AKU DAN PERJALANAN HIDUPKU
*Datang ide*
Penyakit galauisme menyerangku
dua hari yang lalu, pertimbangan kebimbangan dilema gejolak hati yang tak
kunjung terpecahkan. Pertanyaanya cukup sepele “pulang atau tidak?” sungguh
pertanyaan yang dilematis saat itu. Tiba-tiba aku merenung akan perjalanan
hidupku.
*anak pertama dari dua
bersaudara, adiku berjenis kelamin lelaki, dengan jarak 8 tahun*
Aku diahirkan sebagai anak
sulung, menuntutku untuk menjadi seorang yang pura-pura selalu tegar dan dapat
menyelesaikan masalah. Aku anak perempuan satu-satunya yang dituntut
membahagiakan orang tua, sebenarnya ini bukan tuntutan tapi keharusan. Demi
kebahagian dan kebanggaan ayahku yang seorang guru SD aku sudah merantau di
usia 12 tahun. Usia yang masih sangat labil dan sangat membutuhkan kasih sayang
orang tua. Entah setan apa yang merasuki jiwaku, tiba di rantauan , bukannya
menangis hatiku malah berteriak dengan kerasanya AKU BEBAS dari penjara, tidak
akan ada yang menyuruhku belajar ataupun mengganggu mimpiku di pagi hari, tidak
akan ada lagi yang bertariak menyuruhku bergulat dengan kain pel di jam lima
pagi,, sungguh pada saat itu aku seolah menjadi manusia paling bahagia.
*aku di perantauan*
SMP yang menyenangkan,
teman-teman kost, teman-teman sekolah, dan cowok-cowok SMA yang ganteng,
menjadikan lebih bahagianya aku dirantau. Aku tak pernah menuntut cowok-cowok
itu mengenalku aku juga tak mau, aku hanya ingin menikmati wajah mereka dari
kejauhan dari sudut pandang jiwaku yang dalam. Kolam renang dan lapangan lebar
adalah hal baru buatku, seorang anak gunung yang hanya berpengalaman mandi di
kali, ternyata dapat membawaku ke nilai pelajaran renang dengan angka delapan,
menakjubkan. Karena tak ada satupun yang mampu menyaingiku kala itu, bangga
sekali. Lebarnya lapangan tak seindah kolam renang, aku benci lapangan, dari
dulu dari balita, entah kenapa. Setiap pertandingan bola di desa aku tak pernah
menginjakan kakiku dilapangan baru itu, karena dua hal aku sebal dengan tanya
orang-orang dan tentunya lapangan bola. Padahal tak ada traumatik akan
lapangan, tak ada pula kenangan yang membuatku depresi, tapi tetep aku benci
lapangan beserta isinya (sepak bola). Kembali ke masa SMP, dilapangan disuruh
lari oleh guruku enam kali putaran (bayangkan luasnya lapangan Karang Birahi
Brebes, lari 6 kali putaran hmm) aku semaput, aku lemas dan aku malu, aku juga
lemah. Jangan tanya pelajaran, tiap hari ketika SD suruh belajarpun dilakukan
dengan terpaksa, jauh dari tukang nyuruh adalah surga, hasilnya NILAIKU HANCUR.
Terima kasih atas pengalaman ini. Budaya
Brebes Utara melekat dijiwaku, aku disitu mulai belajar berbahasa jawa, belajar
berteman dengan kotornya udara, baunya got, panasnya malam dan tentu saja
nyamuk. Dapat kasur diatas dan sendirian, senang sekali rasanya, di bawah ada
dua teman cewek, aku memanggilnya dengan sebutan tante mereka lima tahun lebih
tua dariku. Satu lagi yang unik aku selalu kost dikosan cowok, heran? Aku juga
heran, tapi aku menikmatinya. Sekosan dengan cowok bukan berarti aku akrab
sekali dengan mereka, aku terlalu pendiam.
