Jumat, 27 Januari 2012

AKU DAN PERJALANAN HIDUPKU

AKU DAN PERJALANAN HIDUPKU

*Datang ide*
Penyakit galauisme menyerangku dua hari yang lalu, pertimbangan kebimbangan dilema gejolak hati yang tak kunjung terpecahkan. Pertanyaanya cukup sepele “pulang atau tidak?” sungguh pertanyaan yang dilematis saat itu. Tiba-tiba aku merenung akan perjalanan hidupku.

*anak pertama dari dua bersaudara, adiku berjenis kelamin lelaki, dengan jarak 8 tahun*
Aku diahirkan sebagai anak sulung, menuntutku untuk menjadi seorang yang pura-pura selalu tegar dan dapat menyelesaikan masalah. Aku anak perempuan satu-satunya yang dituntut membahagiakan orang tua, sebenarnya ini bukan tuntutan tapi keharusan. Demi kebahagian dan kebanggaan ayahku yang seorang guru SD aku sudah merantau di usia 12 tahun. Usia yang masih sangat labil dan sangat membutuhkan kasih sayang orang tua. Entah setan apa yang merasuki jiwaku, tiba di rantauan , bukannya menangis hatiku malah berteriak dengan kerasanya AKU BEBAS dari penjara, tidak akan ada yang menyuruhku belajar ataupun mengganggu mimpiku di pagi hari, tidak akan ada lagi yang bertariak menyuruhku bergulat dengan kain pel di jam lima pagi,, sungguh pada saat itu aku seolah menjadi manusia paling bahagia.

*aku di perantauan*
SMP yang menyenangkan, teman-teman kost, teman-teman sekolah, dan cowok-cowok SMA yang ganteng, menjadikan lebih bahagianya aku dirantau. Aku tak pernah menuntut cowok-cowok itu mengenalku aku juga tak mau, aku hanya ingin menikmati wajah mereka dari kejauhan dari sudut pandang jiwaku yang dalam. Kolam renang dan lapangan lebar adalah hal baru buatku, seorang anak gunung yang hanya berpengalaman mandi di kali, ternyata dapat membawaku ke nilai pelajaran renang dengan angka delapan, menakjubkan. Karena tak ada satupun yang mampu menyaingiku kala itu, bangga sekali. Lebarnya lapangan tak seindah kolam renang, aku benci lapangan, dari dulu dari balita, entah kenapa. Setiap pertandingan bola di desa aku tak pernah menginjakan kakiku dilapangan baru itu, karena dua hal aku sebal dengan tanya orang-orang dan tentunya lapangan bola. Padahal tak ada traumatik akan lapangan, tak ada pula kenangan yang membuatku depresi, tapi tetep aku benci lapangan beserta isinya (sepak bola). Kembali ke masa SMP, dilapangan disuruh lari oleh guruku enam kali putaran (bayangkan luasnya lapangan Karang Birahi Brebes, lari 6 kali putaran hmm) aku semaput, aku lemas dan aku malu, aku juga lemah. Jangan tanya pelajaran, tiap hari ketika SD suruh belajarpun dilakukan dengan terpaksa, jauh dari tukang nyuruh adalah surga, hasilnya NILAIKU HANCUR. Terima kasih atas pengalaman ini.  Budaya Brebes Utara melekat dijiwaku, aku disitu mulai belajar berbahasa jawa, belajar berteman dengan kotornya udara, baunya got, panasnya malam dan tentu saja nyamuk. Dapat kasur diatas dan sendirian, senang sekali rasanya, di bawah ada dua teman cewek, aku memanggilnya dengan sebutan tante mereka lima tahun lebih tua dariku. Satu lagi yang unik aku selalu kost dikosan cowok, heran? Aku juga heran, tapi aku menikmatinya. Sekosan dengan cowok bukan berarti aku akrab sekali dengan mereka, aku terlalu pendiam.

