah #mewek

Pas SMA aku masih harus menuruti kemauan mereka. Pindah kota dan harus masuk ke sekolah itu. Untung aja test masuknya, jadi aku ngasal ngerjainnya, dan Alhamdulillah ngga lulus.

Aku tuh ngga mau sekolah yang favorit2 seperti itu. Udah lelah pas SMP. Meleng sedikit aja, udah ketinggalan jauh. Betapa melelahkannya hidup seperti itu. Kalau aku bilang ke ortu, mereka akan ceramah panjang kali lebar. Jadi mending aku jatuhin aja sekalian, kalau ngga gitu, tuman.

Pas SMA aku seharusnya masuk IPA, ortu tuh bangga. Tapi aku minta pindah kelas ke IPS. Ortu kecewa tentu saja. Aku udah berani speak up di sini. Aku harus bisa hidup sesuai dengan keinginanku.

Alhasil hidupku sangat pas2an. Kalau minta uang saku, ngga langsung ada. Aku harus naikin harga LKS jika ingin uang lebih. Makanya cita-citaku jadi orang kaya.

Pas kuliah ortu minta aku jadi bidan. Waw, aku sangat menolak. Kebetulan sangat, saat itu kakekku sakit dan golongan darahku sama, namun saat lihat darah aku pucet dan HBku rendah, jadi aku direstuin ngga masuk bidan.

Daftar kuliah aku sendiri, iseng, cuma nemenin temen, taunya aku yang lolos.

Awalnya temen-temen kuliahku anak gahol, namun aku sedikit tidak nyaman karena uang bulananku jebol. Akhirnya aku bertemu teman-teman yang sama sepertiku, yang bisa diajak beli lumpia boom 2 dan beli nasi 4. Wkwkwkwkk. Sedih amat.

Kemana mana aku sendirian. Berangkat sekolah aja sendiri, bapak cuma nganter sampai ada mobil. Biasanya sampai kecamatan doang. Kalau pas SMP sampai banjar atau naik travel bareng yang lain.

Pacar?? Aku memutuskan untuk tidak jatuh ke lubang itu sejak SMP. Sejak aku baca buku jika pacaran itu dilarang. Apalagi aku punya sahabat yang sering disakiti pacarnya, tiap hari ke sekolah matanya bengkak habis nangis, berantem sama pacar. Ada lagi temanku pas SMA, tangannya biru-biru diremas pacarnya pas lagi berantem. Belum lagi ditampar, dicaci maki. Ya Allah, semakin aku tidak ingin masuk ke lubang itu.

Bayangkan saja, mungkin bahagia sewaktu-waktu, tapi kalau sudah menguras hati, menguras pikiran, menurutku itu sesuatu hal yang harus ditinggalkan.

Betapa kerasnya aku kalau sudah meyakini sesuatu, Alhamdulillah sampai saat ini positif.

Aku ke kampus jalan kaki, kadang ada teman yang nawarin bantuan buat bareng. Kadang ada yang jemput buat maen. Tapi selebihnya dilakukan dengan kaki dan angkutan kota. Betapa aku menyukai kendaraan umum. Dari situ aku bisa dapat banyak teman, dapet ilmu dari orang-orang, atau sekedar mensyukuri hidup yang terus berjalan.

Aku adalah orang yang akan menghubungi orang lain jika memang ada kepentingan. Aku hanya menghubungi dulu orang-orang tertentu yang biasanya memang bersamaku.

Aku anak komunikasi, namun tidak terlalu suka berkomunikasi. Mungkin kenapa aku harus masuk sini. Aku pendiam kalau belum kenal, aku cuek, aku jutek dan aku jarang mengakui perasaan yang aku rasakan. Kenapa?? ya karena perjalanan hidupku. Entah terlalu keras atau bagaimana. Aku tidak mengerti.

Aku berusaha menjadi orang baik, karena aku ngga mau dijahatin. Aku keras pada hidupku, karena kalau aku lemah, orang2 akan menginjakku.

Kerja... betapa melelahkannya sebenarnya kerja di kota. Namun buatku uang adalah sumber kebahagian terbesarku. Apalagi aku benar benar sendiri saat itu. Aku hanya punya teman2 yang memang aku temui di sana. Bukan orang2 yang aku kenal sebelumnya. Dari situ aku menyadari bahwa keluarga bukan hanya orang yang berhubungan darah. Namun orang2 yang sama sepertimu juga adalah keluarga.

Kumpulan anak2 pertama dengan beban hidup yang sama. Dengan permasalahan, kepenatan dan keruwetan yang sama. Aku bertemu mereka dan aku semakin kuat.

Aku sering jalan2 sendiri, sekedar ke mall atau ke taman2 kota. Aku senang melihat orang2 bahagia menurut versinya.

Dan sekarang aku dirumah, dengan pemasukan yang jauh dari sebelumnya. Aku bisa makan, aku ada kendaraan, tapi kosong yang aku rasakan.

Mungkin aku merindukan kemandirianku.

Aku merasa bosan di sini. Akhir2 ini aku selalu diam di kamar, tidak ingin bertemu dengan orang2. Entah vase hidup apalagi yang aku alami sekarang.

Semoga aku yang biasanya segera kembali. Aku yang selalu terlihat ceria, bahagia dan tidak memiliki masalah hidup saking cueknya. Betapa nikmatnya jadi orang cuek.

Aku yang cuek, sendirian, mandiri, ceria, bahagia..

Merindukan gajian #lho 🤣

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...