*pindah kosan tanpa pamit ke ibu kos dan tanpa cerita ke orang tua*
Mungkin ini bisa diistilahkan dengan kabur, tidak bermaksud seperti itu, tapi keadaan yang membuatnya. Salah satu dari tante itu mengajakku pindah kosan dan kebetulan aku juga menginginkan untuk mencari kamar yang lebih luas dan tidak sumpek, aku memutuskan untuk ikut saja. Dikira orang tua si tante udah pamitin aku sekalian tapi ternyata tidak. Okeh aku yang salah, dari sini aku dapat pelajaran dan aku selalu menerapkannya yaitu pamit sebelum pergi. Kembali ke kosan, tiba dikosan baru rumah tak berkeramik tapi berlantai ubin, sederhana minimalis dan tentu saja tak ku dapat yang kuingin bahkan malah lebih parah, kamar lebih sempit tapi lebih rapih, aku jarang tidur di kamar, tapi lebih sering di ranjang dekat ruang tamu yang lebih besar lebih empuk dan ada gulingnya. Aku seperti anak pria saja tidur di luar kamar tanpa sekat hanya kelambu dan gorden di jendela yang mengamankanku dari pandangan orang lewat. Satu lagi yang selalu menjadi kebiasaan tempat kostku, selalu di tempat yang sepi, sekarang sedikit mending, meski tetap di kosan cowok. Aku ingat nama daerah itu Sangkal Putung, kosanya belakang rumah dokter Sigit, dokter mata terkenal di kecamatan brebes. Satu tahun aku disitu, kemudian aku pindah lagi, kali ini ayahku yang menggebu-gebu, aku dipindahkan ke kosan yang lebih indah lebih luas dan lebih jauh dari SMP N 02 Brebes. Jalan kaki lima belas menit, maka tak salah jika betis dan kakiku besar sampai saat ini. Satu lagi pengalaman hidupku aku selalu sekolah dengan jalan kaki sampai detik ini. Aku merasa aku lebih sehat dengan jalan kaki, aku lebih prihatin lagi dan tentu saja sedikit mengurangi polusi kota #ngeles. Kosan aku sekarang ada di jalan MT.HARYONO SADITAN BREBES. Dulu depannya tuh ada ikan bakarnya, dan ibu kosku membuka warung makan di depan rumah, ini membuatku lebih gemuk dan menciptakan berat badan yang bertahan sampai sekarang. Entah apa yang membuatku semakin betah tinggal di kota, mungkin karena kemana-mana dekat, tanpa embel-embel teriak-teriak minta anter ke orang yang bisa naik motor, #sekarang aku udah mulai bisa, meskipun ogah-ogahan, aku hanya keluar naik motor ketika aku ada perlu yang sangat mendadak, jika hanya untuk main itu menurutku buang-buang waktu, jika liburan aku hanya ingin dirumah dan menikmatinya, alhasil aku disebut sebagai gadis kuper yang kalem, padahal aku hanya tidak punya teman di kampungku sendiri, sehingga aku tidak pernah merasa betah.
*ujian dan 20,80*
uji coba ujian aku selalu lulus dan masuk 150 besar dari 300 siswa, lumayan peringkatku masih rada tinggi #menghibur diri sendiri. Dari tiga atau empat kali uji coba aku selalu lulus, dan akupun menyimpulkan aku pasti lulus. Malam pertama ujian aku belajar dengan tekun alhasil aku dapat 8.80 di pelajaran bahasa Indonesia, kemudian malam kedua aku di lesin sama teman kosan cukup memuaskan matematika aku dapat 7.00, dan ini adalah hal yang ku sesali, malam ketiga aku tidak tekun aku juga tidak les, tapi aku pergi belanja ke Dedi Jaya, shit aku dapet lima di pelajaran bahasa inggris, andai aku belajar NEMku bisa menembus angka 22/23 , hupt aku MENYESAL.