*pindah kosan tanpa pamit ke ibu kos dan tanpa cerita ke orang tua*
Mungkin ini bisa diistilahkan dengan kabur, tidak bermaksud seperti itu, tapi keadaan yang membuatnya. Salah satu dari tante itu mengajakku pindah kosan dan kebetulan aku juga menginginkan untuk mencari kamar yang lebih luas dan tidak sumpek, aku memutuskan untuk ikut saja. Dikira orang tua si tante udah pamitin aku sekalian tapi ternyata tidak. Okeh aku yang salah, dari sini aku dapat pelajaran dan aku selalu menerapkannya yaitu pamit sebelum pergi. Kembali ke kosan, tiba dikosan baru rumah tak berkeramik tapi berlantai ubin, sederhana minimalis dan tentu saja tak ku dapat yang kuingin bahkan malah lebih parah, kamar lebih sempit tapi lebih rapih, aku jarang tidur di kamar, tapi lebih sering di ranjang dekat ruang tamu yang lebih besar lebih empuk dan ada gulingnya. Aku seperti anak pria saja tidur di luar kamar tanpa sekat hanya kelambu dan gorden di jendela yang mengamankanku dari pandangan orang lewat. Satu lagi yang selalu menjadi kebiasaan tempat kostku, selalu di tempat yang sepi, sekarang sedikit mending, meski tetap di kosan cowok. Aku ingat nama daerah itu Sangkal Putung, kosanya belakang rumah dokter Sigit, dokter mata terkenal di kecamatan brebes. Satu tahun aku disitu, kemudian aku pindah lagi, kali ini ayahku yang menggebu-gebu, aku dipindahkan ke kosan yang lebih indah lebih luas dan lebih jauh dari SMP N 02 Brebes. Jalan kaki lima belas menit, maka tak salah jika betis dan kakiku besar sampai saat ini. Satu lagi pengalaman hidupku aku selalu sekolah dengan jalan kaki sampai detik ini. Aku merasa aku lebih sehat dengan jalan kaki, aku lebih prihatin lagi dan tentu saja sedikit mengurangi polusi kota #ngeles. Kosan aku sekarang ada di jalan MT.HARYONO SADITAN BREBES. Dulu depannya tuh ada ikan bakarnya, dan ibu kosku membuka warung makan di depan rumah, ini membuatku lebih gemuk dan menciptakan berat badan yang bertahan sampai sekarang. Entah apa yang membuatku semakin betah tinggal di kota, mungkin karena kemana-mana dekat, tanpa embel-embel teriak-teriak minta anter ke orang yang bisa naik motor, #sekarang aku udah mulai bisa, meskipun ogah-ogahan, aku hanya keluar naik motor ketika aku ada perlu yang sangat mendadak, jika hanya untuk main itu menurutku buang-buang waktu, jika liburan aku hanya ingin dirumah dan menikmatinya, alhasil aku disebut sebagai gadis kuper yang kalem, padahal aku hanya tidak punya teman di kampungku sendiri, sehingga aku tidak pernah merasa betah.

*ujian dan 20,80*
uji coba ujian aku selalu lulus dan masuk 150 besar dari 300 siswa, lumayan peringkatku masih rada tinggi #menghibur diri sendiri. Dari tiga atau empat kali uji coba aku selalu lulus, dan akupun menyimpulkan aku pasti lulus. Malam pertama ujian aku belajar dengan tekun alhasil aku dapat 8.80 di pelajaran bahasa Indonesia, kemudian malam kedua aku di lesin sama teman kosan cukup memuaskan matematika aku dapat 7.00, dan ini adalah hal yang ku sesali, malam ketiga aku tidak tekun aku juga tidak les, tapi aku pergi belanja ke Dedi Jaya, shit aku dapet lima di pelajaran bahasa inggris, andai aku belajar NEMku bisa menembus angka 22/23 , hupt aku MENYESAL.