*pindah ke brebes selatan*
ayahku ingin aku sekolah di Talok, SMA 1 BUMIAYU, dan aku ogah-ogahan, test dan sesuai dengan harapan aku GAGAL. Ayahku pindah mendaftarkanku di SMA BANTARKAWUNG, aku tidak ikut, udah males duluan #gada greget buat sekolah. Aku masuk, disini, aku tak menyangka aku akan mendapatkan sesuatu yang berbeda dari sekolah SMPku. Aku mendapatkan sahabat-sahabat terbaik meskipun kucel-kucel kala itu, aku ngga nganggep aku ngga kucel karena sebenarnya aku lebih kucel, aku juga dapet guru-guru yang sangat bersahabat dengan murid, kekeluargaan yang erat membuatku tak ingin pergi dari situ. Aku mendapatkan kelas yang kompak di awal masuk kelas Xa, kelas sepuluh terkompak menurutku karena dapat mengumpulkan uang kas sebanyak-banyaknya dan dapat satu buah jaket, makasih buat bu bendahara. Masuk sepuluh besar aku disekolah ini aku kaget dan aku bangga, setidaknya disini aku jadi lebih rajin belajar, karena kondisi lingkungan pun tidak mendukung untuk kelayaban malam. Aku mulai menyadari betapa ilmu itu penting untuk masa depan, aku jadi ketat sama teman-teman, aku suka teriak-teriak dan kalo ada ribut aku selalu bilang “silence please”, aku juga rajin piket, aku selalu mukul teman cowokku jika mereka tidak mau piket dan bayar kas, aku bukan ketua juga bukan bendahara apalagi sekertaris aku hanya peduli pada kelasku yang berantakan, meskipun begitu ANIMASI selalu dihati. Kelas XI wali kelasnya guru agama, kelas XII wali kelasnya buguru dengan jilbab panjang, aku simpulkan kelasku kurang pendidikan agama. Bolos dan mengerjakan PR disekolah adalah makanan sehari-hari, nyontek sana sini, lari sana lari sini menjadi kenangan berarti. Satu lagi yang ku suka, jika pelajaran kosong ngerumpi di depan kelas, foto-foto dan nyanyi-nyanyi tak jarang hukuman datang silih berganti.
ayahku ingin aku sekolah di Talok, SMA 1 BUMIAYU, dan aku ogah-ogahan, test dan sesuai dengan harapan aku GAGAL. Ayahku pindah mendaftarkanku di SMA BANTARKAWUNG, aku tidak ikut, udah males duluan #gada greget buat sekolah. Aku masuk, disini, aku tak menyangka aku akan mendapatkan sesuatu yang berbeda dari sekolah SMPku. Aku mendapatkan sahabat-sahabat terbaik meskipun kucel-kucel kala itu, aku ngga nganggep aku ngga kucel karena sebenarnya aku lebih kucel, aku juga dapet guru-guru yang sangat bersahabat dengan murid, kekeluargaan yang erat membuatku tak ingin pergi dari situ. Aku mendapatkan kelas yang kompak di awal masuk kelas Xa, kelas sepuluh terkompak menurutku karena dapat mengumpulkan uang kas sebanyak-banyaknya dan dapat satu buah jaket, makasih buat bu bendahara. Masuk sepuluh besar aku disekolah ini aku kaget dan aku bangga, setidaknya disini aku jadi lebih rajin belajar, karena kondisi lingkungan pun tidak mendukung untuk kelayaban malam. Aku mulai menyadari betapa ilmu itu penting untuk masa depan, aku jadi ketat sama teman-teman, aku suka teriak-teriak dan kalo ada ribut aku selalu bilang “silence please”, aku juga rajin piket, aku selalu mukul teman cowokku jika mereka tidak mau piket dan bayar kas, aku bukan ketua juga bukan bendahara apalagi sekertaris aku hanya peduli pada kelasku yang berantakan, meskipun begitu ANIMASI selalu dihati. Kelas XI wali kelasnya guru agama, kelas XII wali kelasnya buguru dengan jilbab panjang, aku simpulkan kelasku kurang pendidikan agama. Bolos dan mengerjakan PR disekolah adalah makanan sehari-hari, nyontek sana sini, lari sana lari sini menjadi kenangan berarti. Satu lagi yang ku suka, jika pelajaran kosong ngerumpi di depan kelas, foto-foto dan nyanyi-nyanyi tak jarang hukuman datang silih berganti.
*SMA berlalu dengan cepatnya*
Aku tak mendapat pacar di kedua sekolah tersebut, memang itu bukan targetku bahkan akupun melarang diriku untuk pacaran sebelum waktunya, aku jadikan ini prinsip hidup sampai detik ini. Mungkin jika ku ingat masa SMA adalah masa yang tersingkat dalam hidup, tapi masa SMA itu merupakan masa terindah yang pernah ku alami, aku tak memikirkan apapun selain sekolah dan main. Lulus dengan peringkat 10 besar hmm, cukup lumayan jika aku bandingkan dengan pas SMP, mungkin karena saingannya pun tidak terlalu berat juga. Satu lagi yang melengkapi kebahagiaanku, jika jajan dikantin tidak bayar alias gratis, ibu kostku adalah pemilik kantin tersebut. Tapi, ada kesulitan juga dengan adanya ibu kost jadi pemilik kantin, aku tak bisa mencicipi masakan ibu kantin lain yang katanya memang lebih enak.
Aku tak mendapat pacar di kedua sekolah tersebut, memang itu bukan targetku bahkan akupun melarang diriku untuk pacaran sebelum waktunya, aku jadikan ini prinsip hidup sampai detik ini. Mungkin jika ku ingat masa SMA adalah masa yang tersingkat dalam hidup, tapi masa SMA itu merupakan masa terindah yang pernah ku alami, aku tak memikirkan apapun selain sekolah dan main. Lulus dengan peringkat 10 besar hmm, cukup lumayan jika aku bandingkan dengan pas SMP, mungkin karena saingannya pun tidak terlalu berat juga. Satu lagi yang melengkapi kebahagiaanku, jika jajan dikantin tidak bayar alias gratis, ibu kostku adalah pemilik kantin tersebut. Tapi, ada kesulitan juga dengan adanya ibu kost jadi pemilik kantin, aku tak bisa mencicipi masakan ibu kantin lain yang katanya memang lebih enak.
*sibuk daftar kuliah*
Dari SMP ayah sudah bilang nanti
aku masuk PGSD atau AKBID sumpahh gada
greget sama sekali, masa depan ditentukan orang tua. bukan aku namanya jika tak
berani menetang, kebanyakan kehendak orang tuaku aku tentang, jadi mereka sudah
biasa dengan sikapku ini. Bukannya aku tak berbakti, aku selalu berfikir jika
aku hidup tidak sesuai dengan keinginan hati aku tidak akan bahagia, aku tak
ingin menyiksa diriku dengan keinginan-keinginan orang tuaku, aku yang akan
menjalani hidup bukan mereka. Pertama aku daftar sesuai dengan keingian orang
tuaku, PGSD dan PG PAUD ke UNNES, malamnya tidur jam 12mlm dan berangkat jam 3
pagi, mobil lempar sana sini, angkat barang bawaan, aku ribet sendiri, makanan,
minuman, dan peralatan menumpuk di tas. Karena tidak ada kategori jadi aku
harus bisa mengerjakan semuanya. Dari IPA, IPS, dan BAHASA, aku gagal di IPA,
karena hanya dua nomer yang aku isi. Alhasil aku GAGAL. Aku tidak terpuruk, aku
senang-senang saja seolah tak ada beban. Aku di panggil ke BK, dan disuruh
milih aku mau PMDK kemana,, aku pilih UNDIP, entah kenapa, hati dan jiwaku
seolah sudah ada disana, namun aku GAGAL KEMBALI, kali ini aku menangis
sejadi-jadinya, kala itu jurusan yang aku pilih ILMU PERPUSTAKAAN. Sahabatku
mengajakku daftar kembali, yaitu ke UNSOED, aku bingung mau milih apa, tidak
ada satupun jurusan yang aku minati, sahabatku mengambil jurusan ILMU
KOMUNIKASI, dia mengoar-ngoarkan jika komunikasi itu asyik nanti bisa bekerja
di TV bisa jadi wartawan, di hotel dan bla bla bla, akhirnya aku nurut dia,
kita mengambil jurusan yang sama, pilihan pertama ILMU KOMUNIKASI dan pillihan
kedua ADMINISTRASI NEGARA. Test aku sendirian di FE UNSOED, aku tak ada teman
karena kala itu banyaknya yang daftar anak IPA. aku sendirian, melamun dan
belajar. Aku ngisi kertas ujian seperti biasanya tidak terlalu diambil pusing,
aku juga sedikit pesimis, jadi aku daftar lagi di IKIP PGRI SEMARANG bersama
dua sahabat lelakiku. Aku ngambil jurusan PGSD dan BK, tak sampai test, namun
Rp. 250.000ku melayang, Unsoed terlalu cepat mengadakan pengumuman, aku
dikabari sahabatku aku LOLOS di ILMU KOMUNIKASI dia tidak dua-duanya, sebagai
seorang yang hanya diajak aku tak tenang, ga enak hati dan serba salah. Aku
mersakan itu samapi dia diterima di universitas lain, aku sedikit tenangan.