*pindah ke brebes selatan*
ayahku ingin aku sekolah di Talok, SMA 1 BUMIAYU, dan aku ogah-ogahan, test dan sesuai dengan harapan aku GAGAL. Ayahku pindah mendaftarkanku di SMA BANTARKAWUNG, aku tidak ikut, udah males duluan #gada greget buat sekolah. Aku masuk, disini, aku tak menyangka aku akan mendapatkan sesuatu yang berbeda dari sekolah SMPku. Aku mendapatkan sahabat-sahabat terbaik meskipun kucel-kucel kala itu, aku ngga nganggep aku ngga kucel karena sebenarnya aku lebih kucel, aku juga dapet guru-guru yang sangat bersahabat dengan murid, kekeluargaan yang erat membuatku tak ingin pergi dari situ. Aku mendapatkan kelas yang kompak di awal masuk kelas Xa, kelas sepuluh terkompak menurutku karena dapat mengumpulkan uang kas sebanyak-banyaknya dan dapat satu buah jaket, makasih buat bu bendahara. Masuk sepuluh besar aku disekolah ini aku kaget dan aku bangga, setidaknya disini aku jadi lebih rajin belajar, karena kondisi lingkungan pun tidak mendukung untuk kelayaban malam. Aku mulai menyadari betapa ilmu itu penting untuk masa depan, aku jadi ketat sama teman-teman, aku suka teriak-teriak dan kalo ada ribut aku selalu bilang “silence please”, aku juga rajin piket, aku selalu mukul teman cowokku jika mereka tidak mau piket dan bayar kas, aku bukan ketua juga bukan bendahara apalagi sekertaris aku hanya peduli pada kelasku yang berantakan, meskipun begitu ANIMASI selalu dihati. Kelas XI wali kelasnya guru agama, kelas XII wali kelasnya buguru dengan jilbab panjang, aku simpulkan kelasku kurang pendidikan agama. Bolos dan mengerjakan PR disekolah adalah makanan sehari-hari, nyontek sana sini, lari sana lari sini menjadi kenangan berarti. Satu lagi yang ku suka, jika pelajaran kosong ngerumpi di depan kelas, foto-foto dan nyanyi-nyanyi tak jarang hukuman datang silih berganti.

*SMA berlalu dengan cepatnya*
Aku tak mendapat pacar di kedua sekolah tersebut, memang itu bukan targetku bahkan akupun melarang diriku untuk pacaran sebelum waktunya, aku jadikan ini prinsip hidup sampai detik ini. Mungkin jika ku ingat masa SMA adalah masa yang tersingkat dalam hidup, tapi masa SMA itu merupakan masa terindah yang pernah ku alami, aku tak memikirkan apapun selain sekolah dan main. Lulus dengan peringkat 10 besar hmm, cukup lumayan jika aku bandingkan dengan pas SMP, mungkin karena saingannya pun tidak terlalu berat juga. Satu lagi yang melengkapi kebahagiaanku, jika jajan dikantin tidak bayar alias gratis, ibu kostku adalah pemilik kantin tersebut. Tapi, ada kesulitan juga dengan adanya ibu kost jadi pemilik kantin, aku tak bisa mencicipi masakan ibu kantin lain yang katanya memang lebih enak.

*sibuk daftar kuliah*
Dari SMP ayah sudah bilang nanti aku masuk PGSD atau  AKBID sumpahh gada greget sama sekali, masa depan ditentukan orang tua. bukan aku namanya jika tak berani menetang, kebanyakan kehendak orang tuaku aku tentang, jadi mereka sudah biasa dengan sikapku ini. Bukannya aku tak berbakti, aku selalu berfikir jika aku hidup tidak sesuai dengan keinginan hati aku tidak akan bahagia, aku tak ingin menyiksa diriku dengan keinginan-keinginan orang tuaku, aku yang akan menjalani hidup bukan mereka. Pertama aku daftar sesuai dengan keingian orang tuaku, PGSD dan PG PAUD ke UNNES, malamnya tidur jam 12mlm dan berangkat jam 3 pagi, mobil lempar sana sini, angkat barang bawaan, aku ribet sendiri, makanan, minuman, dan peralatan menumpuk di tas. Karena tidak ada kategori jadi aku harus bisa mengerjakan semuanya. Dari IPA, IPS, dan BAHASA, aku gagal di IPA, karena hanya dua nomer yang aku isi. Alhasil aku GAGAL. Aku tidak terpuruk, aku senang-senang saja seolah tak ada beban. Aku di panggil ke BK, dan disuruh milih aku mau PMDK kemana,, aku pilih UNDIP, entah kenapa, hati dan jiwaku seolah sudah ada disana, namun aku GAGAL KEMBALI, kali ini aku menangis sejadi-jadinya, kala itu jurusan yang aku pilih ILMU PERPUSTAKAAN. Sahabatku mengajakku daftar kembali, yaitu ke UNSOED, aku bingung mau milih apa, tidak ada satupun jurusan yang aku minati, sahabatku mengambil jurusan ILMU KOMUNIKASI, dia mengoar-ngoarkan jika komunikasi itu asyik nanti bisa bekerja di TV bisa jadi wartawan, di hotel dan bla bla bla, akhirnya aku nurut dia, kita mengambil jurusan yang sama, pilihan pertama ILMU KOMUNIKASI dan pillihan kedua ADMINISTRASI NEGARA. Test aku sendirian di FE UNSOED, aku tak ada teman karena kala itu banyaknya yang daftar anak IPA. aku sendirian, melamun dan belajar. Aku ngisi kertas ujian seperti biasanya tidak terlalu diambil pusing, aku juga sedikit pesimis, jadi aku daftar lagi di IKIP PGRI SEMARANG bersama dua sahabat lelakiku. Aku ngambil jurusan PGSD dan BK, tak sampai test, namun Rp. 250.000ku melayang, Unsoed terlalu cepat mengadakan pengumuman, aku dikabari sahabatku aku LOLOS di ILMU KOMUNIKASI dia tidak dua-duanya, sebagai seorang yang hanya diajak aku tak tenang, ga enak hati dan serba salah. Aku mersakan itu samapi dia diterima di universitas lain, aku sedikit tenangan. Menjadi mahasiswa pertama, aku dititipkan kepada saudara jauh, aku memanggilnya OM, namun sayang rumahnya cukup jauh dari FISIP Unsoed, jadi aku dititipkan di mertuanya, aku setuju aja, katanya ada kost-kostannya, aku kira kostan cewek, namun ternyata lagi-lagi kostan cowok, ya sudah, aku sudah terbiasa juga dikostan cowok, karena semua isinya aktivis, meskipun serumah aku bertemu dengan teman sekosan itu paling tidak hanya dua atau tiga hari sekali, dan yang ada dikosannyapun bergantian, jadi jarang sekali lengkap, dan lebih sering aku sendirian dikosan. Tak masalah bagiku, aku melatih diriku sendiri, barangkali nanti mempunyai suami perantau *hahaahhaa.

*masa kuliah*
Aku mendapat sesuatu yang beda dikampus, jika pas SMA organisasi dipilih dikampus kita yang milih,sesuatu banget menurutku kala itu. Masuk UKM pertama, aku pilih UKI, Unit Kerohanian Islam. Lucu sekali awal aku masuk UKM ini, yaitu karena setiap hari ada buka puasa bersama dan tentu saja gratis, selalin itu juga bisa buat benteng diri dari pergaulan kampus juga. Aku suka UKM ini, karena satu hal, mendukung untuk tidak pacaran. Kegiatan kuliah aku tidak terlalu begitu bermasalah, prinsiku asal aku menikmatinya masalah sebesar apapun akan terlewati dan satu hal aku harus kenal dengan teman, dan teman juga harus tahu aku. Aku tidak bisa hidup tanpa teman. Sampai saat ini tak kutemukan masalah berarti, paling hanya pertanyaan kedua orang tuaku saja yang kadang mengganggu yaitu kamu ambil KOMUNIKASI mau kerja apa?
Hupt terkadang aku juga befikir begitu, namun, aku yakin aku akan mendapatkan kerja yang sesuai dengan kemampuanku, dan aku bisa menabung sebagian uangku untuk aku berikan kepada yang membutuhkan. Selain itu impianku adalah dapat membantu kedua orang tuaku untuk menyekolahkan adikku yang manja satu-satunya. Menikah? Aku juga mau tapi nanti dulu takan kupikirkan sekarang, takutnya pengen cepet-cepet, bahaya juga. Meskipun dalam Agama menikah muda itu diperbolehkan tapi aku lebih nurut pada negara, minimal untuk meminimalkan pembengkakan jumlah penduduk.

*selesai*
Sampai impian menikah jika sudah kerja, punya suami yang bisa menjadi imam dalam keluarga, yang membimbingku selalu ingat pada pencipta, medidik anak-anakku menjadi anak-anak yang soleh soleha, tentunya mapan, dan tidak  terlalu jelek, manis dan enak dipandang, bertanggung jawab dan setia amien ... ahahahahaahahaaahahahahahaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pernikahan

Maaf kalo Mbak Blog kaget dengan tulisanku kali ini. Maaf.. sudah setahun tidak menyentuhmu sama sekali. Dan yang perlu diperhatikan adalah,...