Menjadi mahasiswa pertama, aku dititipkan kepada saudara jauh, aku memanggilnya
OM, namun sayang rumahnya cukup jauh dari FISIP Unsoed, jadi aku dititipkan di
mertuanya, aku setuju aja, katanya ada kost-kostannya, aku kira kostan cewek,
namun ternyata lagi-lagi kostan cowok, ya sudah, aku sudah terbiasa juga
dikostan cowok, karena semua isinya aktivis, meskipun serumah aku bertemu
dengan teman sekosan itu paling tidak hanya dua atau tiga hari sekali, dan yang
ada dikosannyapun bergantian, jadi jarang sekali lengkap, dan lebih sering aku
sendirian dikosan. Tak masalah bagiku, aku melatih diriku sendiri, barangkali
nanti mempunyai suami perantau *hahaahhaa.
*masa kuliah*
Aku mendapat sesuatu yang beda
dikampus, jika pas SMA organisasi dipilih dikampus kita yang milih,sesuatu
banget menurutku kala itu. Masuk UKM pertama, aku pilih UKI, Unit Kerohanian
Islam. Lucu sekali awal aku masuk UKM ini, yaitu karena setiap hari ada buka
puasa bersama dan tentu saja gratis, selalin itu juga bisa buat benteng diri
dari pergaulan kampus juga. Aku suka UKM ini, karena satu hal, mendukung untuk
tidak pacaran. Kegiatan kuliah aku tidak terlalu begitu bermasalah, prinsiku
asal aku menikmatinya masalah sebesar apapun akan terlewati dan satu hal aku
harus kenal dengan teman, dan teman juga harus tahu aku. Aku tidak bisa hidup
tanpa teman. Sampai saat ini tak kutemukan masalah berarti, paling hanya
pertanyaan kedua orang tuaku saja yang kadang mengganggu yaitu kamu ambil
KOMUNIKASI mau kerja apa?
Hupt terkadang aku juga befikir
begitu, namun, aku yakin aku akan mendapatkan kerja yang sesuai dengan
kemampuanku, dan aku bisa menabung sebagian uangku untuk aku berikan kepada
yang membutuhkan. Selain itu impianku adalah dapat membantu kedua orang tuaku
untuk menyekolahkan adikku yang manja satu-satunya. Menikah? Aku juga mau tapi
nanti dulu takan kupikirkan sekarang, takutnya pengen cepet-cepet, bahaya juga.
Meskipun dalam Agama menikah muda itu diperbolehkan tapi aku lebih nurut pada
negara, minimal untuk meminimalkan pembengkakan jumlah penduduk.
*selesai*
*selesai*
Sampai impian menikah jika sudah
kerja, punya suami yang bisa menjadi imam dalam keluarga, yang membimbingku
selalu ingat pada pencipta, medidik anak-anakku menjadi anak-anak yang soleh
soleha, tentunya mapan, dan tidak
terlalu jelek, manis dan enak dipandang, bertanggung jawab dan setia
amien ... ahahahahaahahaaahahahahahaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar